R20, Mampukah Dialog Antar Agama Menyolusi Permasalahan Global?


Oleh Etti Budiyanti*
Member AMK dan Komunitas Muslimah Rindu Jannah
 
R20 atau Religion of Twenty, baru saja digelar di Nusa Dua, Bali, tanggal 2-3 November 2022. Forum ini digelar dengan memanfaatkan presidensi Indonesia dalam G20. Selain dihadiri oleh semua negara peserta G20, forum ini juga mengundang para pemimpin agama dari negara lain di luar G20 sehingga total ada 32 negara. Jumlah peserta mencapai 464 undangan dan sebanyak 170 di antaranya dari luar negeri yang berasal dari 5 benua. Narasumber yang dihadirkan berjumlah 40 orang dari 5 benua

Forum R20 mengangkat tema Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values (Menyatakan dan Menjaga Agama sebagai Sebuah Sumber Solusi Global: Gerakan Global untuk Menebar Nilai Moral dan Spiritual).

Ketua Panitia Pelaksana Forum R20 Ahmad Suaedy menjelaskan bahwa forum ini tidak hanya sekadar sarana diskusi untuk merefleksikan berbagai problem agama. Lebih dari itu, sebagaimana dinyatakan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai inisiator forum ini, R20 didesain untuk melahirkan sebuah gerakan untuk mengimplementasikan konsensus yang akan disepakati di forum tersebut.

Adapun nilai moral dan spiritual yang diangkat di antaranya adalah kemanusiaan, merawat jagat, kepedulian lingkungan, keberlangsungan hidup, perdamaian, dan anti-kekerasan. 

Selama ini, untuk mewujudkan hal tersebut, sudah ada kerja sama dengan ilmuwan, pemangku kebijakan, hingga politisi. Namun, hal itu perlu dicetuskan dan direalisasikan dari dalam agama.

Ada 3 tahapan dalam R20. Suaedy menjelaskan bahwa tahapan pertama dari forum tersebut adalah konsensus secara umum yang akan disepakati oleh seluruh peserta tokoh agama yang hadir dari berbagai belahan dunia.

Setelah itu, konsensus tersebut dijadikan sebuah gerakan global oleh masing-masing tokoh agama. Tahap selanjutnya adalah menjadikan gerakan tersebut berkelanjutan.

Karenanya, Suaedy mengatakan, bahwa forum R20 ini diupayakan untuk dapat terus dilangsungkan pada forum G20 berikutnya. Untuk tahun 2023 disepakati akan diadakan di India. 

Dalam forum ini, peserta mengekspresikan berbagai problem agama dalam menyikapi problem kemanusiaan global. Topik utama forum R20 ini adalah bagaimana upaya para pemimpin-pemimpin agama dan sekte-sekte untuk menjadikan agama sebagai solusi persoalan global, bukan sebagai masalah global. Dengan kata lain, perlu upaya dialog antar agama demi mengatasi berbagai masalah atau konflik yang melanda dunia sehingga terwujud perdamaian dunia.. 
Benarkah dialog antar agama akan bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di dunia sekarang ini?

*Salah Menetapkan Akar Masalah Konflik Global*

Banyak sekali konflik dan problem yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Faktor penyebab terbesarnya sesungguhnya adalah penerapan sistem sekularisme-kapitalisme. Islam sebagai  ideologi dan sistem kehidupan—yang tidak diterapkan di dunia saat ini—tentu bukanlah penyebab semua konflik dan persoalan yang terjadi. Bahkan Islam tidak ada hubungannya sama sekali dengan semua persoalan dunia saat ini. 

Perang Dunia (PD) I dan II, misalnya, sebagai konflik terbesar di dunia, bukan karena faktor Islam. Semua negara utama yang terlibat dalam PD I dan PD II, mayoritas penduduknya beragama Nasrani.  Konflik Korut-Korsel, konflik Vietnam, konflik dan tragedi Balkan, konflik-konflik di Afrika, dan lain-lain, di antara sebabnya adalah ambisi dan kebijakan politik negara-negara besar yang mengadopsi ideologi sekularisme-kapitalisme dengan penjajahan sebagai metode bakunya. Begitu pun invasi Rusia terhadap Ukraina, konflik Korea, konflik Taiwan, sebabnya masih sama. Konflik di negeri-negeri kaum Muslim, seperti konflik di Irak dulu, juga bukan disebabkan oleh Islam. Semua itu disebabkan oleh persaingan negara-negara besar dan ambisi negara besar, khususnya Amerika, untuk menguasai kekayaan alam di sana. Hal yang sama juga terjadi dalam kasus konflik di Suriah dan Yaman hingga saat ini. Sebabnya adalah persaingan negara-negara besar kapitalis, khususnya Amerika dan Inggris, untuk menanamkan pengaruh dan kontrol di negeri itu; juga akibat dukungan mereka kepada para penguasa zalim, otoriter dan tiran yang telah menyengsarakan rakyat di sana.

