Tanpa Tindak Tegas Negara, Penistaan Agama akan Terus Berulang





Oleh Yunita M (Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)


Tak henti-hentinya penistaan agama terjadi. Baru-baru ini kejadian yang tak mengenakan di kota Bandung terjadi dan viral di media sosial. Seorang pria WNA atau warga negara asing dengan lancangnya meludahi imam Masjid Jami Al-Muhajir, Buah Batu yang tengah menyetel murotal Al-Qur'an. 


Dikabarkan setelah kejadian itu, kepolisian Resor Bandung segera mengusut dan mendatangi TKP untuk menyelidiki dan meminta kesaksian dari imam Masjid tersebut. Tidak hanya itu, ada juga kasus penistaan agama yang tengah hangat di perbincangkan publik saat ini, yakni seorang selebgraam Lina Mukherjee dengan sengaja mengucapkan bismillah saat makan olahan babi. Mirisnya, hal tersebut dilakukannya dengan alasan karena kebutuhan konten. Saat ini selebgraam tersebut telah ditetapkan sebagai pelaku penistaaan agama oleh kepolisian daerah Sumatera Selatan. (cnnindonesia.com, 29/04/2023)


Kasus penistaan agama hari ini marak sekali terjadi. Kasus tersebut bisa dibilang terjadi di berbagai negara dunia khususnya di Indonesia. Di Indonesia kasus penistaan agama sangat banyak bahkan hingga ratusan kasus. Anehnya yang terus menjadi korban adalah syariat Islam dan kaum muslim itu sendiri. 


Tiap tahun kasus-kasus demikian bisa dikatakan terus berulang terjadi. Ini jelas adalah hal yang sangat memilukan dan disayangkan. Padahal negeri ini adalah mayoritas penduduk muslim. Apakah sebegitu rendahnya agama di mata manusia zaman sekarang? Sehingga agama dijadikan bahan lelocon dan nekat mengorbankannya hanya demi kepentingan duniawi.


Hal apapun yang menyangkut dengan penistaan agam jelas tak bisa ditoleril. Tentang kasus pria WNA yang dengan sengaja meludahi imam Masjid adalah tindakan yang sangat biadab dan menunjukan sikap arogan. Begitupun dengan selebgraam yang mengucapkan basmallah saat hendak memakan olahan babi. Yang di mana kita tahu bersama bahwa basmallah adalah kalimat suci yang tidak pantas disandingkan dengan keharaman dan kemaksiatan yang tengah dilakukan.


Agama Bukan Lagi Hal yang Urgen?


Dari kasus-kasus penistaan agama khususnya Islam, jelas menampakan realita kehidupan saat ini cenderung tidak lagi menjadikan agama sebagai hal yang sangat penting bagi hidup. Mirisnya, beberapa dari mereka yang menjadi pelaku penistaan agama adalah berstatus seorang muslim.  Dapat dipastikan mereka yang melakukan penistaan agama tak paham akan agamanya sendiri, atau mungkin mereka memang  sangat membenci Islam dan syariatnya.   


Apapun alasannya penistaan agama adalah hal yang sangat tak pantas dilakukan. Agama bagi setiap orang adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya, khususnya bagi seorang muslim. Namun anehnya saat ini banyak di antara kaum muslim yang tak memahami keurgensian agamanya, sebagai landasan hidupnya secara totalitas. Kehidupan yang serba liberal dan sekuler serta materialistis memantik dan memicu terjadinya kebebasan dalam bertindak. Berbuat semaunya sekalipun dengan menista agama. 


Kehidupan yang dibelenggu dengan sistem sekuler saat ini memang menjadikan agama hanya diserahkan pada ranah individual semata. Ini menjadi pilihan bagi setiap orang untuk mau atau tidak menjalankan syariat agamanya. Bagi yang mau menjalankan syariat agama dengan baik, maka dipersilahkan, namun hanya dalam aspek ibadah ritual semata. Sementara bagi yang tidak, maka dibebaskan selagi tak merugikan negara. Tak adan kontrol negara dalam menjamin ketakwaan setiap individu. 


