Sebanyak enam orang meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambawi dan Distrik Agandugume, kabupatèn Puncak Papua Tengah.Dari enam orang tersebut, satu orang di antara ya adalah anak-anak.
Bencana kekeringan telah menyebabkan enam orang meninggal dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Williem Wandik dalam keterangan tertulis nya, kamis (2-07-2023)
Para korban meninggal usai mengalami lemas, panas dalam, dan sakit kepala.
Sementara itu menurut data kementerian sosial, ada 7.500 jiwa yg terdampak kekeringan. Imbasnya mereka mengalami Kelaparan karena mereka gagal panen.
Data sementara 7.500 jiwa dikedua Distrik terdampak gagal panen akibat kekeringan, keterangan dari Direktur Perlindungan korban Bencana Alam Kemensos Adrianus Alla.
Bencana kekeringan memang fenomena alam yang tak mampu dihindari. Namun bila dicermati, kekeringan melanda bukan sekedar fenomena alam. Akan tetapi karena adanya paradigma yang keliru tentang konsep pembangunan. Demi investasi besar, pengerjaan sektor pembangunan lebih diutamakan tanpa memperhatikan kondisi alam. Pendirian proyèk besar seperti industri pertambangan, memperluas kota, sarana transportasi dan sebagai nya dibangun berdasarkan sistem Sekuler Kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan. Pembangunan atas nama investasi yang rata-rata dimiliki asing telah merusak alam dan telah beralih fungsi. Alhasil fungsi tanah menjadi minim untuk menyerah air. Ditambah adanya industri, telah membuat air tercemar sehingga tanah menjadi tidak produktif lagi. Maka wajar jika kemarau tiba, air menjadi langkah.
Padahai sejatinya, alam memberi manfaat dan kebajikan bagi manusia. Oleh karena itu ketika manusia memanfaatkan alam hendak ya sesuai dengan aturan sang pemcipta. Karena istilah kekeringan bukan sekedar dimaknai sebagai fenomena biasa, seubab masalah kekeringan tidak bisa hanya diselesaikan dengan pendekatan teknis dan sains semata. Tetapi diperlukan pendekatan multi aspek, terutama dalam upaya merubah pola pikir masyarakat terhadap pola pembangunan alam. Maka dibutuhkan sistem yang mampu mengelolahnya secara bijak tanpa harus melanggar ekosistem yang ada.
Melihat fakta yang ada hal tersebut sangat miris, Kelaparan di Papua sampai menghilangkan nyawa, Ironisnya Papua kaya SDA, bahkan ada PT Freeport sejak lama. Kasus ini menggambarkan betapa ada ketimpangaan pembangunan di wilayah Papua yang sejatinya kaya, apalagi RI sudah Merdeka 78 tahun.
Sebagaimana Sumber Daya Alam Papua sudah tidak diragukan lagi wilayah Papua yang terletak diujung Timur Indônèsia ini begitu kaya akan Sumber Daya Alam. Papua merupakan negara yang kaya akan bahan tambang seperti emas, tembaga, batu bara, besi, batu kapur, pasir Kaolin, minyak bumi dan gas alam.
Dari data tersebut setidaknya ada sumber SDA yang ada di Papua yg paling melimpah diantaranya ada:
Emas
Perlu diketahui, Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) mencatat, Indônèsia memiliki Tambang emas seluas 1.181.071,52 hektar (ha). Tambang tersebut tersebut di 25 provinsi.
Papua memiliki tambang emas terbesar di Indônèsia dengan luas mencapai 229.893,75 ha dan tambang emas tersebut tersebar di enam kabupaten yaitu pegunungan Bintang, Keerom, Nabire, Dogiyai, Mimika, Paniai.
Tembaga
Papua diketahui kaya akan tembaga. Bahkan, berdasarkan data Freeport Mc Moran yang mengoperasikan tambang tembaga salah satu hasil tambang terbesarnya ada di Bumi Papua. Pada tahun 2021, tambang Grasberg yang ada di Papua Indônèsia memproduksi 1,34 miliar pôn tembaga pada tahun 2021 lalu. Produksi ini kalau dari operasi Freeport McMoran di Amèrika Utara yang memproduksi 1,46 miliar tembaga.
Terakhir produksi tembaga Freeport mencapai 1,05 Miliar pon di Amèrika Selatan. Ini berarti total produksi tembaga Freeport Mc Moran mencapai 3,84 Miliar pôn. Ini artinya tanah Papua begitu kaya akan tembaga.
Perak
Papua juga memiliki sebanyak 1,76 ton biji dan 1.875 juta tôn biji untuk cadangan Perak. Berdasarkan data Booklet Perak yang dirilis kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020. Ini cadangan sumber daya yang dimiliki Tanah Papua:
Sumber daya bijih 2.882.83, sumberdaya logam 0,01, cadangan bijih 1.869.00 dan cadangan logam 0,01, dari rata-rata fakta yang ada, begitu kaya ya SDA yang dimiliki oleh Papua dan ini harus dijaga agar pemanfaatan kekayaan dari tanah Papua tidak habis dalam waktu dekat.
