(Aktivis Dakwah Islam)
Maraknya tindakan kriminal yang cenderung sadis hingga berujung pada pembunuhan bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Data dan berita yang muncul kepermukaan mungkin belum jumlah yang sebenarnya. Yang angkanya kemungkinan lebih besar. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan kondisi rusak ini butuh dikaji faktor-faktor yang melatarbelakangi. Dan dirumuskan solusi tuntas agar tidak terjadi kembali. Beberapa peristiwa terkait diantaranya: Dikutip dari laman REPUBLIKA.COID (12/09/23) Seorang suami bernama Nando (25 tahun) tega membunuh istrinya Mega Suryani Dewi (24) di rumah kontrakannya di Kampung Cikedokan, RT 01, RW 04, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (7/9/2023) sekitar pukul 22.00 WIB. Kapolsek Cikarang Barat AKP Rusna Wati mengatakan, Nando membunuh istrinya karena kesal ketika ditanya masalah uang belanja.
Peristiwa serupa juga terhadi. Dikutip dari laman KOMPAS (16/9/23) BSK, seorang suami di Kota Singkawang, Kalimantan Barat tega menusuk istrinya, NSL karena tak terima digugat cerai. Peristiwa tersebut terjadi di rumah mereka di Jalan Gunung Besi Lirang, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Miris, ada banyak kasus Kekerasan yang terjadi. Setidaknya ada 2 faktor yang berpotensi menjadi penyebab kondisi ini terjadi. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pertama, faktor internal. Seperti kondisi keimanan dan pemahaman islam seseorang. Kedua, maraknya ide, cara pandang hidup dan pemahaman asing yang menghantam kehidupan kaum muslim. Berupa pemahaman pemisahan agama dari kehidupan (sekuler) dan pemahaman kebebasan bertindak (liberal).
Keimanan yang lemah dan pemahaman islam yang kurang akan menyebabkan seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya (emosi). Sehingga maraknya kasus kriminalitas menunjukkan lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan seseorang dalam menghadapi masalah. Termasuk ujian beratnya beban ekonomi keluarga. Yang dipengaruhi oleh banyak kondisi, seperti sempitnya lapangan pekerjaan, tingginya harga kebutuhan hidup, sulitnya memenuhi kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan kesehatan, gaya hidup yang hedonis dan lain-lain.
Ini adalah potret buram kehidupan sekuler liberal saat ini yang jauh dari keimanan. Sistem yang diterapkan saat ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Tidak menghadirkan aturan Allah Swt sebagai pertimbangan dalam keputusan. Baik dalam tataran individu, masyarakat dan negara.
Aqidah islam/keimanan akan mampu memberikan kekuatan dan kesabaran pada seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanan akan menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan saat menghadapi masalah sehingga tidak berbuat maksiat. Keimanan inilah yang harus dibentuk pada individu, masyarakat dan negara.
Ketika negara hadir sebagai pihak utama yang bertanggung jawab atas terlaksananya hukum Allah Swt. Akan mudah menghadirkan individu yang bertakwa. Dan membentuk masyarakat yang bertakwa. Misalnya, negara memastikan terselenggaranya sistem pendidikan islam. Yang dilaksanakan atas dasar aqidah islam. Bertujuan untuk membentuk kepribadian islam. Dengan memberikan bekal pemahaman islam yang utuh.
Disamping itu negara juga memastikan terlaksananya sistem ekonomi islam. Sehingga menghantarkan pada kesejahteraan. Problem ekonomi akan bisa dicegah saat sistem ekonomi islam diterapkan. Dengan mekanisme yang sesuai dengan tuntunan syariat islam. Termasuk solusi untuk problem minimnya lapangan pekerjan, distribusi barang kebutuhan yang adil mudah diakses dan lain sebagainya.
Begitu juga dalam media informasi. Negara harus mampu menjamin informasi yang dikonsumsi masyarakat adalah informasi yang baik. Yang akan menambah ketaatan pada Allah Swt. Berjalannya fungsi dan tanggung jawab negara sesuai tuntunan syariat islam akan mencegah terbukanya pintu kemaksiatan hingga terjadinya kriminalitas dan pembunuhan. Jika terjadipun islam memiliki seperangkat hukum sanksi yang tegas bagi pelaku. Yang akan memberi efek jera. Besarnya peran dan tanggung jawab negara (penguasa) sesuai dengan Sabda.
Nabi Saw: “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]