Ritual Jelang Ramadan: Harga Melambung Rakyat Makin Buntung




Oleh Siti Aminah, S. Pd.
 (Pegiat Opini Lainea Konawe Selatan)

Ramadan sebentar lagi. Sebagai seorang Muslim tentunya sangat merindukan kedatangannya. Berbagai hal dipersiapkan tak terkecuali pemenuhan kebutuhan pokok. Namun sayangnya masalah kenaikan harga pangan menjadi ritual yang terus menerus terjadi menjelang Ramadan. Mestinya rakyat bisa tenang beribadah, malah direpotkan dengan kenaikan harga pangan seperti beras, telur, dan minyak goreng yang membuat rakyat menguras tenaga dan pikiran untuk memenuhi semua itu.

Dikutip dari zonasultra (16/2/2023), harga sembako di sejumlah pasar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan. Salah seorang pedagang sembako di Pasar Mandonga Kendari, Bima (30) saat ini menjual telur satu rak seharga Rp50 ribu ukuran sedang menjadi Rp55 ribu. Kemudian ukuran besar Rp60 ribu menjadi Rp65 ribu.

Kenaikan ini tentu berdampak pada ketida percayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Pasalnya sebelumnya Bulog telah merilis bahwa menjamin ketersediaan bahan pangan dan kestabilan harganya. Namun fakta yang terjadi malah sebaliknya. Lagi dan lagi harga telur dan minyak goreng mengalami kenaikan yang signifikan. Bagaimana mungkin masyarakat mempercayai pemerintah jika tiap tahunnya seperti ini. Seakan diberikan harapan namun nihil hasilnya.

Pemerintah seharusnya telah memiliki langkah-langkah antisipasi agar kejadian tersebut tidak terus berulang. Namun sayangnya masalah ini tidak dijadikan prioritas utama untuk diselesaikan. Padahal sudah menjadi tanggung jawab pemerintah menjaga kestabilan harga untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan bahan pangan dan kurangnya stok pangan di pasaran, agar rakyat mampu menjangkau pemenuhan kebutuhan hidupnya. 

Alih-alih melakukan antisipasi, malah harga pangan dikembalikan pada harga pasar, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa pasar hari ini dikuasai oleh para kapitalis atau para oligarki. Akhirnya rakyat makin buntung, akibat dari kebijakan yang ditetapkan. Kebijakan ini pula yang menimbulkan terjadinya penimbunan atau kekurangan stok pangan.

Mengapa demikian? Karena sistem hari ini berpihak pada oligarki (para kapitalis). Rakyat dibiarkan berjuang sendiri untuk menghidupi dirinya. Mereka hanya dijadikan sapi perah di sistem hari ini. Sistem ini tidak lain dan tidak bukan adalah sistem kapitalisme sekular yang mampu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga siapapun yang bermodal besar maka, bisa menguasai pasar dan menetapkan harga. Asas manfaat diutamakan, sedangkan halal haram tidak menjadi soal utama. Akibatnya perekonomian berjalan sesuai dengan keinginan manusia dan mengatur diri mereka sendiri. Akhirnya aturan agama disingkirkan dari kehidupan, termasuk urusan ekonomi.

Maka, mustahil mendapatkan harga yang stabil dalam sistem kapitalisme sekular. Yang ada malah kekacauan dan semakin tingginya harga pangan, rakyat pun gigit jari, para oligarki untung, rakyat makin buntung. Sadar atau tidak inilah fakta mengambil aturan manusia untuk mengatur kehidupan. Manusia itu lemah, maka tidak akan mampu menyatukan seluruh manusia untuk mengaturnya. 

Membutuhkan aturan yang tepat dan solutif untuk mengatur kehidupan manusia. Yakni dari pencipta manusia itu sendiri. Karena aturan sang pencipta yaitu Allah Swt. sudah terbukti, baik secara empiris maupun historis dapat diterapkan selama kurang lebih 14 abad lamanya. Aturan itu disebut sebagai sistem Islam dan Islam diterapkan secara keseluruhan dalam kehidupan atau biasa disebut sebagai sistem kekhilafahan.

Jika sistem Islam kembali tegak, bukanlah hal yang mustahil akan mampu mensejahterakan rakyat secara keseluruhan. Jika pun terjadi persoalan seperti kelangkaan pangan, tentunya pemerintah akan melakukan langkah-langkah antisipatif yang tepat dan solutif. Mulai dari stok bahan pangan yang terpenuhi, sehingga tidak menimbulkan permintaan yang berlebih dan menyebabkan kenaikan harga, serta pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap penimbunan bahan pangan, yang mana jika terjadi penimbunan maka kelangkaan barang akan terjadi yang menyebabkan kenaikan harga karena permintaan meningkat dibanding ketersediaan stok. 

Jadi masalah produksi dan distribusi, pemerintah wajib hadir untuk memastikan dan menjamin ketersediaan pangan untuk masyarakat. Karena pemimpin merupakan periayah masyarakat. Di pundaknya ada tanggung jawab dan ketika tanggung jawab itu tidak dilakukan atau zalim terhadap rakyat maka akan diadili oleh mahkamah mazalim. Bukan hanya di dunia, namun akhiratlah pengadilan yang paling adil perhitungannya bagi orang yang yakin akan hari penghisaban.

Oleh karena itu, tidak ada pemimpin yang semena-mena dalam sistem Islam. Mereka takut atas pertanggung jawaban kelak di akhirat. Maka, marilah memperjuangkan tegaknya kembali sistem Islam yang akan mensejahterakan rakyat dan pemimpinnya akan berlaku adil kepada seluruh rakyatnya. 

Hanya Islam satu-satunya solusi untuk menyelesaikan seluruh problematika kehidupan hari ini. 

Wallahu a'lam bishawwab 

Post a Comment

Previous Post Next Post