Generasi Strawbbery terjebak Tekanan Mental



Oleh Citra Salsabila
(Pegiat Literasi)

Persoalan hidup memang tak mudah untuk dilewati. Banyak yang bertahan dan melewatinya dengan lapang, namun tak sedikit pula yang berputus asa. Apalagi yang tertimpanya generasi milenial, sudah tentu akan sulit diselesaikan. Sebab, akan berbenturan dengan akal dan pikiran yang tak sejalan. 

Sebenarnya, banyak cara untuk menyelesaikan, hanya mereka tidak bisa bertahan dalam tekanan. Ditambah lingkungan keluarga yang kurang mendukung, semakin menambah beban tersendiri. Akhirnya, tak banyak dari mereka melakukan tindakan yang di luar akal, seperti bunuh diri. 

Melansir Kompas (13/3/2023), seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) yang nekad bunuh diri dari lantai 18 di sebuah apartemen daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diduga korban mengakhiri hidupnya karena permasalahan di keluarganya. Peristiwa ini terjadi pada Rabu (8/3), dimana korban akan menggelar wisuda beberapa hari kemudian. 

Kejadian di atas bukanlah yang pertama kali, tetapi sudah berulang kali, sehingga perlu pencegahan yang sistemik. Menurut Maharani Ardi Putri selaku psikologi menanggapi bahwa tidak ada dasar panduan pasti tentang tanda-tanda seseorang akan bunuh diri. Banyak fakor yang mempengaruhinya, salah satunya mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Sehingga perlu adanya terapi diri untuk menyelesaikannya. 

Tekanan Hidup Menyerang Kesehatan Mental

Generasi strawberry merupakan generasi yang tangguh, namun begitu rapuh ketika dihadapkan dengan persoalan yang menimpanya. Generasi bisa frustasi, putus asa hingga melakukan hal-hal yang di luar akalnya, seperti bunuh diri. Sehingga, banyak dari mereka terkena gangguan mental yang tak berkesudahan. 

Mengapa hal itu terjadi, padahal kebanyakan dari generasi ini berpendidikan tinggi? Apa yang sebenarnya terjadi? Ternyata, jika ditelaah tidak ada kolerasi antara pendidikan tinggi dengan kemampuan seseorang dalam memecahkan persoalan hidup. Karena pendidikan sekarang hanya mencetak generasi yang siap kerja di perusahaan, bukan menghasilkan generasi yang berakhlak dan beradab. Sungguh mengkhawatirkan. 

Hasilnya, banyak generasi yang kreatif, inovatif, dan cerdas, tetapi tidak dibekali dengan keimanan yang kokoh, yang jika dibiarkan akan mengalami gangguan kesehatan. Bila diperhatikan seperti buah strawberry, yang terlihat cantik, indah, kuat dari luar karena kulitnya kuat, tetapi hancur ketika dimakan atau terjatuh. Masya allah. 

Semua persoalan yang menimpa generasi saat ini, dikarenakan adanya pemikiran materialistik, individualis, dan apatis yang menggrogoti pikiran mereka. Tak heran lama-kelamaan akan merusak daya nalar, yang dibiarkan akan merusak pula masa depan mereka. Inilah dampak dari penerapan ide liberal yang terus digaungkan Barat kepada generasi di Indonesia. 

Pemahaman liberal itu lahir dari sistem sekularisme, yang membiarkan penganutnya bebas berbuat apapun, tak perlu melihat baik ataupun buruk. Sebab konsep yang dibawakan tentang makna kebahagiaan adalah tercapainya kepuasan bersifat materi. Sehingga, generasi hanya mengejar kepuasan biologis dan nilai materi (finansial) dalam hidup.

Harus Berkarakter Tangguh dan Islami

Islam datang sebagai sistem kehidupan (way of life) untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Islam memiliki konsep dan metode untuk mewujudkan generasi yang tangguh dan kokoh.  Dengannya, Islam pun mampu mewujudkan peradaban agung yang memanusiakan manusia.

Tak hanya itu, sistem pendidikan Islam selalu menjadikan akidah Islam sebagai asasnya. Tujuannya adalah mencetak generasi berkepribadian islam dengan pola pikir dan pola sikap islami. Selain itu, standar kebahagiaan hidup pun adalah menggapai rida Allah Swt. bukan materi dikumpulkan.

Memang benar, adanya persoalan hidup tidak bisa dihindari oleh setiap manusia. Sehingga wajar, timbul rasa sedih, khawatir, dan cemas, karena itu fitrah manusia, yaitu naluri. Namun, yang perlu dipahami bahwa pemenuhan naluri tersebut harus sesuai syariat, agar tidak menimbulkan madharat (bahaya). 

Bagaimana caranya? Nah, ketika memiliki banyak masalah kehidupan, baik dari keluarga, teman, ataupun lingkungan, maka cara terbaik adalah meminta pertolongan kepada Allah Swt. Tak hanya itu, carilah seseorang yang memang bisa mendengarkan cerita kita, dan bisa membantu menyelesaikan. Bukan mengurung diri atau bahkan menjauh dari lingkungan sekitar. 

Selain itu, kita bisa mengalihkan pikiran sejenak kepada urusan umat, dengan dakwah sesuai kemampuan. Percayalah, ketika menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita. Namun, jangan lupa tetap melakukan ikhtiar penyelesaiannya dan jangan mudah menyerah. 

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post