Kisah Husni, Lulusan Magister Linguistik FIB Unand

 


Mempelajari bahasa merupakan jalan yang dipilih Husni Mardhyatur Rahmi, gadis kelahiran Bukittinggi pada 6 Mei 2000. Diakui, menjadi satu tantangan tersendiri bagi dirinya saat memilih jurusan di bangku sekolah menengan lanjutan atas, karena jurusan tersebut di masa itu merupakan jurusan yang cenderung dianggap remeh oleh banyak orang. 


Bagi Husni, bahasa merupakan satu bidang yang amat kaya dan menjadi akses bagi banyak bidang lainnya. Tanpa bahasa, orang tidak akan bisa berkomunikasi satu sama lain, peradaban tidak bisa berkembang, entah bagaimana jadinya alam semesta. Bahkan, dalam kitab suci Al-Qur’an sendiri, Allah menyebutkan bahwa bahasa merupakan satu bentuk tanda kebesaran dari-Nya. Dan ini memang bukan main-main. Mau jadi apa manusia tanpa ada bahasa. Ilmu tak akan bisa berkembang tanpa ada bahasa. 


Mantap memilih bahasa menjadi bidangnya, alumnus SMA N 3 Payakumbuh, puteri dari pasangan Munir, S.Ag., M.A. dan Zulfahnum, S.Pd. ini kemudian melanjutkan kuliah ke Jurusan Sastra Indonesia, Program Sarjana, Universitas Andalas (Unand). Semakin mendalami bahasa di jurusannya tersebut, Husni semakin kagum, betapa luas ilmu bahasa sesungguhnya. Bahasa tidak melulu perihal S-P-O-K. Ada banyak bidang dalam bahasa. Ada fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan lainnya. Bahasa juga terbukti merupakan elemen penting dalam berkembangnya budaya, kemajuan peradaban, dan perkembangan sejarah. Semakin banyak diketahui Husni dalam jurusan ilmu yang dia pilih, makin kagum dia dengan bahasa, dan makin ingin meningkatkan pendidikan terkait ilmu bahasa. 


Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Selagi masih berkutat dengan perkuliahan di Program Sarjana, atau S1-nya, ternyata di kampus, Fakultas Ilmu Bahasa, menawarkan Program Fast Track bagi para mahasiswa yang berkualifikasi untuk menjalani program percepatan studi dengan cara menjalankan studi S1 dan S2 dalam satu waktu, yang nantinya si mahasiswa harus mampu menyelesaikan pendidikan (Sarjana dan Magister) dalam waktu hanya lima tahun. 


“Program ini berjalan pada semester tujuh, dalam waktu bersamaan dimulai pula studi S2. Pada semester tujuh dan delapan, rata-rata mahasiswa tidak lagi mengambil banyak mata kuliah di Program Sarjana, sehingga mahasiswa bisa sekaligus menjalani perkuliah Program Magister-nya,” ujar Husni.


Tak mau membuang kesempatan, Husni memanfaatkan program ini. Syarat yang ditetapkan mampu dia penuhi, seperti jurusan yang diambil harus linear, IPK semester 1-6 minimal 3,25 dengan nilai paling rendah B, telah menyelesaikan 115 SKS pada studi S1, dan tes wawancara. 


Semangatnya untuk menyelesaikan studi dalam waktu singkat makin kuat. Komitmen pun dia jalankan, yaitu menyelesaikan studi S1 dalam waktu maksimal 4 tahun, dan sepuluh bulan  kemudian, dia pun mampu menyelesaikan program Magister-nya dengan baik, dengan IPK S1 3,94 dan IPK S2 3,98. Gelar S. Hum. dan M. Hum. kini layak menggandeng namannya. 


“Membagi waktu menyelesaikan perkuliahan S1 dan tugas-tugas S2 sekaligus memang berat. Materi perkuliahan S2 cukup kompleks, dibarengi dengan tuntutan menyelesaikan S1 dalam maksimal empat tahun merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Alhamdulillah, dengan dukungan keluarga, terutama doa dari ibu dan ayah, saya akhirnya berhasil melewati ini dan dapat menyelesaikan studi S2 dengan baik. Sampainya saya pada hari ini, tidak terlepas pula dari dukungan, bimbingan, dan arahan dari pihak kampus, baik dari jurusan Sastra Indonesia, Prodi Linguistik, maupun Fakultas Ilmu Budaya yang juga berupaya membantu mahasiswa Fast Track dalam menghadapi kesulitan,” ujar Husni, yang diwisuda baru-baru ini. 


Dengan pencapaiannya, Husni berharap ilmu yang telah ia dapatkan, baik di Jurusan Sastra Indonesia (studi S1) maupun di Linguistik (studi S2) bisa memberi manfaat pada banyak kalangan dalam kehidupan. 


“Salah satu sumber kekuatan saya adalah juga keluarga yang selalu mengingatkan saya untuk menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab. Orang tua berharap agar saya dapat  sukses dan dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh agar bermanfaat bagi orang lain. Orang tua juga berharap agar dapat berperan dalam dunia pendidikan. Harapan orang tua tak akan saya sia-siakan,” ungkap Husni.


Keuletan Husni bahkan mendapat pujian dari Ketua Prodi Magister Linguistik Dr. Rina Marnita AS, M.A. Menurut sang dosen, Husni adalah seorang mahasiswanya yang rajin dan tekun dalam belajar. 


“Orangnya pendiam, tidak banyak bicara, tetapi kualitas tugasnya selalu di atas standar. Husni juga seorang yang sangat reliable dan bertanggung jawab. Dia dapat diandalkan dalam tugas-tugas dan amanah yang diberikan. Meskipun minim berbicara, tetapi dia santun dalam berkomunikasi dan sopan dalam berinteraksi. Selama menyelesaikan tesisnya, dia menjadi tim panitia seminar bulanan mahasiswa Prodi Linguistik, yaitu 'Tilik' bersama dengan Kamelia Sari, Khofifah Aisah Amini, serta Rizki Junando Sandi.  Saat ini Husni membantu Kaprodi meng-update website Prodi Linguistik FIB menjadi website yang bisa menjadi media komunikasi Prodi dengan dunia luar,” jabar Rina. 


Husni sendiri, dan para lulusan lainnya, diharapkan kampus untuk bisa menjadi duta Prodi Magister Linguistik FIB Unand. 


“Mereka diharapkan menjadi bagian dari anggota masyarakat yang berilmu pengetahuan, yang mumpuni dalam bidang bahasa,  profesional dalam melaksanakan pekerjaan,  berakhlak mulia, santun kepada orangtua, mampu berkomunikasi dengan baik dengan  kalangan dari berbagai latar belakang sosial dan budaya,” sebut sang Ketua Prodi. (*)

Post a Comment

Previous Post Next Post