Stunting Persoalan Kompleks dan Sistematis


Alfiah
 (Pemerhati Sosial)

Stunting masih menjadi masalah yang krusial di Indonesia.  Menurut UNICEF, Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia untuk masalah stunting pada anak balita dengan prevalensi 30,8 persen.

Stunting adalah salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang anak yang menyebabkan tubuhnya menjadi kerdil. Penyebab utama terjadinya stunting pada anak adalah kurang gizi.

Di kalimantan timur sendiri stunting masih menjadi problem utaman di kalangan masyarakat, salah satunya adalah di daerah Sempaja kota Samarinda. Kepala Puskesmas Sempaja Kota Samarinda, Irama Fitamina, menyebutkan bahwa kasus stunting merupakan hal yang sangat kompleks. Menurutnya, kasus stunting yang terjadi di wilayah Sempaja dikarenakan adanya pola asuh yang tidak tepat. "Misalnya, orang tua mereka sibuk bekerja sehingga kebutuhan protein dan gizi mereka tidak diperhatikan. Itulah yang menyebabkan stunting,” tuturnya.

Irama mengatakan perlu adanya pemahaman dan pengetahuan yang baik bagi para orang tua. Dikutip dari (Kaltim.tribunnews)

Stunting memang persoalan yang kompleks dan sistematis, imbauan dan berbagai program penanganan tidak efektif dan tidak menyentuh akar masalahnya yaitu kemiskinan dan rendahnya pendidikan masyarakat. Tidak cukup hanya dengan program intervensi spesifik dan program intervensi sensitif.

Kesalahan pola asuh ditentukan oleh pemahaman yang seharusnya didapat dari sistem pendidikan yang menyiapkan generasi sebagai bakal orang tua.

Perlu peran negara dalam hal mengentaskan kemiskinan dan memenuhi kebutuhan masyarakat agar ibu tidak terpaksa bekerja, termasuk menyiapkan pendidikan sebagai orang tua.

Negara harus mengembalikan kekayaan SDAE. Dalam arti negara harus mengelola sumberdaya alam yang ada, dengan begitu negara tidak akan ketergantungan dengan utang terhadap negara lain, dan  stunting akibat kemiskinan tidak terjadi dan kesejahteraan dapat dirasakan. Islam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga terpenuhi kebutuhan pokoknya. 

Di era kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz mengutus seorang petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said untuk memungut zakat ke Afrika. Ternyata saat akan membagikannya, Yahya tidak menemukan satu orang miskin pun yang layak diberi zakat. Semua rakyatnya hidup berkecukupan.

Ini adaah satu gambaran bahwa hanya dengan sistem islam lah masyarakat bisa sejahtera, karena aturan yang digunakan adalah aturan yang berasal dari sang Khaliq, sesuai dengan fitrah manusia memuaskan akal dan menentramkan jiwa, bukan dari buah pemikiran manusia yang di buat hanya berdasarkan hawa nafsu belaka.

Begitulah para pemimpin dimasa pemerintahan islam tidak hanya meyakini rezeki itu berasal dari Allah. Akan tetapi juga melaksanakan perintah Allah yang lain untuk senantiasa bekerja sebagai jalan datangnya rezeki tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan".( Q.S Al-Mulk:15)

Islam juga mewajibkan suami bekerja dan ibu mengurus anak. Sehingga seorang ibu tidak lagi sibuk diluar rumah untuk membatu suaminya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. 
Pendidikan dalam islam disiapkan sebagai bekal orang tua melahirkan generasi berkualitas, sehat dan khoiru ummah. Negara dalam sistem Islam sistemik dan kompleks, sehingga baik sistem ekonomi, pendidikan, kesehatan dan pergaulan, dll akan mengkondisikan warganya jauh dari stunting.

Post a Comment

Previous Post Next Post