Dana SEA Games Bikin Gemes


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Ramai diberitakan di media sosial juga siaran tv tentang berbagai bonus yang diberikan kepada peraih medali (atlet/pelatih/asisten pelatih) SEA Games ke-32. Sungguh menggiurkan dan bikin ngiler. Bahkan mereka mendapat gelar "Pahlawan Olahraga" karena telah mengharumkan nama bangsa. Dan memang bikin bangga. 

Mulai dari uang tunai, beasiswa, fasilitas mewah, bahkan kapten Timnas Indonesia U-22, Rizky Ridho, meminta bonus tambahan bagi timnya berupa tiket konser Coldplay. (Sportstars.id, 20/05/2023).

Dikutip dari cnnindonesia.com, 17 Mei 2023, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut Indonesia menggelontorkan Rp852,2 miliar untuk perhelatan SEA Games Kamboja 2023. Dana sebesar itu digelontorkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia lantas merinci anggaran itu dibagi ke dalam tiga keperluan.

"Rp522 miliar untuk pembinaan atlet-atlet sebelum berlaga di multi-event internasional, Rp55,2 miliar untuk bantuan pengiriman kontingen menuju Kamboja, dan Rp275 miliar untuk pemberian bonus bagi peraih medali (atlet/pelatih/asisten pelatih) SEA Games ke-32," katanya di Instagram @smindrawati, Rabu (17/05/2023). 

Pantas saja bonusnya begitu fantastis, setara dengan dana yang disediakan. Andai saja dana sebesar itu untuk mengentaskan kemiskinan, mungkin Indonesia bukan hanya meraih medali tapi juga dapat meraih cita-cita untuk mengenol persenkan kemiskinan. Dan itu juga dapat mengharumkan bangsa juga mensejahterakan warga.

Tapi begitulah. Karena kemiskinan dianggap aib, maka dipandang dengan sebelah matapun sudah untung. Memang dana untuk mengentaskan kemiskinan juga besar, tetapi peruntukannya juga untuk banyak orang yang tentu jumlahnya lebih banyak daripada kontingen SEA Games ke-32. Ibarat kue yang dibagi untuk satu orang, dengan yang dibagi untuk beberapa orang. Sudah pasti yang dibagi satu orang merasa kekenyangan, sedang yang dibagi untuk beberapa orang masih kelaparan. Tidak adil.

Atau dana tersebut untuk menyelesaikan masalah stunting atau gizi buruk, atau perbaikan infrastruktur pendidikan dan kesehatan, juga masih banyak atau yang lain. Saking banyaknya masalah yang lebih memerlukan skala prioritas. 

Layaknya orang tua yang sayang kepada semua anaknya, apapun kekurangan dan kelebihan yang dimiliki tiap anak. Seharusnya negara juga demikian dalam mengurus urusan warganya. Bukan hanya mengelu-elukan yang berprestasi, tetapi juga harus meraih yang sedang terpuruk. Siapa tahu dengan benarnya pengurusan, warga yang tadinya tidak berprestasi jadi bisa berprestasi dan ikut mengharumkan nama bangsa. 

Memang betul, berolahraga penting untuk kesehatan. Rasulullah memerintahkan umat Islam belajar berenang, berkuda, dan memanah, untuk menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah SWT. 

Tidak seperti saat ini, olahraga diformat menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi, dan popularitas. Hal yang diprioritaskan dalam sistem Islam adalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara memfasilitasi rakyat untuk memenuhi semua itu dengan membuat lapangan kerja seluas-luasnya dan mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Negara juga menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis dan berkualitas. Dengan demikian, rakyat akan sejahtera secara nyata dan menyeluruh. 

Indonesia bisa, semua negara juga bisa mewujudkannya. Syaratnya hanya dengan mengganti sistem sekarang dengan sistem Islam. Bisakah?
Wallahu'alam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post