Hari pertama masuk sekolah, terdapat beberapa kasus tawuran pelajar terjadi. Pertama tersebar di media sosial sebuah video aksi tawuran. aksi tawuran antar pelajar terjadi di jalan Purworejo-Magelang KM-16, Dusun Simpu, Desa Ketosari, Kecamatan Bener Kabupaten Purwerejo, Jawa Tengah, pada Senin (17/7/2023) sore (Tribunjogja, Purworejo, 18/7/2023).
Kedua di Tanggeran, sebanyak 69 pelajar dari 2 sekolah berbeda diamankan oleh Polres Tanggerang yang akan melakukan tawuran pada hari pertama masuk sekolah di Kawasan Balaraja, Kabupaten Tanggerang, Banten, Senin (17/7/2023). Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polresta Tanggerang, Kompol Kosasi, mejelaskan bahwa puluhan pelajar terpantau dari patrol siber yang membuat janji di media sosial untuk melakukan aksi tawuran (Beritasatu, 18/7/2023).
Ketiga di Bogor, sebanyak 20 pelajar menangis dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/7/2023). Para pelajar ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. (Beritasatu. 23/7/2023).
Bahkan dikabarkan terdapat korban dalam kasus tawuran pelajar di awal tahun masuk sekolah. Dikutip Tanggerang News (23/7/2023) seorang pelajar terluka usai terkena sabetan senjata tajam dalam tawuran di wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tanggerang. Video korban pun beredar di media sosial.
Aksi tawuran pelajar menjadi budaya di setiap tahun ajaran baru, bahkan setiap hari akan terdengar kabar aksi tawuran antar pelajar. Senior maupun alumni akan mengajak juniornya untuk melakukan aksi tawuran antarpelajar untuk mencari eksistensi diri. Permasalahan ini tidak bisa dianggap sepeleh, karena permasalahan ini merupakan permasalahn yang sistematis.
Fenomena ini menunjukkan lemahnya kepribadian remaja dan sistem pendidikan hari ini yang berbasis sistem sekuler kapitalisme. Kapitalisme menjadikan sistem pendidikan akan berfokus pada pencapaian nilai-nilai akademik di atas kertas dan abai pada pembinaan kepribadian pelajar. Pendidikan agama di sekolah pun hanya sekadar disampaikan saja itu pun pelajaran yang disampaikan terus berulang.
Dikutip dari muslimahnews (9 Maret 2022) penyebab tawuran antar pelajar disebabkan dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hilangnya identitas hakiki diri remaja. Sistem kehidupan sekuler telah mengikis identitas dan jati diri remaja sebagai hamba Allah. Mereka menganggap kehidupan di dunia sekadar tempat berseng-senang. Adapun faktor ekternal terbagi atas tiga aspek yaitu keluarga, lingkungan dan negara. Faktor keluarga ialah paradigm kedua orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Jika paragdimanya adalah sekuler kapitalistik, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi sekuler. Lalu, faktor lingkungan akan mempengaruhi terbentuknya kepribadian generasi. Jika di lingkungan tempat anak-anak tumbuh sekuler, maka pergaulan remaja akan menjadi bebas. Adapun faktor negara ialah penerapan kurikulum dan sistem pendidikan. Jika negara menerakan sistem sekuler kapitaslime, maka kurikulum pendidikan pun akan sekuler pula bahkan akan menjadi liberal.
Untuk mengatasi fenomena yang terjadi pada pelajar, dibutuhkan sebuah sistem yang akan menyelesaikan permasalah yang terjadi saat ini. Sistem tersebut adalah sistem Islam. Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar. Akidah Islam dijadikan dasar negara agar seluruh aturan hidup dan bernegara berdasarkan asas keimanan. Setiap individu akan memiliki pemahaman bahwa setiap amal perbuatan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirak kelak.
Selain itu, negara akan membentuk kepribadian remaja melalui sistem pendidikan. sistem pendidikan yang digunakan harus berdasarkan syariat islam. Pelajar akan diberikan Tsaqofah islam hingga akan terbentuk kepribadian islam yakni pola pikir dan pola sikap islam. sehingga jika pelajar tengah menghadapi permaslaahan, maka pelajar akan menyelesaikannya dengan sudut pandang islam.
Wallahu a'lam