Omicron Mengganas, Fasilitas Terbatas


Oleh Susci 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijarah Banggai Laut, Sulteng)

Pasca merebak Covid-19 varian Omicron, banyak warga Jakarta yang mengalami kesulitan mencari rumah sakit. Keterangan tersebut masuk ke tenaga ahli utama kantor staf  Presiden, Abraham Wirantono.

“KSP sudah mulai menerima laporan warga yang kesulitan mencari rumah sakit." (bisnis.com, 27/1/2022)

Penyebaran Covid-19 serta keterbatasan fasilitas dan obat-obatan bukan suatu hal yang baru di negeri ini. Pasalnya, masuknya Covid-19 sudah dimulai sejak tahun sebelumnya. Tak tanggung-tanggung wabah berhasil merenggut jutaan nyawa manusia dan melumpuhkan berbagai sektor penting negara.

Kini, wabah makin intens mencari inangnya untuk berkembang biak. Varian omicron menjadi wabah baru yang kembali memunculkan ketakutan dan menghambat mobilisasi masyarakat.

Kondisi wabah yang tidak selesai dan justru makin menjadi-jadi, menggambarkan kegagalan negara dalam mengayomi masyarakat. Seharusnya kebijakan yang selama ini telah dibuat, dapat membawa perubahan yang signifikan. Ketersediaan vaksinasi secara gratis seharusnya menjadi solusi memperkecil penyebaran wabah. Realitas tak semanis ekspektasi. Covid-19 makin mewabah tak kenal tempat.

Mewabahnya virus terjadi akibat negara yang tidak serius menghentikan penyebaran wabah sejak awal. Negara tidak segera melakukan lockdown di daerah-daerah terinfeksi wabah. Bahkan negara masih dengan bebas membuka jalur transportasi bagi tenaga kerja asing. Maka tak heran jika penyebaran wabah begitu cepat melahab korban.

Kebijakan pemerintah untuk memperkecil mobilisasi masyarakat dengan stay at home dan menghadirkan masyarakat peduli protokol, tak memberikan pengaruh besar. Masyarakat masih dengan aktivitas di luar rumah. Hal ini terjadi akibat negara tidak solutif mengeluarkan kebijakan. Pelarangan keluar rumah begitu gencar dipublikasikan. Namun, di sisi lain tidak adanya pemenuhan hidup masyarakat secara merata. Apakah ini bisa dikatakan solusi?

Selain itu, vaksinasi yang menjadi bentuk ikhtiar manusia, masih menjadi hal yang ditakuti masyarakat, bahkan menimbulkan kecurigaan. Masyarakat menilai bahwa vaksinasi adalah kompromisasi antara pemerintah dan tenaga kesehatan untuk meraih keuntungan. Apalagi negara seringkali tidak konsisten dalam mengeluarkan kebijakan. Satu pihak dipenjara, disebabkan kasus kerumunan. Namun, disisi lain kerumunan tak dipermasalahkan. Hal tersebut makin membuat ketidakpercayaan masyarakat.

Keterbatasan Penyediaan Rumah Sakit

Virus yang makin tak terkontrol, kini membentuk varian baru. Keterbatasan fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit menggambarkan kegagalan negara dalam menjaga keselamatan masyarakat. Keterbatasan perawatan medis inilah yang menjadi salah satu pemicu makin ganasnya wabah dalam menyerang tubuh.

Seharusnya, dengan potensi negara yang tak mampu mengontrol secara menyeluruh aktivitas masyarakat, negara harus lebih bersikap hati-hati dan terus berupaya menyadarkan masyarakat agar senantiasa menaati kebijakan, baik berasal dari pemerintah atau tenaga kesehatan. Tanpa adanya upaya membohongi masyarakat.

Keterbatas rumah sakit tak bisa dilepaskan dari instrumen tambahan yang memiliki pengaruh besar yakni keuangan. Tak dapat dimungkiri, negara tengah mengalami krisis ekonomi yang menjadikan negara susah menyediakan fasilitas ataupun tenaga medis.

Pemasukan negara mengalami penghambatan, sedangkan pengeluaran terus meningkat. Parahnya, pengeluaran negara banyak yang tak begitu penting, misalnya negara menggunakan APBN untuk pemindahan ibu kota dan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Oleh karena itu, keterbatasan rumah sakit adalah ulah negara yang menerapkan kapitalisme sekularisme yang begitu mengedepankan pemenuhan jasmani semata. Maka tak heran jika wabah makin menyebar dan terbatasnya penyediaan rumah sakit akibat kas negara yang berada diambang krisis.

Islam Solusi Atasi Wabah

Jika kapitalisme sekularisme menjadi akar dari permasalahan, maka sudah seharusnya akar tersebut dicabut dan dihempaskan sejauh mungkin dan beralih pada Islam. Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah spritual. Namun, Islam juga memiliki pemikiran yang melahirkan peraturan, mulai dari tidur hingga bangun negara.

Wabah bukan suatu hal yang baru di dalam Islam. Hal tersebut pernah terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khattab. Wabah yang menyerang pada saat itu adalah Thaun. Thaun memiliki proses penyebaran yang kurang lebih sama seperti Covid-19. Masuknya wabah awal mula di wilayah Saragh. Sebuah daerah di Lembah Tabuk dekat Syam dengan masa kepemimpinan gubernur Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Sewaktu-waktu khalifah Umar melakukan kunjungan ke wilayah Syam. Naman, sebelum memasuki wilayah, khalifah mendengar adanya wabah di daerah tersebut, maka Khalifah memberhentikan kunjungannya dan menyampaikan hadis Rasulullah saw. mengenai pelarangan memasuki wilayah wabah.

"Apabila kalian mendengar ada penyakit menular di suatu daerah, janganlah kalian memasukinya; dan apabila penyakit itu ada di suatu daerah dan kalian berada di tempat itu, janganlah kalian keluar dari daerah itu karena melarikan diri dari penyakit itu."

Keputusan khalifah Umar untuk tidak masuk ke wilayah tersebut dan melarang orang yang berada di dalam untuk keluar adalah sikap penerapan kebijakan lockdown. Kebijakan tersebut sudah sangatlah sempurna, sebab kebijakan diambil melalui pijakan hadis yang tidak akan mengalami kegagalan. 

Jika lockdown diberlakukan maka penyebaran virus hanya akan terjadi di wilayah itu saja. Negara akan dengan mudah dan cepat melakukan pengobatan, disebabkan wilayah penyebaran wabah kecil dan tidak mudah meliar. Sehingga, tidak ada lagi istilah keterbatasan rumah sakit.

Mengenai fasilitas dan obat-obatan maka Islam tidak mengalami kesusahan. Pada masa sebelumnya, saat Islam diterapkan dalam bentuk pemerintahan. Islam telah menentukan sumber pemasukan negara yang berasal dari SDA, fa'i, jizyah, kharaj, zakat, dan ghanimah. Dengan sumber pemasukan negara inilah, akan menjamin terstabilisasinya kebutuhan masyarakat baik ditengah pandemi maupun tidak.

Islam tidak membolehkan negara bersifat boros dengan bebas mengalokasikan dana pada kondisi yang belum penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada solusi yang paling solutif selain kembali kepada Islam, agama sekaligus ideologi yang mampu menyelesaikan seluruh problematika umat termasuk mengatasi wabah.

Wallahua'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post