Angka Kematian Ibu (AKI) Tinggi, Dampak Buruk Sistem Kapitalisme


Oleh Yunita M 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)

Laporan terbaru empat badan PBB terkemuka dan Bank Dunia memperkirakan, satu perempuan meninggal setiap dua menit, selama kehamilan atau persalinan. 

Dalam laporan, “Kecenderungan Kematian Ibu Tahun 2000 hingga 2020,” disusun oleh WHO, UNICEF, dan UNFPA, bersama grup Bank Dunia dan UNDESA bidang kependudukan. Pejabat kesehatan mengatakan, data yang diajukan dalam laporan itu harus menjadi peringatan bagi para pemimpin dunia untuk bertindak mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada kematian. (voaindonesia.com, 24/02/2023)

Sebagai contoh, menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Afghanistan memiliki tingkat kematian ibu melahirkan yang jauh lebih tinggi dibanding gabungan enam negara tetangganya. Bahkan di bawah rezim Taliban pertama pada tahun 2000, angka kematian ibu dilaporkan mencapai 1.346 per 100.000 kelahiran hidup.

Sementara  di Indonesia data Kementerian kesehatan menunjukkan terdapat 6.856 jumlah kematian ibu pada tahun 2021, meningkat dari sebelumnya 4.197 kematian ibu tahun 2019. Sampai saat ini pemerintah mengatakan masih terus berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.

Tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan adalah hal yang sangat disayangkan terjadi. Entah apapun alasannya, hal tersebut harus menjadi perhatian besar pemimpin negara untuk sedini mungkin mencegah dan meminimalisir permasalahan ini. Sehingga angka kematian ibu dapat dihindari atau pun diakhiri. 

Faktor sulitnya menjangkau kesehatan menurut ketua tim penelitian Prof. DR. Dr. Akmal Taher, faktor yang  mempengaruhi meningkatnya angka kematian ibu salah satunya adalah masih ada kesenjangan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, yang berhubungan erat dengan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. 

Ibu hamil dalam masa kehamilan maupun kelahiran memang perlu mendapatkan layanan kesehatan yang lebih dan terkondisikan sesuai dengan perkembangan ibu. Melalui pemeriksaan yang memadai dengan didukung teknologi yang cangkih dan dokter yang ahli pada bidangnya. Sehingga langkah-langkah tersebut yang akan mencegah sedini mungkin angka kematian ibu pada masa hamil dan melahirkan. Belum lagi adanya nutrisi dan vitamin yang wajib di konsumsi ibu agar kesehatan tubuh dan kondisi janinnya tetap terjaga kesehatannya yang akan mengurangi resiko kematian ibu.

Namun, saat ini kita melihat hampir di seluruh negara kesehatan begitu mahal dan sulit untuk dijangkau. Hal ini dirasakan oleh masyarakat yang kurang mampu dan tak berkecukupan. Mahalnya biaya pemeriksaaan, persalinan, perawatan dan lainnya yang ada di rumah sakit maupun klinik bersalin menjadi alasan logis yang mendorong para ibu menjadi enggan memeriksaan diri saat masa kehamilan.

Sebab, dalam kehidupan saat ini  kesehatan dan segala fasilitasnya disediakan begitu mahal dan sangat mencekik masyarakat. Alhasil, masyarakat atau para ibu hamil yang  dari segi ekonomi tak mampu akan memilih untuk mandiri dan seadanya dalam mengurusi kehamilannya. Di tambah lagi vitamin dan nutrisi yang wajib dipenuhi saat hamil tak maksimal di konsumsi para ibu akibat kemiskinan yang menyelimuti mereka.

Kesehatan Dikomersialkan dalam Kapitalisme

Saat ini hampir di seluruh dunia negara-negara tercekam dalam sistem hidup yang rusak yakni kapitalisme sekularisme. Sehingga dalam aspek kesehatan juga ikut rusak yang membuat negara kewalahan dan tak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan merata kepada seluruh warga negaranya.

Pasalnya, negara yang menerapkan sistem kapitalisme dalam aspek kesehatannya berorientasi pada asas kepentingan dan kemanfaatan bagi pihak tertentu. Dalam artian, sistem kesehatan dalam kapitalisme di komersialkan dan dijadikan tempat untuk mendapatkan keuntungan. Tak heran jika biaya kesehatan saat ini begitu mahal didapatkan.

Negara tak mampu menyediakan sistem kesehatan yang memadai bagi setiap lapisan masyarakat, akhirnya para kapital atau pemilik modal yang turut serta dalam membiayai dan menyediakan fasilitas kesehatan. Alhasil, kesehatan rawan di komersialkan dan dijadikan ajang bisnis meraup keuntungan bagi pihak yang ikut serta dalam menyediakannya. Negara dalam perannya hanya menjadi regulator yang bahkan kebijakannya tak pro dan tak sesuai kepentingan rakyat. Untuk mendapatkan obat-obatan, fasilitas, layanan terbaik para dokter ahli harus merogok kocek yang jumlahnya tidak sedikit. Bagi masyarakat yang berkemampuan mungkin akan mudah, namun bagaimana dengan masyarakat yang miskin dan tak berkecukupan? Akankah pelayanan kesehatan mereka dapatkan secara maksimal?

Islam Periayah Terbaik

Dalam sistem kehidupan di bawah kapitalisme sekularisme pada realitanya memang tak mampu memberikan pelayanan kesehatan secara mudah dan maksimal bagi setiap masyarakat. Adanya kesenjangan sosial dan kemiskinan menjadi pemicu terjadinya kelambanan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, termasuk para ibu hamil. Alhasil, angka kematian ibu yang tinggi tak dapat dihindari.

Islam adalah agama sakaligus sistem kehidupan mempunyai segenap mekanisme dan aturan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk dalam pelayanan kesehatan. Islam memandang kesehatan adalah hak setiap masyarakat, dan wajib dipenuhi oleh negara semaksimal mungkin. Sebab, pelayanan kesehatan adalah bentuk dari pengurusan negara terhadap seluruh warganya.

Adapun dalam mengurangi angka kematian ibu, atau bahkan mencegah terjadinya, Islam mempunyai beberapa cara. Yaitu negara memberikan pelayanan kesehatan secara murah atau bahkan gratis, menyediakan fasilitas yang memadai, dan membangun klinik-klinik kesehatan maupun rumah sakit di sekitar tempat tinggal warga maupun di luar perkotaan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan warga agar mendapat pelayanan, tanpa harus melakukan perjalanan yang jauh. Apalagi bagi ibu hamil.

Kebutuhan nutrisi dan vitamin maupun kebutuhan lainnya bagi para ibu hamil akan diberikan dan dijamin oleh negara. Tanpa melihat strata sosial, miskin ataupun kaya. Sebab, pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga negara. Ini semua dilakukan pemerintah dalam Islam sebab, adanya kesadaran dan ketundukan mereka terhadap  syariat. Di mana kelak mereka akan di minta pertanggungjawaban dihadapan Allah atas periayaan mereka terhadap masyarakat.

Islam adalah sistem hak yang Allah Swt. turunkan untuk seluruh alam dan manusia. Maka, tidak ada alasan untuk menolak Islam apalagi rida terhadap kepemimpinan kapitalisme sekularisme yang saat ini membelenggu dan menyebabkan kesengsaraan hidup. Hanya Islam sebaik-baik solusi, terapkan syariat kafah.

Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post