Melambungnya harga saat Ramadhan di Negeri Kapitalis


Oleh: Sukmawati Umar
 (Aktivis Dakwah)

 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai terjadinya lonjakan inflasi yang rawan terjadi selama musim Ramadan dan Lebaran Idul Fitri, khususnya pada inflasi harga pangan.
Dalam hal ini, Sang Bendahara Negara memasang mata terhadap inflasi harga pangan. Terutama pada kategori pangan bergejolak atau volatile food, yang angka inflasinya masih bertengger di level 5,7 persen.

"Kita mewaspadai harga pangan ini terutama mulai masuk bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya. Ini adalah faktor yang sekarang jadi perhatian pemerintah, yaitu faktor volatile food," ujar Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers APBN Kita, Rabu (Liputan6.com22/2/2023).

Bukanlah hal yang mengherankan di bulan Ramadhan, harga seluruh sembako semakin meningkat dan naik. Tentu ini sangat memberatkan bagi sebagian ibu rumah tangga, terutama mereka yang hidup pada taraf ekonomi menengah ke bawah. Apalagi intensitas memasak warga di bulan puasa meningkat. Kenaikan harga kebutuhan pokok seakan menjadi sebuah tradisi menjelang ramadhan. Lalu apa yang sebenarnya menjadi penyebab kenaikan harga sembako menjelang Ramadan dan Idulfitri?

 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Engkus pada tahun 2017 melaporkan bahwa, ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan harga menjelang Ramadhan: 1. Hukum permintaan dan penawaran (supply and demand), 2. Penimbunan barang, 3. Kinerja pasokan terganggu, dan 4. Gaya hidup masyarakat lebih konsumtif.

Harga Naik Drastis, dimana Peran Negara

Terlepas dari penyebab naiknya harga pada bulan Ramadan hingga menjelang lebaran, bukan hal pertama kali terjadi, justru hal ini sudah menjadi bagian tradisi negara Kapitalis. Kenaikan harga yang tidak main-main membuat para ibu rumah tangga menjerit dan dibuat pusing apalagi bagi yang perekonomiannya lemah. Kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan mengharuskan masyarakat untuk memenuhinya sekalipun itu berat bagi sebagian orang yang mempunyai taraf ekonomi yang menengah. 

Dalam hal ini, peran negara sangat dibutuhkan untuk hadir ditengah-tengah masyarakat dalam memberikan solusi yang pasti. Pemerintah yang harus bertanggungjawab dalam mengurus kebutuhan rakyatnya, apalagi dalam suasana Ramadan seperti ini, dimana masyarakat harus menjalankan dengan penuh suka cita, tetapi dalam kondisi seperti ini sangat sulit untuk beribadah  dengan khusyuk karena fikiran kasak kusuk memikirkan harga-harga bahan pokok. Seharusnya pemerintah lebih peka lagi dan mampu memberikan jalan keluar dari permasalahan ini yang setiap tahun terjadi, namun pada faktanya, belum ada satupun penguasa yang memecahkan persoalan musiman ini.

Pandangan Islam

Rasululah SAW juga pernah bersabda dalam hadist yang diriwayat Anas. Suatu ketika Anas berkata: “Wahai Rasulullah tentukanlah harga untuk kita!”. Beliau menjawab, “Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga penahan, pencurah, serta pemberi rizki. Aku mengharapkan dapat menemui tuhanku dimana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”

Karena Islam melarang adanya intervensi harga, makanya menurut Ibnu Taimiyah, jika ingin menstabilkan harga di pasar, pemerintah harus memasok barang atau mengurangi pasokan barang ke pasar. Selain itu juga, pemerintah harus menjamin bahwa transaksi perdagangan di pasar, harus bebas dari spekulasi dan kecurangan.

Termasuk pelarangan riba. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alqur’an (QS Al Baqarah: 275 yang artinya,  Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Inilah yang perlu dikawal oleh umat muslim, agar proses transaksinya ini sesuai dengan syariat. Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post