Oleh Leihana
Ibu Pemerhati Umat
Sumber kehidupan bagi manusia salah satunya adalah air. Jika manusia hidup tanpa air mungkin bisa mengancam nyawanya. Selain untuk bertahan hidup air bersih juga dibutuhkan manusia untuk keperluan sehari-hari. Memang air adalah pemberian dari Allah, bentuk dari cinta dan kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun, sebagai manusia yang harus menerima setiap takdir dari Allah, juga harus mempersiapkan diri atas segala kemungkinan. Terlebih untuk masalah air.
Sebenarnya manusia bisa berikhtiar mempersiapkan diri untuk menghadapi kesulitan. Masalah kekeringan atau kesulitan air terjadi bukan hanya pada skala individu, tetapi sudah skala bangsa maka yang menjadi penanggung jawab untuk mengatasi dan mengantisipasi permasalahan tersebut adalah negara.
Selain itu banyak yang mengira bahwa kesulitan air bersih di Indonesia hanya terjadi di wilayah bagian timur saja, tetapi ternyata kesulitan air bersih selama puluhan tahun juga dialami oleh masyarakat di Pulau Jawa bagian barat. Tepatnya masyarakat Kota Banjar Jawa Barat, Desa Binangun selama 20 tahun terakhir kesulitan air bersih karena air sumur di daerah tersebut asin, tidak layak untuk diminum dan memasak.
Menurut warga setempat, bantuan dari pemerintah sudah mulai digulirkan seperti program pembangunan sumur bor hingga kedalaman 100 meter. Namun, warga mengeluhkan air bor tersebut masih tidak layak untuk dikonsumsi. Terlebih saat ini Indonesia sedang menghadapi musim kemarau yang membuat warga Banjar semakin kesulitan mendapatkan air bersih. Masyarakat harus membeli air bersih dengan harga yang tidak murah.
Padahal menurut kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjar Kusnadi kesulitan air bersih warga pengasinan ini bisa ditanggulangi. Yaitu dengan cara pemasangan jalur pipa PDAM dan penyulingan di sumur-sumur air asin. (media online Tvonenews, 7/08/ 2023)
Akan tetapi, sejauh ini solusi tersebut belum terealisasi, baru beberapa toren air bersih terpasang di beberapa lokasi saja. Efek dari kesulitan air bersih ini pun berdampak besar bagi kesehatan masyarakat. Kondisi ini dialami oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Bogor yang mengalami penyakit diare yang dialami oleh banyak warga di sana.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kab. Bogor menyatakan penyakit diare yang dialami warga tersebut bisa jadi diakibatkan oleh kemarau yang melanda menyebabkan masyarakat kesulitan air bersih. (media online Republika, 13/08/ 2023)
Padahal kondisi saat ini menurut BMKG kemarau yang dialami Indonesia tidak separah negara lain. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati berdasarkan perhitungan suhu muka air laut puncak kemarau di Indonesia akan terjadi di bulan Agustus 2023 akibat badai El Nino, tetapi menurutnya indeksnya di Indonesia tidak separah dibandingkan dengan negara lain. Indonesia masih tergolong lemah. (media online Liput6, 12/08/2023)
Langkah yang sudah diambil oleh pemerintah saat ini menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jarot Widyoko adalah program penyediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat diutamakan di daerah timur Indonesia yang memiliki curah hujan lebih rendah. Baru selanjutnya pemerintah akan menerapkan program penyediaan air untuk kebutuhan lahan pertanian. (media Pu.go, 8/08/ 2023)
Kondisi miris ini terjadi di negara Indonesia yang merupakan negara dengan perairan yang cukup besar, di negara tandus seperti Timur Tengah di Arab Saudi contohnya negara mengupayakan pemenuhan air bersih dari menyaring air laut hingga layak untuk dikonsumsi. Sedangkan di Indonesia perairan laut yang langsung ke samudra saja cukup banyak, tinggal menunggu pemerintah mau memaksimalkan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.
Air merupakan kebutuhan mendasar, terlebih air untuk kepentingan pertanian juga sama pentingnya. Jika air untuk pertanian juga tidak diperhatikan maka hasil panen untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan yang bergantung dari hasil pertanian dalam negeri akan terancam pula stoknya.
Beras dari padi yang membutuhkan air secara niscaya mungkin juga akan mengalami kuantitas hasil panennya. Saat kelangkaan barang terjadi maka harga akan melonjak tinggi. Pada akhirnya lemahnya mitigasi negara terhadap kekeringan ini akan mengundang air mata rakyat terus berjatuhan.
Ya, rakyat kecil hanya bisa menjerit dan menangis menghadapi krisis ekonomi pasca pandemi yang berkepanjangan ini, jika ditambah krisis air bersih dan semakin tingginya harga kebutuhan pokok.
Sebenarnya pemerintahan Indonesia bukan tak mampu melakukan mitigasi terhadap kekeringan yang melanda saat ini. Seperti kesulitan air bersih yang terjadi puluhan tahun di Banjar Jawa Barat dari pihak berwenang sendiri sudah tahu, pasti ada solusi untuk menyelesaikannya.
Namun, mengapa solusi tepat itu pun tak kunjung digulirkan. Permasalahan ini juga merupakan permasalahan sistemis. Terbukti meski terjadi banyak kesulitan air bersih di beberapa daerah di Indonesia, tetapi produk air mineral kemasan tidak pernah berhenti berproduksi. Ini jelas membuktikan keberpihakan penguasa kepada pengusaha didasarkan pada sistem yang diterapkan di negara Indonesia saat ini yaitu sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi kebebasan individu selagi individu itu adalah para kapitalis.
Rakyat kecil yang tidak punya cukup uang diabaikan kebutuhan dan kesulitannya. Untuk itu kita perlu bercermin dari sejarah penerapan sistem Islam kafah di bawah pemerintahan Islam yang tercatat berkali-kali mengukir sejarah emas dalam menjakin kesejahteraan rakyatnya.
Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Khilafah Umar bin Abdul Aziz, selain karena sistem dari syariat Islam kafah yang mampu mengatur kepemilikan individu, masyarakat, dan negara, tidak saling menzalimi juga sosok penguasa yang memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Umar bin Abdul Aziz rela menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk kepentingan umat dan hidup sangat sederhana setelah menjabat sebagai kepala negara. Setiap kebutuhan pokok rakyat dipenuhi secara menyeluruh. Jika teknologi menjadi jawaban bagi permasalahan rakyat saat ini maka negara wajib mengadakannya demi kesejahteraan rakyat.
Sebagaimana Rasulullah saw. memberitahu Salman Alfarisi untuk mempelajari cara pembuatan senjata dari negeri asalnya Persia, agar bisa diaplikasikan di militer negara Islam kala itu. Bukan justru uang rakyat dipakai pelesiran para anggota dewan di balik program kunjungan luar negeri tanpa menghasilkan solusi pasti yang benar-benar dijalankan.
Untuk menghapus seluruh air mata kesedihan rakyat akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menyengsarakan ini tidak ada jalan lain kecuali kembali menerapkan ajaran Islam kafah di seluruh lini kehidupan.
Sebagaimana firman Allah:
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ }
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." [Surat Al-Baqarah: 208]
Wallahualam bissawab.