Konser Coldplay, Tanda Kuatnya Kuasa Kapitalis


Oleh: Erik Sri Widayati, S.Si

Coldplay, memastikan manggung di Jakarta pada 15 November, band asal London Inggris ini akan menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pihak promotor konser Coldplay 'Music of the Spheres World Tour' Jakarta, PK Entertainment dan TEM Present mengumumkan harga tiket konser Coldplay dibanderol mulai dari Rp800 ribu untuk Cat 8 hingga Rp11 juta untuk kategori Ultimate Experience. Harga ini belum termasuk pajak. Pihak promotor menjanjikan fasilitas spesial, salah satu fasilitas yang paling menggiurkan adalah tur back stage alias belakang panggung. (CNBC Indonesia, 13/05/23) 

Kehebohan pun berlanjut, tiket Coldplay yang baru bisa dibeli mulai tanggal 17 Mei, tetapi kamar hotel di sekitar senayan dikabarkan sudah ludes terjual. Sementara di luar senayan 50% sudah penuh. Banyak diantara karyawan yang mengambil cuti di hari itu sekedar untuk menonton konser. Jasa titip tiket pun bermunculan dengan tarif Rp 200 ribu sampai Rp 750 ribu per tiket. 

Dari video konser Coldplay di berbagai negara, puluhan ribu orang tampak larut dalam suasana sukacita. Dengan tangan terulur ke atas histeris mengikuti irama musik. Suasana seperti ini dianggap mahal dan layak diperjuangkan. Sehingga sah-sah saja mengeluarkan uang banyak demi kesenangan. Memang kesenanganlah yang dikejar-kejar oleh manusia saat ini. Demi memperolehnya, orang rela melakukan apa pun, mengeluarkan uang berapa pun, dan menempuh jarak sejauh apa pun. Tidak peduli apapun asalkan bisa bersenang-senang. 

Tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Pada aspek yang lebih luas, penyelenggaraan konser Coldplay dengan tiket yang mahal tersebut menunjukkan bahwa penyelenggara dan pemberi izin tidak punya empati. Masih sangat banyak masyarakat kita yang bahkan tidak punya makanan untuk dikonsumsi hari ini. Jika mengikuti standar Bank Dunia, sebanyak 110 juta jiwa atau 40% penduduk Indonesia terkategori miskin. (CNBC Indonesia, 11/05/2023). 

Mirisnya, konser ini justru dimudahkan oleh negara. Apa yang mereka cari dengan mengadakan konser ini? Untung besar, tentu saja. Negara sendiri menganggap acara ini akan memberi dampak ekonomi bagi pelaku UMKM. Padahal, sebenarnya sudah terlihat bahwa pihak yang paling diuntungkan adalah para pengusaha besar terutama di bisnis perbankan, hotel, penyelenggara konser, transportasi,dll. Sedangkan UMKM sekadar mendapatkan tetesan ekonomi.

Dalam sistem kapitalisme, masyarakat bekerja keras kepada para kapitalis pemilik modal, pemilik perusahaan-perusahaan besar. Kemudian, mereka mendapatkan gaji dan membelanjakan untuk membeli produk para kapitalis lagi.

Ketika kita ingin menghilangkan stres karena pekerjaan yang penuh tekanan, misalnya, dilakukan dengan cara bersenang-senang menonton konser. Uangnya masuk ke para kapitalis juga. Terbayang betapa berkuasanya para kapitalis itu menyedot dana masyarakat, termasuk umat Islam. Setelah menonton konser, para penonton kembali pulang menemui rutinitas kehidupan masing-masing yang penuh tekanan dan kembali stres.

Di negeri ini telah nyata yang berkuasa adalah kapitalis. Masyarakat terlibat hanya untuk menghasilkan pundi-pundi keuntungan bagi para kapitalis. Makin tampak jurang si kaya dan miskin, sementara GNP dianggap menjadi parameter tingkat kesejahteraan sebuah bangsa. Bisa jadi kekayaan yang dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat dari kalangan elit itulah yang mempertinggi nilai GNP Indonesia. Padahal yang Tidak bisa makan masih banyak. Tidak menunjukkan fakta yang sebenarnya. 

Masyarakat kelas bawah tetap harus berjuang untuk membiayai berbagai layanan umum yang harus mereka beli seperti pendidikan dan kesehatan. Kalaulah ada jaminan sosial mereka masih harus membayar karena yang dibayar oleh pemerintah jumlahnya sangat minim dan sering tidak tepat sasaran. 

Di bidang ekonomi, masyarakat bawah hanya menjadi pekerja. Sebagian pemilik UMKM yang dengan modal kecil dan berbagai sarana yang terbatas tentu kalah bersaing dengan produk-produk milik para kapitalis yang dijual bebas dengan harga bersaing. Tetap tidak mampu mengangkat taraf ekonomi masyarakat secara umum. 

Inilah tanda bahwa negeri ini tidak baik-baik saja. Harus ada banyak masukan terhadap negeri ini sehingga bisa menjadi negeri yang penuh berkah rakyatnya bisa hidup makmur di negeri yang kaya. []

Post a Comment

Previous Post Next Post