Penulis : Wina Apriani
Sungguh miris hampir setiap hari kita digelengkan dengan berbagai pemberitaan yang semakin tidak jelas saja. Termasuk akhir-akhir ini terjadi penipuan dengan berbagai macam modus, salah satunya yang bikin geleng-geleng adalah lewat WhatsApp, yang seharusnya sebagai komunikasi tapi dimanfaatkan oleh tangan tangan jahat untuk meraup kepentingan dengan cara instan.
Seperti yang terjadi di berbagai kota lain, di Sumedang sendiri untuk mengantisipasinya, pada halaman SUARA SUMEDANG - Wakil Bupati Sumedang, Erwan Setiawan menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati pada modus penipuan melalui aplikasi WhatsApp. Maraknya kasus pembobolan uang elektronik, dengan modus undangan dan jasa antar paket di aplikasi WhatsApp (WA) mengundang perhatian Wakil Bupati Sumedang.
Penipuan ini dilakukan dengan memberikan sebuah link di aplikasi WA, yang nantinya akan di klik oleh korban. Seketika itu saldo di rekening korban langsung dikuras habis. “Modus penipuan pembobolan rekening kini semakin menjadi. Belakangan ini tengah viral kasus undangan pernikahan yang bisa membobol rekening melalui WhatsApp,” ujar Erwan, dikutip Suara Sumedang (17/7/2023). “Maka dari itu, mari kita selalu waspada dan berhati-hati, dalam mengantisipasi hal tersebut,” sambungnya.
Terbaru, modus pembobolan rekening ini dilakukan oleh pelaku dengan menghubungi korban melalui WA. Kemudian pelaku akan memberitahu bahwa korban mendapat undangan pernikahan, dengan mencantumkan surel yang nantinya akan dibuka oleh korban. Erwan juga memberikan sebuah himbauan untuk mengabaikan pesan dari orang yang tidak dikenal. “Apabila menerima pesan dari orang yang tidak dikenal dan mencurigakan lebih baik di abaikan saja, atau di blokir agar kita terhindar dari modus-modus penipuan seperti yang sekarang sedang marak,” jelas Erwan. Kembali lagi apakah dengan hati hati saja tidak akan terjerat faktanya rentetan penipuan sekarang sudah sangat kreatif, berbagai cara mereka lakukan hanya untuk mendapatkan uang semata.
Yang disampaikan diatas hanyalah secuil fakta yang dipublikasikan di media. Adapun penipuan yang lain maupun kriminalitas yang tidak muncul di media massa, tentu lebih banyak lagi. Kondisi ini tentu membuat masyarakat gundah belaka. Betapa tidak, penipuan begitu merebak semakin menjamur di masyarakat, baik jumlah maupun jenisnya makin meningkat. Tindakan pelaku juga makin sadis bahkan sampai bembobol habis rekening.
Kondisi tidak aman ini jelas menimbulkan kengerian di masyarakat. Masyarakat waswas akan keamanan dirinya dalam bersosial media. Warga pun harus mengamankan diri sendiri untuk berhati-hati. Selain itu pula faktanya Penyebab penipuan yang berjuang Kriminalitas pun tidak sedikit , perkara-perkara sepele bisa berujung penganiayaan dan pembunuhan. bisa berujung hilangnya nyawa. Tidak sekadar dibunuh, jasad korban bahkan dimutilasi dengan sadis seolah-olah pelakunya bukan manusia.
Sebetulnya berbicara kasus penipuan baik yang sekarang dilakukan di whatsApp, Ada dorongan dari berbagai motif, tampak bahwa salah satu penyebab terjadinya penipuan adalah lemahnya keimanan dan ketakwaan individu. Sekularisasi yang terjadi dalam kehidupan kita membuat orang enteng saja melakukan tindak penipuan, bahkan tadi hingga menghilangkan nyawa orang lain seolah bisa dijadikan mainan.
