> Mati Sia-sia Demi Konten, Apa yang Dicari? - NusantaraNews

Latest News

Mati Sia-sia Demi Konten, Apa yang Dicari?

 


Oleh Erfi Novi Sidhawati 

(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)


Saat ini perkembangan media sosial begitu pesat sehingga membawa perubahan besar di kalangan generasi muda. Perilaku para pemuda mengalami pergeseran norma, gaya hidup sampai etika. Konten-konten yang muncul di sosial media notabene dibuat oleh generasi muda ini sulit di kontrol bahkan sampai ke titik mengkhawatirkan. Atas nama Gabut (bosan) rela mengabaikan masa depan dan mengorbankan nyawa. 


seperti yang terjadi pada dua remaja di Palembang, Sumatera Selatan FF (18) dan MR (16) sepakat untuk melakukan duel maut senjata tajam. Kejadian ini disiarkan secara langsung di Instagram yang akhirnya menewaskan FF dengan luka bacok di bagian dada (Detik, 09/08/2023).


Media sosial saat ini sudah menjadi kebutuhan yang disenangi oleh banyak orang. Sekarang, untuk menjadi terkenal tidak perlu bersusah payah atau mengeluarkan effort yang lebih. Hanya dengan membuat konten sensasional kemudian viral bisa jadi terkenal. Tanpa berpikir jernih membuat konten pun mengabaikan etika, norma bahkan nyawa.


Perbuatan di luar nalar manusia ini tak jauh demi eksistensi dan mendapatkan cuan.  Hidup dalam sistem sekuler kapitalis konten “sampah” sengaja diproduksi untuk menghasilkan materi.  Manusia dibuat untuk hidup semaunya sesuai aturannya sendiri. Hal ini karena tunduk kepada hawa nafsu dan menyingkirkan aturan Illahi.


Sistem sekuler membuat para remaja kehilangan identitasnya sebagai hamba Allah Ta’ala. Taraf berpikir mereka lemah dan hanya menjadi pribadi pengikut tren yang jauh akan ajaran Islam. Selain itu, sekularisme mengikis keimanan dan ketakwaan para remaja yang menghilangkan peran mereka sebagai pelaku perubahan.


Kehidupan kapitalistik yang bertujuan untuk mencari kebahagian dengan materi sebanyak-banyaknya telah mengalihkan tujuan manusia yang hakiki. Tujuan hidup manusia yang seharusnya yakni beribadah kepada Allah Ta’ala dengan keterikatan terhadap hukum syara’.


Sementara itu, lingkungan sosial tempat tinggal mereka (keluarga, sekolah, teman dan lain-lain) makin dijauhkan dari Islam. 


Semestinya masyarakat dibekali pemahaman Islam yang kafah agar terbiasa beramal sesuai syariat. Penanaman akidah Islam sejak dini dilakukan agar terbentuk keimanan dan ketaatan kepada Allah. Masyarakat sebagai kontrol sosial saling amar makruf nahi munkar atas nama ketaatan sehingga tidak abai dengan kondisi generasi muda saat ini.


Terakhir, negara tidak mengambil peran strategisnya sebagai pelindung dan penjaga generasi. Budaya dan pemikiran asing dibiarkan merebak di tengah masyarakat sehingga menjangkiti dan merusak. Pada sistem islam, negara tegak berdasarkan asas akidah dan hukum syara’. Sehingga rakyat dibangun dengan hubungan pengurusan dan penjagaan syariat. Generasi akan terjaga dari budaya buruk dan kerusakan.


 Islam juga menetapkan rambu-rambu bagi penggunaan media sosial untuk penyebaran kebenaran Islam dan pengukuh keimanan sekaligus kedaulatan negara dihadapan luar.


Harapan besar akan peradaban yang gemilang ada di tangan para pemuda. Jika para pemuda penuh dengan ketaatan kepada Allah secara totalitas (kafah) maka masa depan cerah ada dalam genggaman. Jika para pemuda penuh dengan kemaksiatan kepada Allah maka tunggulah kehancuran umat manusia.


Ada banyak potensi yang dimiliki para pemuda Muslim saat ini. Tak kalah dengan para sahabat atau orang-orang terdahulu. Allah telah menurunkan Al-Qur’an dan sunah sebagai pedoman hidup maka itulah yang harus diikuti. Sejarah telah mencatat perjuangan gemilang para pemuda mengubah nasib sebuah peradaban yang gelap gulita menjadi terang benderang dengan Islam. 


Para pemuda Islam sebagai pelaku perubahan harus mengazamkan diri menghadapi pemikiran sekuler kapitalis.

Sebagaimana yang Rasulullah saw. lakukan di Mekah kemudian lanjutkan ke Madinah yakni melakukan dakwah dengan menyeru umat manusia kepada jalan Islam. 


Rasulullah membina umat dengan melakukan kebangkitan berpikir untuk mengubah tatanan sistem jahiliyah menjadi sistem Islam. Para sahabat yang tergabung mayoritas pemuda membersamai Rasulullah menyampaikan kebenaran Islam dengan sepenuh daya dan upaya. Akhirnya kemenangan Islam itu datang dan aturan Allah mampu diterapkan secara kafah. Rasulullah saw. adalah suri teladan terbaik dengan cara itulah kita bisa mengubah nasib umat dan mendapatkan rida Allah Ta'ala.



Wallahu a'lam bishawab

NusantaraNews Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.