- Lantas Apa Peran Negara terhadap Rakyat nya...?
Mengurus Negara memang bukan Pekerjaan mudah. Namun menganggap hak rakyat sebagai beban dan Negara boleh mengurangi hak-hak rakyat adalah sebuah kezoliman. Hal ini kontras dengan ajaran Islam.
Pertama: Islam menekankan bahwa rakyat adalah Amanah, sementara amanah wajib ditunaikan. Allah Swt berfirman
[QS An-Nisa:58]
" Sungguh Allah menyuruh kalian menyampaikan Amanah kepada yang berhak menerima nya, jika kalian menetapkan hukum hendak ya kalian menetapkan hukum itu dengan adil."
Berlainan dengan ayat ini, Ali bin abi Thalib ra, " Wajib bagi imam( pemimpin) berhukum dengan yang Allah turunkan serta menunaikan Amanah.
Kedua: Penguasa dalam Islam Wajib sekuat tenaga memenuhi kebutuhan rakyat dan haram menyelamatkan mereka. Penguasa yang menelantarkan kebutuhan rakyat, apalagi menghalangi hak rakyat telah diperingatkan oleh sabda
Rasulullah Saw: "Tidak seorang pun, pemimpin yang menutup pintunya untuk orang yang membutuhkan, orang yang kekurangan dan orang miskin, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari kekurangan, kebutuhan dan kemiskinannya."
(HR. Tirmidzi)
Islam juga melarang penguasaan SDA Oleh Swasta asing maupun lokal seperti air, migas, minerba yang menyebabkan rakyat hanya mendapatkan keuntungan sedikit dan harus membuat mahal untuk mendapatkan semua itu.
Ketiga: Pelayanan dan pemenuhan kebutuhan untuk rakyat berlaku sama dan adil.Tidak didasarkan pada perbedaan status ekonomi maupun agama. Dalam Islam semua warga, Muslim atau non muslim miskin atau kaya berhak mendapatkan pelayanan dan jaminan hidup seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air beralih, BBM secara cuma-cuma atau dengan harga ekonomis, itu karena dalam Islam Negara (Khilafah) tidak menempatkan hubungan Penguasa dengan rakyat seperti Pedagang dan Pembeli.
Keempat: Dalam Islam Khalifah dan para pejabat Negara membatasi jaminan hidup mereka demi mengajukan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diriwayatkan bahwa khalifah Umar bin Khattab ra, menolak kenaikan tunjangan hidup dari Baitul Mal untuk keluarga ya karena Malu dan ingin mengikuti kehiduppan Rasulullah Saw, Kepada para Penguasa agar jangan memiliki kehidupan yang lebih mewah dibandingkan rakyatnya. Beliau bersabda:
"Tidak halal khalifah memiliki harta dari Allah, kecuali dua piring saja, satu piring untuk kebutuhan makannya bersama keluarga dan satu piring lagi untuk ia berikan kepada rakyatnya
(HR. Ahmad)."
Kelima: Negara Khilafah akan membebaskan warga ahludz-dzimmah (non muslim) dari pungutan jizyah jika mereka tidak mampu dan bila berusia lanjut ini di berlaku kan pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra, inilah beuntuk pelayanan Negara Khilafah terhadap warga non Muslim, sebaliknya dalam sistem Kapitalisme, semua warga, termasuk orang miskin tetap di kejar-kejar pajak atau terkena sanksi.
Keenam: Islam akan memprioritaskan pembangunan yang benar-benar bermanfaat untuk rakyat banyak, bukan proyèk Mercusuar nyang hanya dinikmati segelintir orang dan menguntungkan kaum oligarki, untuk itu setiap pembangunan harus sikaji mendalam agar bermanfaat bagi Umar dan tidak sia-sia.
Semua ini harus dilakukan negara sebagai pelaksana sistem. Pembangunan yang tidak di bangun berdasarkan akidah Islam bisa saja mengajukan hak-hak alam. Maka alam akan menjadi rusak karena perbuatan manusia sendiri
Saatnya Negeri ini menghentikan berbagai kebijakan yang dapat merugikan rakyat dan kembali kepada penerapan sistem Islam yaitu Kembali kepada syariah Islam dan memiliki pemimpin yang mengurus rakyat dengan adil dan Amanah.
Sejatinya hanya dalam Islam kepala negara (Khilafah) diangkat untuk mengurus seluruh rakyat, bukan berpihak kepada Oligarki, maka mari kita bersama-sama kembali pada sistem dan kepemimpinan Islam agar kehidupan individu dan masyarakat menjadi penuh Barokah. Amiiiin
Wallahua'lam bi shawab