Mudik Aman dalam Sistem Demokrasi, Hanya Mimpi

 

Oleh Rumaisha

Pengasuh Majelis Taklim


Mendamba mudik aman dan nyaman adalah harapan semua orang. Tetapi, apa jadinya sebelum sampai ke kampung halaman dan  bertemu dengan orang-orang yang dicintai maut sudah duluan menjemput. Tinggallah rasa duka yang menyelimuti seluruh  kerabat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mudik lebaran 2023 ini diwarnai dengan banyaknya kecelakaan. Pemerintah sepertinya tidak pernah mengambil pelajaran dari kasus yang berulang tiap tahun. Mudik senantiasa dihantui dengan hilangnya puluhan nyawa.


Korlantas Polri mencatat, telah terjadi 273 kecelakaan lalu lintas pada 22 April 2023 saat Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Tercatat 30 orang  meninggal dunia, 45 orang mengalami luka berat dan 378 orang luka ringan. Total dengan kecelakaan periode 18-21 April berjumlah 933 kejadian. Maka, selama enam hari Operasi Ketupat total telah terjadi 1.206 kecelakaan. Dengan menelan korban jiwa berjumlah 83 orang, dengan 55 orang selama periode 18-21 April 2023. (merdeka.com, 23/4/2023)


Kecelakaan saat mudik lebaran kembali menelan banyak korban. Hal ini menggambarkan tidak adanya upaya yang serius dan komprehensif dari penguasa untuk menjamin keamanan bertransportasi. Padahal, setiap menjelang mudik lebaran, masyarakat harus merogoh kocek yang lebih besar karena adanya kenaikan tarif ongkos yang melangit,  seharusnya dengan kenaikan tarif semestinya diikuti juga dengan pelayanan yang lebih baik. Lagi dan lagi, penguasa abai dalam hal pelayanan transportasi bagi rakyat. Banyaknya jalan yang rusak, harga tiket yang mahal, serta banyaknya kendaraan pribadi adalah potret buram layanan transportasi di negeri ini. Sungguh, mendamba mudik aman hanyalah mimpi yang tidak mungkin terwujud dalam sistem saat ini. 


Dalam sistem kapitalisme, segala bidang yang merupakan kebutuhan masyarakat merupakan lahan bisnis yang menggiurkan. Bidang transportasi misalnya. Alhasil, sarana angkutan transportasi tidak lagi dipandang sebagai bentuk pelayanan umum oleh negara kepada rakyatnya, melainkan sebagai ajang mencari keuntungan bagi pihak swasta, sekalipun harus mengorbankan rakyatnya.


Betapa banyak sarana layanan transportasi saat ini yang dikuasai swasta dibandingkan negara. Bagi para kapitalis penghamba sistem kapitalisme, keselamatan penumpang di nomorduakan. Sebaliknya, keuntungan finansial atau materi justru diprioritaskan. Padahal, tidak dapat dipungkiri kasus dugaan kendaraan tak laik jalan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang ada di negeri ini.


Berbeda dengan sistem Islam. Islam memandang bahwa nyawa manusia sangatlah berharga. Seperti firman Allah Swt. yang artinya, "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (TQS. Al-Maidah[5]:32)


Dalam Islam, negara bertanggung jawab terhadap seluruh urusan rakyatnya. Negara wajib memberikan jaminan keamanan dan keselamatan bagi seluruh rakyatnya di dalam aktivitas kehidupan. Termasuk dalam hal transportasi. Negara wajib memastikan bahwa semua kendaraan umum yang menjadi sarana transportasi warga negaranya dalam kondisi layak jalan. Negara juga wajib menyediakan sarana transportasi umum sesuai kebutuhan masyarakat. Begitu pula, negara harus senantiasa memperhatikan kondisi jalan yang rusak, mengatur keberadaan kendaraan pribadi dan kendaraan yang menjadi milik swasta, memastikan tidak adanya kenaikan tarif yang membebani rakyat, dan lain-lain. 


Pada masa ketika Islam diterapkan secara kafah, sistem pengelolaan kebutuhan sarana transportasi yang baik dan aman senantiasa dilakukan oleh negara. Karena dengan pengaturan dan rasa tanggung jawab yang dilakukan oleh seorang pemimpin, sangat memungkinkan rakyat mendapatkan pelayanan yang gratis. Sebagai contoh, pada masa Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1900 M, telah mengumumkan pembangunan proyek Hejaz Railway yaitu jalan kereta yang terbentang dari Istambul ibu kota khilafah hingga Mekah, melewati Damaskus, Jerusalem dan Madinah. Sungguh, sebuah peradaban yang gemilang yang pernah ada, dan tidak lama lagi peradaban Islam yang agung ini akan kembali memimpin dunia.


Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post