Berbagai problem yang dihadapi masyarakat di negeri ini juga bukan karena faktor agama, apalagi Islam. Kekayaan milik rakyat, misalnya, terkonsentrasi di tangan segelintir oligarki kapitalis. Krisis ekonomi terus terjadi secara siklik (berulang). Utang Pemerintah makin menggunung. Jutaan hektar lahan dan hutan dikuasai oligarki. Harga-harga terus mengalami kenaikan. Demikian pula seabrek problem ekonomi lainnya. Semua ini tidak lain sebabnya adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme di negeri ini. Sama sekali bukan karena Islam. 

Demikian pula nilai mata uang yang terus terkikis, yang berimplikasi pada makin turunnya nilai uang dan makin mahalnya barang, juga makin menipisnya nilai kekayaan masyarakat. Itu semua sebabnya adalah sistem moneter fiat money dan sistem ribawi, yang tidak lain merupakan bagian dari sistem sekularisme-kapitalisme.

Begitu pula banyaknya politisi yang abai dengan kemaslahatan rakyat. Mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok. Maraknya korupsi dan manipulasi oleh para pejabat. Politisi dan penguasa yang obral janji, tetapi nihil ditepati. Perselingkuhan penguasa dan pejabat dengan para oligarki. Dominannya korporatokrasi. Banyaknya undang-undang dan peraturan yang menguntungkan oligarki dan para kapitalis dan sebaliknya meminggirkan kepentingan rakyat banyak. Demikian pula problem politik lainnya. Semua itu sebab mendasarnya adalah penerapan sistem politik sekuler demokrasi yang sarat modal.

Maraknya pergaulan bebas, berbagai kenakalan remaja, maraknya perceraian, KDRT, maraknya narkoba dan problem sosial pergaulan lainnya, jelas juga bukan karena Islam. Sebaliknya, semua itu terjadi karena kehidupan sosial pergaulan yang diatur dan dijalankan mengikuti sekularisme, hedonisme, liberalisme. 

Dengan demikian seluruh konflik di dunia dan problem di masyarakat saat ini jelas bukan karena faktor Islam. Islam bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan semua itu. Sebaliknya, semua konflik dan problem yang terjadi di seluruh dunia justru berpangkal pada penerapan ideologi sekularisme-kapitalisme. 

Oleh karena itu, dialog antar agama tidak pernah akan bisa menyelesaikan persoalan konflik karena akar permasalahannya bukan agama. 

*Bahaya Dialog Antar Agama*

Dialog Antaragama, sejatinya merupakan hal yang membahayakan, ditinjau dari:

1. Dari sisi ideologis, dialog antarumat beragama berbasis pada persamaan antaragama. Jadi yang dicari bukan kebenaran agama, tetapi persamaan agama.
Ini  menunjukkan bahwa yang dicari itu persamaan bukan kebenaran. Padahal seharusnya manusia itu mencari agama yang benar yang memberi kebaikan pada umat manusia.

Mengutip istilah Farid Wadjdi dalam youtube Peradaban Islam.id, nenjinakkan Islam dengan dialog antaragama ini sudah lama digagas. Tujuannya untuk menjinakkan Islam  agar sejalan dengan kepentingan negara- negara kapitalis.

Dalam Islam, dialog antaragama itu dimaksudkan untuk mencari kebenaran, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saat mengajak orang-orang kafir jahiliyah untuk mencari kebenaran, menunjukkan kesalahan-kesalahan agama mereka dan mengajak masuk Islam.

Islam tidak menghindari debat, tetapi dasarnya mencari kebenaran bukan mencari persamaan karena manusia butuh kebenaran agama.

