Rajab, Momentum Teguhkan Perubahan




Oleh Dewi Sartika
( Muslimah Peduli Perubahan )


"Sungguh waktu itu telah diputar sebagaimana keadaannya. Allah menciptakan langit dan bumi satu tahun itu ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga berurutan yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan muharram, lalu rajab mudharr yang terdapat di antara Jumadil dan Sya'ban." ( hadis riwayat Muslim)

Rajab adalah bulan yang mulia, dimana didalamnya setiap perbuatan kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya, pun sebaliknya perbuatan zalim juga akan dilipatgandakan balasannya. Di bulan Rajab ini Allah melarang kepada manusia untuk berbuat zalim, menyakiti diri sendiri, dan Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk memperbanyak amal saleh. Berhenti dari apa saja yang menyalahi hukum Allah yang mendatangkan murka-Nya, berhenti dari muamalah riba, menjauhi hasad, dengki, caci-maki, serta menjauhi segala perbuatan yang melanggar hak orang lain dan hukum syara.

Seyogianya, kita memuliakan bulan Rajab dengan melipatgandakan amal saleh terbaik, sebagaimana kaum Muslim terdahulu yang begitu memuliakan dan menjaga kehormatan bulan Muharram termasuk bulan Rajab.

 Di bulan ini mereka melakukan amal-amal mulia dan prestasi yang mulia. Apa yang tercatat dalam sejarah di bulan Rajab tentu menjadi pelajaran dan tuntunan bagi umat Islam saat ini. Bulan Rajab menjadi bulan perjuangan dalam perubahan bagi umat Islam di masa lalu dan masa kini untuk keluar dari sistem yang rusak dan menyengsarakan, serta berjuang untuk menegakkan kembali kebenaran dan hukum-hukum Allah yang telah dicampakkan agar tegak kembali di muka bumi ini.

Peristiwa-Peristiwa Penting dalam Bulan Rajab

Setiap memasuki bulan Rajab, yang terbersit dalam benak kita adalah peristiwa Isra dan Mi'raj. Padahal, di samping peristiwa bersejarah tersebut, juga terdapat peristiwa-peristiwa lain yang juga sangat bersejarah dan turut serta memberikan perubahan bagi kehidupan kaum Muslim.
Isra’ Mikraj (27 Rajab).

Tepat malam 27 Rajab, Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan yang dikenal dengan Isra’ Mikraj, dimana Nabi Muhammad diperjalankan berangkat dari Masjidil Haram menuju masjid al Aqsha di Baitul Maqdis palestina. Isra’ Mikraj itu sendiri adalah hiburan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai penguat dirinya, dalam menjalani beratnya perjalanan dakwah yang beliu hadapi, terlebih lagi setelah meninggalnya isteri yang begitu beliau cintai dan sayangi yakni Khadijah ra yang selalu setia berada di sisi Nabi. Memberikan dukungan moril dan spiritual juga materi akan dakwah nabi, juga meninggalnya paman beliau yakni Abu Thalib, orang yang selama ini memberikan himayah (perlindungan) akan dakwah nabi Muhammad saw.

Pembebasan Baitul Maqdis Palestina
27 Rajab 583 H, Shalahudin al Ayyubi bersama pasukan kaum muslimin bergerak mengepung dan membebaskan tanah Palestina yang setelah sekian abad lamanya dikuasai oleh pasukan salibis. Pembebasan itu sendiri tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari pasukan Salibis. Umat Islam Palestina pun akhirnya kembali dapat hidup dengan melaksanakan syariah Islam di bawah sistem pemerintahan khilafah Islam.

Penghapusan sistem khilafah
28 Rajab 1342 H atau tepatnya pada 03 Maret 1924, seorang pengkhianat yang bernama Mustafa Kemal at-Tarturk, seorang yang berketurunan Yahudi dari suku Dunamah, seorang agen Barat (Inggris), telah menghapuskan sistem pemerintahan Islam yakni sistem khilafah, yang kemudian diganti dengan sistem pemerintahan republik.

Sejak saat itulah, petaka, bencana dan musibah menimpa umat Islam. Aturan syariah Islam dicampakan, dan diganti dengan aturan yang berpijak pada ideology kapitalisme-sekuleris.

