Menuju Kemenangan Hakiki

Zahrul Hayati
 aktivis Dakwah Prabumulih Sumsel

Ramadhan sudah usai berlalu, dan gempita Idul Fitri pun mengiringinya, dan yang tinggal hendaknya takwa, takwa sebenar-benar taqwa.
"Takwa yang diharapkan selesai Ramadhan, bukan sekadar takwa secara individu, masyarakat, melainkan pula hingga ditingkat negara. Inilah yang disebut kemenangan hakiki."


Seorang muslim yang beriman pasti sangat berharap apabila Ramadhan telah usai agar ketaatannya bertambah dan dosa-dosanya diampuni. Maka dalam hal penampilannya,  baju baru  bukanlah tujuan utama mereka. Karena ia sadar bahwa ketakwaan dan ampunan Allah jauh lebih penting daripada sekedar penampilan dan mendapat pujian manusia.


Ciri-ciri orang bertakwa banyak disampaikan ulama dari generasi Salaf saleh. Diantaranya yang dinyatakan oleh Al-Hasan, "Orang bertakwa memiliki sejumlah tanda yang dapat diketahui, yakni jujur/ benar dalam berbicara, selalu memenuhi janji, rendah hati dan tidak sombong, senantiasa memelihara silaturahmi, selalu menyayangi orang-orang lemah/ miskin, dan memelihara diri dari kaum wanita, berakhlak baik, memiliki ilmu yang luas, dan senantiasa bertakarub kepada Allah." (Ibn Abi ad-Dunya', Al-Hilm, 1/32).

Wahab bin Kisan bertutur bahwa Zubair ibn Al-Awwam pernah menulis surat yang berisi nasihat untuk dirinya. Didalam surat itu dinyatakan "Amma ba'du. Sesungguhnya orang yang bertakwa itu memiliki sejumlah tanda yang diketahui oleh orang lain maupun dirinya sendiri, yakni sabar dalam menanggung derita, rida terhadap qada, mensyukuri nikmat, dan merendahkan diri (tunduk) di hadapan hukum-hukum Al-Qur'an" (Ibn Al-Jauzi, Shifat ash-Shafwah 1/170 Abu Nu'aim al-Asbahani, Hiliyah Awliyah' 1/177).


Sekulerisme Liberalisme Melahirkan Kerusakan.

Idul Fitri atau akrab disapa "Lebaran" identik dengan hari kemenangan. Mengapa demikian? Karena menggambarkan keberhasilan puasa Ramadhan sebulan penuh diiringi dengan rangkaian ibadah lainnya.
Setelah Ramadhan berakhir marilah kita  bermuhasabah diri, amalan kita harus lebih baik dari tahun yang lalu, dengan harapan besar segala amal ibadah diterima Allah Swt. Namun tak hanya fokus pada diri sendiri, hendaknya melihat saudara muslim disekitar kita. Jika pada saat Ramadhan hampir setiap muslim mengenakan pakaian syar'i dan tayangan televisi pun penuh dengan  nuansa Islami, akan tetapi ketika selesai bulan Ramadhan  pakaian syar'i mulai ditinggalkan dan tayangan televisi mulai mempertontonkan aurat. Aurat yang tertutup hijab syar'i, kembali terbuka sebagai ajang aktualisasi diri. Saat Ramadhan masjid ramai dengan jamaah, khataman Al-Qur'an terdengar disetiap masjid, kini jamaah mulai sepi 
 hanya dihadiri oleh para lansia saja. Tempat-tempat hiburan yang ditutup saat bulan Ramadhan, kini kembali dibuka dan mulai ramai  dengan pengunjungnya.


Dampak Sekulerisme.

Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang menjadi asas sistem kapitalisme. Yang mana sistem ini secara nyata menolak pengaturan agama dalam kehidupan, bidang sosial seperti ekonomi, pendidikan, pergaulan, kesehatan, dan politik. Selain itu kapitalisme sistem yang tidak memanusiakan manusia, pasalnya dalam sistem ini segala kebijakan hanya bertumpu pada pemilik modal (kapital) yang merupakan segolongan pembisnis yang berdiri di belakang penguasa. Karenanya muslim yang masih memegang erat sekulerisme merekalah yang benar-benar gagal mengikuti Akademi Ramadhan, yang berakhir dengan kesia-siaan. Mirisnya hal yang demikian terus berulang setiap tahunnya. Apakah Ramadhan hanya sebagai skorsing ketaatan sementara baik untuk individu, masyarakat, dan negara?. Padahal Ramadhan hadir bukan tanpa maksud, melainkan Allah menginginkan setiap muslim untuk bermuhasabah diri.  Terlebih negara dan para penguasa yang cukup lama mengabaikan, mencampakkan  hukum-hukum  Allah.

Makna Kemenangan Hakiki.

Kemenangan sama dengan ketakwaan. Kemenangan bearti muslim telah berhasil menyandang status sebagai mutaqin yakni orang yang bertaqwa sebagaimana disyaratkan puasa Ramadhan Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(Al-Baqarah:183)
Apa yang disebut dengan takwa? Imam ath  -Thabari, saat menafsirkan ayat diatas, antara lain mengutip Al - Hasan yang menyatakan "Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka."(Ath-Thabari, Jami' al Bayan li Ta'wil Al-Qur'an, 1/232-233) 
Kemenangan = Hasil Perjuangan.

Sudahkah Muslim Menang?
Apakah kita umat muslim sudah meraih kemenangan? mungkin sudah secara individu, bagaimana dengan negara?

Meraih Kemenangan Hakiki.

Akademi Ramadhan yang sudah berlalu merupakan pendidikan ketaatan. Maka idealnya bagi setiap muslim harus dapat mempertahankan ghirah ketaatan di sebelas bulan setelah Ramadhan, karena inilah perang yang sesungguhnya, sebab syaitan sudah bebas berkeliaran layaknya napi yang dapat asimilasi. Maka keamanan iman muslim mulai terusik dan terancam. Raih kemenangan dengan berIslam secara kaffah, jadi hakikat kemenangan itu kesungguhan berjuang dalam taat menjauhi segala yang dilarang dan melaksanakan yang diperintahkan dengan mengharap keridhoan Allah dan berusaha mewujudkan  kebahagiaan dunia dan akhirat dengan Islam kaffah.
Allah Swt  berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (Al Baqarah 2: ayat 208).

Konsekuensi keimanan ialah taat syari'at secara kaffah. Kita harus lebih meningkatkan energi untuk taat kepada syari'at dan mengamalkannya secara keseluruhan. Itulah makna kemenangan hakiki. Namun demikian semua itu tidak bisa terwujud secara individu atau masyarakat saja, melainkan umat membutuhkan peran negara, yakni Khilafah.
Wallahu a'lam bis showaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post