Oleh karena itu, penolakan klaim kebenaran (seperti yang digagas dalam dialog antarumat beragama) ini sangat berbahaya. Dari sisi akidah Islam juga sangat berbahaya karena bagaimana mungkin menyamakan antara agama yang menyembah batu dengan agama yang benar.

Jadi secara ideologis, dialog antara umat beragama ini menghilangkan apa yang disebut klaim kebenaran. Ini akan memunculkan keragu-raguan dalam diri umat Islam terhadap ajaran Islam. Padahal kebenaran mutlak itu ada dan bisa diperoleh melalui proses berfikir, sebagaimana diajarkan Islam.

2. Dari segi politik
Selain kepentingan ideologis, dialog antar umat beragama juga terkait dengan kepentingan politik.
Kalau di era perang dingin, dialog antarumat beragama ditumbuhsuburkan, dibiayai oleh negara-negara  berideologi kapitalis untuk berhadapan dengan Uni Soviet yang atheis. Kalau sekarang dialog antara umat beragama tujuannya untuk menghadang kebangkitan Islam.


*Khilafah Solusi Permasalahan Global*

Sejatinya, semua problem yang menimpa umat manusia itu akibat tidak menerapkan syariah Allah Swt. 

Islam diturunkan oleh Allah Swt untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur akidah dan ibadah yang bersifat pribadi; termasuk mengatur akhlak, makanan, minuman, pakaian dan sebagainya. 

Islam pun mengatur aspek muamalah. Misalnya, dalam aspek moneter, Islam menetapkan bahwa moneter harus berbasis emas dan perak. 

Dalam aspek ekonomi, Islam menetapkan sejumlah aturan atau hukum. Islam, misalnya, melarang riba. Islam pun mengatur jenis dan pengelolaan kepemilikan; misalnya mengatur tambang dengan deposit besar, sumber energi, fasilitas publik, dan milik umum lainnya dengan melarang individu atau sekelompok individu menguasai semua milik umum tersebut dan menyerahkan pengelolaannya kepada negara untuk kepentingan rakyat. Islam mengatur pertanahan. Islam mengatur hukum-hukum tentang pertanian, industri dan perdagangan. Islam pun menetapkan sejumlah hukum ekonomi lainnya.

Islam juga mengatur politik dan pemerintahan. Islam, misalnya, menetapkan bahwa kedaulatan (hak membuat hukum) ada di tangan Allah Swt; kekuasaan ada di tangan umat; penguasa adalah pelayan rakyat; rakyat wajib mengontrol penguasa; dsb. Islam pun menetapkan hukum pidana dan sanksinya baik hudûd, jinâyah, ta’zîr maupun mukhâlafât. Islam pun mengatur kehidupan dan pergaulan sosial. 

Semua ketetapan syariah Islam itu tentu untuk mengatur kehidupan manusia dan mengatasi berbagai problem mereka.

Hukum-hukum syariah Islam itu ada yang bersifat umum dan global, atau mengandung ‘illat syar’iyyah, dan merupakan kaidah-kaidah. Dari nas-nas syariah itu  dapat di-istinbâth sejumlah hukum untuk menjawab problem-problem baru yang muncul. Dengan begitu solusi yang dibawa oleh Islam untuk problem manusia itu bersifat dinamis. Dalam arti, semua problem yang dihadapi manusia di manapun dan kapan pun pasti dapat diselesaikan oleh syariah Islam. 

Allah Swt. menjamin semua persoalan manusia ada solusinya di dalam Islam. Sebabnya, Allah Swt. telah menurunkan Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu.

Dengan demikian syariah Islam merupakan solusi dinamis dan terbaik untuk segala problem kehidupan manusia. Syariah Islam pastinya akan membawa rahmat, yakni mendatangkan kemaslahatan dan mencegah mafsadat, bagi manusia. Hanya saja, hal itu tidak akan menjadi riil dan faktual, kecuali jika syariah Islam diterapkan secara nyata dan secara kâfah. Ini menjadi tanggung jawab, tugas dan kewajiban kita semua. Alhasil, kita semua harus bergegas dan bersegera mewujudkan penerapan Islam dan syariahnya. Dan syariah Islam itu hanya bisa diterapkan dalam bingkai Khilafah Islamiyah ala minhajj nubuwwah. 

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post