Langgengnya Pengangguran, Bukti Lemahnya Pengurusan Negara

 

Oleh Susci (Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng) 

Tiada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Permasalahan dapat terselesaikan, apabila tercipta keseriusan. Pengangguran bukanlah masalah baru yang dihadapi masyarakat melainkan masalah berakar yang kian bercabang. Sehingga, dibutuhkan keseriusan negara dalam menangani permasalahan tersebut.

Sebagaimana yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), masih ada sebanyak 7,99 juta pengangguran per Februari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 5,45 persen dari sebanyak 146,62 juta orang angkatan kerja. (cnnindonesia.com, 05/05/2023)

Sekalipun data tersebut telah mengalami penurunan di Agustus 2022 kemarin. Namun jumlah pengangguran masih terpaut banyak, sedangkan jumlah biaya hidup mengalami peningkatan. Sehingga, hal tersebut kian menambah beban masyarakat. Wajar jika negara masih dianggap belum serius dalam menangani pengangguran yang ada.

Pengangguran menjadi permasalahan kompleks yang saling berhubungan di antaranya, peluang pengangguran tidak akan mudah didapati apabila penyediaan lapangan pekerjaan deras dirasakan masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya dirasakan sebagian saja.

Faktanya, masih banyak masyarakat yang pengangguran tanpa memiliki pekerjaan. Bukan karena malas ataupun berdiam diri, melainkan susahnya mencari pekerjaan. Bahkan, sampai ada masyarakat yang harus hidup dalam kejahatan hanya demi bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Mirisnya, negara terkesan abai dalam melihat problematika pengangguran yang membawa pada tingkat kemiskinan bertambah. Pembiayaan hidup menurun, penderitaan menyerang silih berganti, menggambarkan kehidupan yang jauh dari kesejahteraan.

Masyarakat tentu mengharapkan gerakan serius dalam memberantas pengangguran dari akar-akarnya, tidak ada lagi pengangguran walau hanya sekian persen. Sehingga, penyediaan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran menjadi kewajiban negara.

Negara sebagai pengurus urusan rakyat harus sepenuhnya memastikan kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang apapun.

Namun, harapan tinggallah harapan, jika negara masih terkungkung dalam penerapan kapitalisme sekularisme. Sistem yang lahir dari asas keuntungan dan pemisahan antara agama dengan kehidupan. Status kesejahteraan hanya menjadi impian semata bagi semua orang. Sebab, faktanya pengangguran masih bersarang dalam negara. 

Tentu bukan tanpa alasan. Kapitalisme sekularisme melahirkan negara yang memprioritaskan kepentingan pribadi dan golongan tertentu, serta melupakan perannya dalam menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Banyak proyek dibangun, sedangkan untuk mengatasi pengangguran terkesan lamban. Padahal, kebutuhan perut diperlukan setiap hari.

Sistem ini pula telah membiarkan asing maupun swasta dalam menguasai SDA yang ada. Bahkan mereka mendapati tempat-tempat strategis membangun perusahaan dan memberikan peluang pekerjaan bagi golongan mereka saja, sehingga masyarakat kecil menjadi korban ketidakberdayaan. Padahal jika negara mampu membangun industri sendiri, tentu rekrutmennya akan diberikan kepada masyarakat layak dan mampu secara menyeluruh.

Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat mencampakkan sistem kufur kapitalisme sekularisme yang terbukti menciptakan kerusakan bagi negara. Akibatnya, pengangguran menjadi permasalahan yang kompleks tak berujung.

Islam Mengatasi Pengangguran

Berbeda halnya dengan Islam, pengangguran menjadi permasalahan yang jarang ditemukan. Keberadaan Islam mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Sebab, Islam hadir sebagai agama sekaligus peraturan dalam kehidupan, termasuk dalam mengatasi pengangguran.

Dalam Islam, pengurusan terhadap kesejahteraan masyarakat menjadi tanggung jawab negara. Negara tidak akan dibiarkan abai terhadap urusan rakyatnya, apalagi sampai muncul data pengangguran di dalam negeri yang berujung pada maraknya kemiskinan. Sehingga, dalam menghindari pengangguran, Islam memiliki beberapa metode di antaranya;

Menghadirkan para pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Keimanan itulah yang menghantarkan pada sikap amanah dan bertanggung jawab terhadap urusan rakyat. Ketakwaan akan menjadikan mereka takut kepada Allah Swt. Para pemimpin menyadari bahwa kelak mereka akan diminta pertanggungjawaban tentang pengurusannya terhadap rakyat. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw. 

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari)

Selain itu, Islam akan mengelola SDA dan membangun industri-industri sendiri, tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Dengan begitu, Islam akan mengambil para pekerja dari dalam negara. Tidak akan ada lagi asing maupun swasta yang mengisi lapangan pekerjaan. Apalagi mengatur dan menentukan siapa para pekerjanya. 

Islam tidak akan membiarkan ada satu pun masyarakat yang hidup dalam pengangguran, apalagi dia yang berperan sebagai kepala keluarga. Sebab Islam memiliki dua cara dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat di antaranya, bantuan langsung dan tidak langsung.

Bantuan langsung berupa penyediaan kebutuhan secara gratis di bidang pendidikan, kesehatan, dan keamanaan. Sedangkan, bantuan secara tidak langsung berupa penyediaan lapangan pekerjaan bagi kepala keluarga sebagai tanggung jawab mereka.

Oleh karena itu, hanya Islamlah yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi rakyat, memperhatikan segala keperluan dan kebutuhan rakyat, serta senantiasa menjamin tersedianya lapangan pekerjaan. Sebab, Islam berasal dari Allah Swt. Tuhan yang mengetahui segala sesuatu, termasuk dalam pengaturan kehidupan manusia. Sehingga, sudah saatnya umat mencampakkan sistem kufur kapitalisme sekularisme dan menggantinya dengan sistem Islam.

Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post