Umat Islam yang dulunya berada pada satu wilayah kekuasaan pemerintahan, kini telah terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil sekitar 57-an negara, yang disekat dengan batas territorial wilayah atas nama nasionalisme.

Sejak sistem Islam dicampakkan dari muka bumi negeri ini berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, kerusakan dan kezaliman ketidakadilan, serta kriminalisai ulama dan pengemban dakwah semakin merajalela. Kaum munafik tak henti-hentinya menghembuskan fitnah dan permusuhan terhadap kaum Muslim.

Tahun ini adalah tahun kesekian kalinya umat hidup tanpa adanya perisai/ pelindung, hingga keterpurukan dan kerugian menimpa umat yang diakibatkan oleh tidak diterapkannya hukum dari Sang Maha Pencipta langit dan bumi.  Sebagai landasan dan pedoman dalam hidup mulai dari segi pendidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan pokok dan lain-lain.

Dari segi kesehatan, pelayanan kesehatan bagi rakyat kecil ibarat “pungguk merindukan bulan”., usah didapat dan mahal. Kalaupun ada yang gratis, namun, pelayanan yang kurang maksimal. 

Dari segi pendidikan, sifatnya kapitalistik bagi rakyat yang tidak mampu sulit untuk merasakan pendidikan yang layak, akibatnya, banyak masyarakat dari kalangan bawah mereka mengalami buta huruf dan wawasan, sehingga meraka mudah untuk dipermainkan. 

Dari segi pemenuhan kebutuhan, masyarakat saat ini begitu sulit untuk mendapatkan atau memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sempitnya lapangan pekerjaan dan minimnya sumberdaya manusia serta pendidika menjadi faktor utama. Di samping itu melonjaknya harga bahan pokok menjadikan keberadaanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil.

Rajab Bulan Perubahan

Bulan rajab saatnya neningkatkan semangat untuk menuju perubahan yang lebih baik, perubahan yang hanya menjadikan sistem yang berasal dari Zat yang Maha Baik untuk menuju kehidupan yang lebih baik, yaitu hukum yang berasal dari Allah yang telah memberikan janji kepada umat yaitu janji akan memberikan kekuasaan kepada kaum Muslim.

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan dengan sesuatu pun. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS An Nuur : 55)

Dalam surat ini, Allah memberikan beberapa penegasan, Pertama, ayat ini dimulai dengan, “Wa’ada-Llahu (Allah berjanji)..” yang menunjukkan jaminan kepastian akan terwujudnya apa yang dijanjikan.

Kedua,  janji yang dijanjikan itu diungkapkan dengan menggunakan redaksi yang jelas, “La yastakhlifannahum (Dia sunguh-sungguh akan memberikan Khilafah [kekuasaan] kepada mereka).”  Frasa ini mempunyai makna yang mendalam, karena disusun dari, Lam yang merupakan jawab dari sumpah Allah, diakhiri dengan nun yang digandakan (tasydid), atau disebut nun taukid tsaqilah, yang berarti “penegasan ganda”.

Ditambah pilihan lafadz, yastakhlifa yang merupakan satu akar kata dengan lafadz khilafah. Semuanya ini tidak bisa diartikan lain, kecuali bahwa janji berdirinya khilafah ini merupakan janji yang pasti.

Karena itu dalam bulan Rajab ini hendaknya kita semakin disiplin melaksanakan salat lima waktu memperbanyak salat sunah sedekah dan menasehati orang lain/ma'ruf nahi mungkar yang  akan menghilangkan kezaliman. 

Melalui Amar ma'ruf nahi mungkar kita mengoptimalkan penggambaran Islam kafah dan peradaban Islam di tengah-tengah umat. Menggambarkan peradaban Islam di bawah institusi khilafah yang mampu menggantikan peradaban kapitalisme sekunler yang diterapkan hari ini.

Seyogianya, bulan Rajab ini pula dijadikan momentum untuk semakin meneguhkan perjuangan dalam rangka mewujudkan janji Allah yaitu tegaknya system Islam . 

Wallahu a'lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post