Agama dipisahkan dalam ranah pengaturan urusan publik. Sebab bagi negara yang menerapkan sistem sekuler agama tak berhak dijadikan aturan dalam sistem kehidupan. Sehingga melahirkan banyak kaum muslimin yang tak paham dengan agamanya sendiri. Sehingga ada yang bahkan rela melecehkan agamanya hanya kerena kepentingan kontennya.


Tak Adanya Hukum yang Tegas 


Dalam negara yang menerapkan sistem kehidupan kapitalisme sekuler, tidak hanya syariat agama dijauhkan dari urusan publik, melainkan juga tidak adanya hukuman yang tegas dalam memburu para pelaku penistaan agama. Realitanya, hari ini kasus penistaan agama tak pernah berhenti, justru makin hari ada-ada saja kasus yang terjadi. 


Lebih parahnya lagi, saat ada yang melakukan tindakan penistaan, langkah yang diambil cenderung hanya mengecam dan menuntut permintaan maaf pelaku. Jikapun langkah hukum diambil, hukuman yang diberikan tak menimbulkan efek jera. 


Hal ini bukan sekadar narasi, namun fakta yang  tak bisa terbantahkan. Beginilah kebobrokan hukum dalam sistem sekuler,  yang menetapkan hukum adalah akal manusia yang serba terbatas. Sehingga wajar jika keadilan sulit ditegakkan. Sebab, pada dasarnya ketika manusia membuat hukum, maka hukum selalu berorientasi pada kepentingan manusia itu sendiri. Maka lahirlah sistem hukum yang tumpul dan tak mampu menjadi pencegah kejahatan selanjutnya.


Cara Islam Menghukum Para Penista Agama


Islam adalah agama yang sempurna. Syariat Islam dalam menghukumi para penista sungguh tidak main-main. Ketegasan yang diambil berasal dari syariat yang diturunkan Allah Swt. Dalam negara yang menerapkan Islam kafah, setiap individu kaum muslimin dibina agar paham dan mencintai akan agamanya. Melalui sistem pendidikan berbasis akidah, akan mencegah umat Islam menyeleweng pada syariat.


Di samping itu, mekanisme Islam dalam menindak tegas para pelaku penista agama adalah dengan memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan syariat.  Jika orang-orang kafir yang memusuhi Islam secara terang-terangan melakukan penistaan terhadap Islam dan umatnya, maka negara akan memerangi atau membunuh mereka. Hal ini sebagaimana dalam ketetapan syariat. Begitupun jika dari kalangan kaum muslimin itu sendiri, hukuman terberatnya adalah hukuman mati. 


Hal tersebut terkesan sadis, namun hukum Islam justru akan memberikan efek jera bagi para pelaku. Juga akan mencegah kejahatan serupa agar tidak terjadi lagi. Inilah bentuk hukuman yang tegas. Di samping itu, lewat hukuman tersebut, maka akan menjadi penebus dosa bagi para pelaku di dunia sehingga tak akan di mintai pertanggungjawaban kelak di akhirat atas perbuatannya. 


Kita butuh pemimpin yang tegas dalam menghukumi para penista Islam dan kaum muslimin. Sebagai penjaga kemuliaan agama kita, sebagaimana Khalifah Sultan Abdul Hamid II yang dengan tegasnya mengultimatum kerajaan Inggris yang hendak menampilkan pementasaan yang menghina Nabi Saw. Saat itu beliau mengisyaratkan peperangan jika Inggris masih tetap mengadakan pementasan tersebut. Dengan ketegasan yang diambil Khalifah, pada akhirnya pementasan di batalkan.


Kenyataannya saat ini, tak ada satupun pemimpin kaum muslimin di dunia yang tegas dalam menjaga kehormatan Islam dan kaum muslimin. Sebab, telah tersusupi dengan pemikiran sekuler kapitalis yang hanya mementingkan kekuasaan duniawi yang materialistis. Saatnya kembali pada Islam kafah dalam naungan Khilafah Islamiyah. Hanya dengan itulah, niscaya kemuliaan Islam akan terjaga.


Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: ”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: ”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasûl-Nya kamu selalu berolok-olok?” 


Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (TQS. At-Taubah: 65-66)


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post