Pengajian Itu Penting, Tak Ada Hubungannya dengan Stunting!

Oleh: Anisa Bella Fathia S.Si

Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

Saya geram dibuatnya ketika menonton cuplikan video saat Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri mengkritik dan menuding ibu-ibu yang suka ikut pengajian, namun lalai mengurus anak-anak mereka sehingga mengalami stunting. Oleh karenanya ia menginstruksikan menteri untuk membuat manajemen rumah tangga.

Pernyataannya ini sontak menghebohkan publik, banyak pihak menyayangkannya. Salah satunya datang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, K.H. Muhammad Cholil Nafis. Ia mengatakan terkait tidak senang ngaji tidak masalah asalkan tidak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun (Republika, 19/2/2023).

Tak hanya itu, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW) mendukung sikap BKMT (Badan Kontak Majlis Taklim) se-Indonesia, PP Muslimat NU, dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah yang mengkritisi pernyataan Megawati Soekarnoputri yang mengaitkan ibu-ibu ke pengajian dengan tingginya stunting di Indonesia. Dia mengaku banyak menerima aspirasi ibu-ibu pengajian di berbagai majelis taklim yang menolak framing tersebut (Wartaekonomi.co.id, 22/2/2023).

Miris sekali mendengar kritikan tersebut, padahal mengaji merupakan aktivitas mulia bagi seorang Muslim maupun Muslimah. Seorang Muslimah, sebagai ibu memiliki peran penting dalam kemajuan generasi, karena menjadi madrasah pertama dan utama bagi anak. Ibu harus menjadi guru dan teladan terbaik bagi sekolahnya yakni rumah untuk anak-anaknya. Tentunya seorang ibu harus memiliki bekal agar mampu profesional dalam perannya. Mampu mendidik anaknya dengan islam agar tercetak generasi islami, dan bekal itu adalah dengan menuntut ilmu salah satunya hadir di pengajian majelis ilmu.

Anak-anak yang dididik oleh ibu yang senantiasa meng-upgrade diri dengan mengaji tentu akan mampu mencetak generasi emas. Mengaji adalah aktivitas wajib dan penting bagi seorang Muslimah. Allah berfirman dalam Qur'an surah al-Mujadalah ayat 11 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Mengaji juga merupakan kewajiban setiap individu, diriwayatkan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha'if Sunan Ibnu Majah no. 224. "Menuntut ilmu itu  kewajiban bagi setiap individu Muslim."

Maka jelas, dari dalil tersebut mengaji itu wajib dan Allah tinggikan derajatnya. Menuduh aktivitas mengaji menyebabkan stunting karena melalaikan gizi anak adalah sebuah tuduhan yang keliru dan tidak nyambung. Justru di pengajian, ibu-ibu memperoleh banyak tsaqafah Islam. Pengajian yang membahas Islam secara kaffah akan membentuk kepribadian ibu yang islami dengan pola pikir dan pola sikap islami.

Ibu-ibu pengajian ini akan dididik bagaimana menjalankan perannya dengan baik sebagai individu yang bertakwa kepada Allah, sebagai istri shalihah dan sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya. Diberi bekal bagaimana menyiapkan anak-anak yang bertakwa dan kelak berkontribusi bagi umat. Apalagi di sistem sekuler ini, mengaji amatlah menjadi sebuah kebutuhan dan kewajiban yang penting. Potret kehidupan hari ini diwarnai oleh banyak kasus yang memilukan, seperti kenakalan remaja, kasus hamil di luar nikah, kecanduan pornografi bahkan kasus bunuh diri di kalangan pelajar. Hal ini tentu membuat ibu-ibu semakin waswas meninggalkan anak di luar rumah.

Maka, mengaji adalah salah satu upaya agar ibu mampu mengokohkan tauhid anak sedari dini agar kelak tidak melanggar syariat Allah. Mengaji juga tidak akan menghabiskan banyak waktu sehingga ibu lalai memberi makan anak. Banyak ibu yang justru membawa anaknya ke pengajian dengan harapan anaknya terbiasa dekat dan cinta majelis ilmu.

Stunting tidak ada hubungannya dengan pengajian, tidak ada data valid pengajian sebabkan stunting. Penyebab utama stunting adalah kemiskinan. Hingga tahun ini persentase stunting belum juga turun di bawah angka standar WHO. Pada 2021, prevalensi stunting anak di Indonesia sebesar 24,4%, lalu menjadi 21,6% di 2022. Adapun standar yang ditoleransi oleh WHO adalah 20%. Apalagi target penurunan stunting hingga 2024 adalah 14%, yang artinya butuh penurunan angka prevalensi stunting sekitar 3,8% poin pada 2023 dan 2024. Itu target yang tak kecil. Maka seharusnya pemerintah fokus mengatasi masalah stunting. Bagaimana agar negeri yang kaya SDA ini mampu mencukupi kebutuhan gizi masyarakatnya, mampu terjangkau harganya oleh masyarakat kecil.

Mengaitkan pengajian dengan penyebab stunting juga merupakan sebuah islamofobia. Menyudutkan Islam sebagai sebuah penyebab kecacatan kondisi. Semestinya Bu Megawati menarik kembali ucapannya tersebut karena jelas kritikan itu merupakan fitnah besar. Seharusnya pemerintah berterima kasih kepada pengajian dan dakwah Islam yang menjadi gerbang mulianya akhlak kaum Muslimin di negeri ini.

Dengan banyaknya pengajian ibu-ibu disibukkan dengan aktivitas kebaikan, lahir anak-anak yang bertakwa, cerdas dan siap menjadi pemimpin umat di masa depan. Sedangkan pertanyaannya apa sumbangsih yang diberikan politisi? Alih-alih menjadi suara masyarakat malah justru menutup mata bahkan korupsi dan memperkaya diri ditambah melontarkan tuduhan keji kepada Muslim.[]


Post a Comment

Previous Post Next Post