Ironis Kehidupan sekuler membuat orang tidak takut dosa dan azab neraka. Mereka tidak takut murka Allah Swt. ketika melakukan dosa berbohong, menipu, mereka lebih takut dipenjara daripada siksa neraka. Inilah akibat kehidupan kita yang sekuler, jauh dari aturan agama. Tidak ada fungsi pencegahan pada diri individu dari berbuat kriminal karena lemahnya keimanan dalam hatinya. Gambaran surga neraka seolah merupakan sesuatu yang jauh dari realitas kehidupan. Sungguh sangat menyedihkan.
Akan tetapi, penerapan kapitalisme di negara ini telah menghasilkan kemiskinan yang meluas. Setiap pertengahan tahun, masyarakat juga harus membayar mahal biaya pendidikan untuk masuk sekolah, mulai dari biaya pendaftaran, daftar ulang, biaya buku, seragam, alat tulis, dan lainnya. Alhasil, banyak orang gelap mata. Bahkan, demi bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang rela berbuat kejahatan dengan menipu mencuri, merampas, dan sebagainya.
Namun, satu hal yang juga menjadi penyebab maraknya kriminalitas adalah lemahnya penegakan hukum. Banyak kasus kriminalitas yang lenyap begitu saja karena masyarakat enggan melapor. Sudah tenar sekali di negeri ini bahwa berurusan dengan aparat keamanan akan membutuhkan biaya besar dan proses yang berbelit, sedangkan urusan belum tentu selesai. Hingga ada ungkapan, “Kehilangan ayam, jika lapor aparat, bisa menjadi kehilangan sapi.” Ini merupakan tamsil rendahnya penegakan hukum di tengah masyarakat.
Sementara itu pula, hukum yang ada tidak menjerakan pelaku kriminalitas. Istilah “penjahat kambuhan” menjadi bukti bahwa pelaku kejahatan tidak jera di penjara, bahkan bisa makin lihai berbuat kejahatan karena bertemu dengan penjahat lainnya. Hukuman terhadap pelaku kriminalitas tidak membuat mereka jera, bahkan bisa beraksi lagi selepas dipenjara.
Hal inilah realitas penerapan hukum kufur. Sistem sanksi sekuler tidak akan berhasil menghentikan kriminalitas karena mandul mewujudkan efek jera terhadap pelaku. Sudahlah sanksinya lemah, banyak oknum aparat juga “mudah dibeli” agar pelaku bisa lepas dari jerat hukum. Akibatnya, masyarakat tidak mendapatkan rasa aman dalam kehidupannya. Warga selalu waswas terhadap keselamatannya karena para pelaku kriminalitas berkeliaran siap memangsa harta dan bahkan menghilangkan nyawa.
Sudah sangat jelas terbukti bahwa sistem hukum sekuler gagal memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa keamanan. Demikian kembali solusinya hanya satu yaitu kembali pada sistem Islam, yang memiliki lapisan-lapisan yang bekerja efektif untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat. Pada tataran individu, negara akan membina kepribadian individu rakyat sehingga menjadi sosok yang bertakwa. Negara menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, juga mengutus para dai ke berbagai penjuru negeri untuk mengajarkan akidah dan syariat Islam di tengah masyarakat. Ketakwaan menjadi pencegah individu berbuat kriminal.
Pada tataran masyarakat, dalam sistem Islam negara menyejahterakan penduduknya dengan memenuhi kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Maka dorongan berbuat kriminal, penipuan akan tercegah.
Dua hal tersebut adalah solusi dalam menyelesaikan kriminalitas pada aspek preventif. Adapun pada aspek kuratif, negara menerapkan sistem sanksi yang tegas dan adil. Sanksi dalam sistem Islam berfungsi sebagai jawabir (penebus dosa pelaku) dan zawajir (pencegah orang lain berbuat yang serupa). Sanksi bagi pelaku kriminal tidak selalu penjara sebagaimana dalam sistem sekuler, melainkan disesuaikan dengan jenis kejahatannya.
Walhasil, dengan penerapan sistem sanksi yang adil dan tegas tersebut, kriminalitas bisa terselesaikan dan rasa aman bagi rakyat pun akan bisa terwujud. Maka dari sini marilah bersama-sama mewujudkan masyarakat dan kehidupan bernegara dengan menegakkan syariah Islam secara kaafah dalam aspek kehidupan
Wallahualam bi ash shawaab [].