Siapkah Negara Menghadapi Covid Varian Baru?


Oleh: Fina Fadilah Siregar 
(Aktivis Muslimah)

Virus Covid varian baru telah masuk ke Indonesia. Varian baru  tersebut diketahui bernama Arcturus. Momen lebaran tahun ini juga dikhawatirkan membuat penyebaran virus  varian baru ini semakin cepat. 
  
Saat ini, tercatat ada 7 kasus Covid-19 subvarian Omicron XBB 1.16 atau Arcturus di Indonesia. Kasus tersebut terus bertambah dari yang sebelumnya hanya lima kasus dengan kasus awal dua kasus.
  
Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan kasus awal memiliki riwayat perjalanan luar negeri dari India sedangkan yang satunya berasal dari penularan lokal.
  
Sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah), terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare.
  
Lonjakan kasus terlihat jelas dalam sepekan terakhir. Pada pekan tersebut (15-22 April 2023), kasus Covid-19 bertambah 7.015 atau naik 18% dibandingkan pekan sebelumnya (5.938). Jumlah kasus sepekan terakhir juga dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada pekan terakhir Maret 2023 yang tercatat 3.660. (cnbcindonesia.com, 23/04/2023)
  
Penyebaran kasus dikhawatirkan meningkat tajam setelah libur Lebaran yakni 19-25 April 2023. 
  
Varian baru covid sudah masuk ke Indonesia, sementara penjagaan justru makin longgar. Masyarakat juga sepertinya sudah menganggap sepele. Masyarakat tak lagi aktif memakai masker, terutama untuk orang yang sedang sakit (flu), orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit, dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan. Begitupun dalam menjalani pola hidup sehat, juga sudah diabaikan oleh masyarakat.
  
Selain itu, kesiapan negara untuk menangani covid sangat dibutuhkan, bukan hanya peringatan kewaspadaan namun juga pada penanganan dan hal terkait lainnya. Tapi pada kenyataannya yang kita lihat selama ini, negara tidak memiliki mekanisme yang jelas dalam menangani wabah covid-19. Justru masyarakat yang tertular terus bertambah dari hari ke hari. Begitu pula untuk masyarakat yang meninggal dunia juga jumlahnya terus bertambah setiap harinya. Disini terlihat bahwa negara tidak mampu menangani kasus Covid ini dengan baik. Sistem karantina dan pengobatan yang dibuat pemerintah tak mampu membendung penyebaran virus Covid ini. Langkah vaksinasi yang diwajibkan bagi masyarakat juga menjadi lahan bisnis bagi orang-orang yang memiliki modal besar. Inilah potret kejamnya sistem kapitalisme yang ada saat ini.
  
Lain halnya dengan sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dimana Islam memiliki mekanisme yang jelas dan ampuh dalam menangani wabah, baik dari sisi aturan karantina maupun jaminan pengobatan. Dalam Islam, orang yang sakit tidak boleh keluar dari wilayah tempat tinggalnya.  Sementara, orang dari daerah lain juga tidak boleh mengunjungi wilayah yang terkena wabah. Sehingga, orang-orang yang sakit tidak menularkan virus kepada orang-orang yang sehat. Orang yang sehat dapat bekerja dengan nyaman tanpa ada rasa takut tertular wabah penyakit. 
  
Begitu pula dari sisi jaminan pengobatan. Islam menjamin pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan didukung pula dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Dalam hal ini, terlihat jelas bagaimana kesiapan negara dalam menghadapi wabah, dimana kesehatan masyarakat menjadi fokus utama bagi negara.
  
Oleh sebab itu, jelaslah bahwa hanya sistem Islam yang mampu mengatasi semua persoalan dalam kehidupan. Termasuk kesiapan negara dalam menghadapi covid varian baru. Semua ini hanya bisa terwujud dalam satu negara yang bernama Daulah Khilafah Islamiyyah. Wallahua'lam bishshowaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post