Mengapa Dukun Pengganda Uang Masih Dipercaya?


Oleh: Lilik Solekah, SHI
 (Ibu Peduli Generasi) 

Pertengahan Ramadhan justru dihebohkan dengan berita tentang dukun pengganda uang dari Banjarnegara yang memakan korban. 

Mbah Slamet Tohari dalam berita TribunJateng.com 9 April 2023 telah menghabisi 11 korban yang menggunakan jasanya dalam menggandakan uang. Mbah Tohari sudah melakukan praktek selama lima tahunan. Dengan media internet sebagai alat promosi termasuk melalui facebook para korban pun dimintai uang kisaran lima juta dengan iming-iming akan bisa kembali menjadi lima miliar.

Namun naas ketika para korban menagih uang tadi sudah habis untuk nyaur utang, sehingga daripada dilaporkan ke Polisi maka keluarlah pikiran dengan pengaruh setan untuk menghabisi nyawa para kurban. Di bunuhlah dengan racun potas para kurban dan dikuburnya. 

Kasus dukun penggandaan uang di Indonesia ini sudah berulang kali terjadi seperti Dimas Kanjeng Probolinggo 2016, Wowon Cs Alias Eki,  Abah Yanto Gresik Januari lalu di tahun ini juga. Dan semua berakhir tragis yaitu membunuh para korbannya.  Namun mengapa hal ini terus terjadi dan tidak diambil sebagai pelajaran bagi para korban? 

Ada beberapa faktor jika kita rinci mengapa dukun pengganda uang masih dipercaya :
Individu. 
Individu masyarakat yang bodoh, malas berpikir, menjadi faktor utama mau datang pada dukun pengganda uang. Realistis saja jika ada orang bisa menggandakan uang,  mengapa tidak datang ke bank untuk menggandakan uang yang ada di bank agar hutang negara segera terlunasi, bantu fakir miskin,  bantu yatim piatu tanpa adanya mahar karena uang dua ribu pun jika bisa, berubah tiga juta, berarti sudah bisa membukakan usaha kecil bagi fakir miskin. Kenyataannya tidak demikian. 
Selain individu yang bodoh,  yang kedua individu yang lemah iman. Tidak paham konsep rezeki yang termaktub dalam Quran surat hud ayat : 6 yang artinya “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” 
Ekonomi. 
Penghidupan yang sempit telah kita rasakan kini. Hampir seluruh penduduk dunia merasakan sempitnya penghidupan di sistem kapitalisme ini. Bukankah Allah telah berfirman dalam qur'an surat thoha ayat 124 yang artinya "Dan barangsiapa yang hilang dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”  karena kebodohan dan lemahnya iman maka dengan penghidupan yang sempit maka justru mencari solusi bagaimana cara ingin cepat kaya dan semua perilaku seolah olah demi cuan. 
Negara. 
Negara yang seharusnya bertanggung jawab atas pendidikan, aqidah,  ekonomi atau penghidupan warganya justru dalam sistem kapitalis sekuler tidak memperdulikan itu. Justru para penguasanya sendiri sibuk dengan memperkaya diri,  berbangga bangga dengan harta yang melimpah tanpa ada empati dan simpati pada warga yang benar-benar benar tidak bisa makan.

Maka dari sini,  mari kita ambil ibrahnya, dalam Islam yang kita peluk ada aturan yang sempurna. Dalam sistem Islam ada aturan penjagaan aqidah manusia, ada aturan bagaimana kewajiban mencerdaskan ummat, dalam Islam kita ada aturan bagaimana ekonomi yang Mensejahterakan warganya, sehingga harus benar-benar kita sadari bahwa solusi atas persoalan kehidupan yang carut marut ini adalah Penerapan Islam secara kaffah. 

Dan sadarilah sistem sekuler kapitalisme ini begitu jahat menutup celah-celah pemikiran umat yang semestinya meningkat  menjadi tinggi dan cemerlang, justru menjadi pemikiran yang rendah,  awam dan sesat. Ingatlah sabda Rasulullah bahwa "Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya" ( HR.  Daruquthni )
 
Sebagai penutup Mari kita terapkan Sistem Islam yang agung agar tidak lagi ada yang percaya perdukunan ataupun tumbuh dukun serupa di negara kita.  Karena saya yakin bahwa akan ada dukun pengganda uang lagi dan terus lagi serta memakan korban baru lagi apabila sistem di negara ini masih sekuler kapitalisme. [Wallahu A'lam bishawab ]

Post a Comment

Previous Post Next Post