Ibu Pencetak Utama Generasi Bangsa




Oleh Waryati
(Pemerhati Kebijakan Publik) 

Peringatan Hari Ibu 2022 yang akan dilaksanakan pada 22 Desember mendatang, mengangkat tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Sekilas melihat tema yang diusung begitu mengobarkan semangat dan membanggakan kaum ibu di Indonesia. Dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) begitu memperhatikan serta memperjuangkan hak-hak ibu. 

Melihat tema di atas, jelas bahwa peran perempuan dianggap menjadi tonggak perjuangan, tak hanya bagi keluarga, namun juga bagi masyarakat dan negara dalam hal ekonomi. 

Dilansir dari Republika (18/12/2022), Direktur Jenderal Kebudayaan (Kemendikbudristek), Hilmar Farid mengatakan dalam menyambut hari ibu akan Kemendikbudristek akan menggelar pameran bertema The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian.

Sekali pun demikian, perlu kita telaah apa saja yang menjadi tujuan diperingatinya Hari Ibu ke-94 ini dengan beberapa sub tema pengiring tema utamanya. Pertama tentang kewirausahaan perempuan. Dalam hal ini, perempuan dianggap menjadi penyelamat ekonomi keluarga dan digiring untuk menjadi  pendongkrak perekonomian. Kaum ibu khususnya perempuan diarahkan untuk senantiasa memberdayakan diri demi terciptanya kestabilan ekonomi. 

Kedua, peran perempuan dibidang digital. Mendorong perempuan untuk mengatasi kesenjangan gender dalam digital serta untuk mendorong kemampuan digital di bidang lainnya. 

Ketiga, perempuan dan kepemimpinan. Keterwakilan perempuan di berbagai lembaga dirasa masih cukup rendah. Dengan ini, perempuan didorong untuk mewakili kepemimpinan di berbagai ranah dan tingkatan serta mendorong kapasitas leadership agar perempuan dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan publik. 

Keempat, jika perempuan terlindungi maka perempuan akan berdaya dan menjadi modal bangsa untuk menjadi negara yang maju. Tujuan dari poin empat ini adalah mendorong perempuan untuk tidak serta merta menerima segala bentuk kekerasan yang menimpanya. Maka perempuan didorong untuk berani melapor kepada pihak terkait serta didorong juga dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan tentang sistem perlindungan terhadap tindak kekerasan. 

Meskipun demikian, gagasan atau tujuan dari beberapa poin di atas harus dicermati lebih dalam lagi. Dari mana sumber atau dasar dibuatnya pendapat tersebut. Jika yang menjadi dasarnya hanya gagasan dari ide feminisme semata, maka bukan tidak mungkin apa yang dicita-citakan kaum perempuan dalam mewujudkan hal-hal di atas akan menemui jalan buntu. Kenapa? Karena perempuan ditempatkan sebagai objek untuk membungkus kerapuhan sistem saat ini. 

Kesetaraan gender yang selama ini digaungkan nyatanya tak memberikan solusi bagi permasalahan perempuan. Kaum wanita tetap dengan posisi terjepit dan justru menjadi korban kepentingan kapitalisme. Peran perempuan di ranah publik pun kurang mendapat penghargaan karena sistem yang menopang semua kebijakan tentang perempuan, justru tidak menghargai perempuan sebagaimana mestinya. Perempuan hanya digenjot untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah tanpa sedikitpun memperhatikan naluri dan perannya sebagai perempuan.

Di dalam aturan Islam, yang menjadi penopang ekonomi keluarga adalah laki-laki. Karena seorang ibu sudah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab besar dalam mendidik serta mencetak generasi tanpa perlu direpotkan mencari tambahan materi. Termasuk dalam ranah publik, sekalipun saat seorang ibu boleh berkarir sesuai bidang yang dikuasainya, tetap saja kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai ummu warabatul bayt tak boleh dikesampingkan. Pekerjaan seorang ibu pun akan disesuaikan dengan fitrahnya sebagai perempuan, yakni tidak boleh mengerjakan apa yang seharusnya menjadi pekerjaan laki-laki. 

Begitu juga tentang perlindungan negara terhadap kaum ibu. Islam sudah mengatur sedemikian rupa bagaimana cara melindungi dan memuliakan seorang ibu. Saking memuliakannya Islam terhadap para ibu, maka para ibu ditempatkan di rumah-rumah mereka, dicukupi kebutuhannya, dan dimudahkan berbagai urusannya melalui peran pemimpin dalam sebuah keluarga yaitu para suami mereka. 

Pemberdayaan ekonomi ibu dalam sistem kapitalisme sejatinya adalah eksploitasi. Pemberdayaan ibu harusnya dikembalikan kepada peran utama sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan. Agar peran ibu dapat berjalan maksimal, tentunya perlu sistem  pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan demikian, ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya, tanpa dibebani dengan kewajiban mencari nafkah. 

Saatnya ibu dan kaum perempuan menyadari, bahwa satu-satunya sistem yang dapat menjamin, menjaga, serta memuliakan kaum ibu hanyalah sistem yang berasal dari Sang Pemilik Bumi. Sistem Islam dan seperangkat aturannya akan dapat mewujudkan semua keinginan kaum ibu dan memberikan kesejahteraan serta keadilan bagi kaum perempuan tanpa harus terjun menjadi penopang ekonomi keluarga dan negara. 

Wallahu a'lam bisshawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post