Mampukah Penguasa Menghadang Varian Omicron?


Oleh : Yeyet Mulyati
Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah


Belum usai kasus Covid-19 dan beberapa variannya membuat gempar seluruh penduduk bumi, kini datang lagi varian baru Omicron. Negara ini pun tak luput dari serangan varian ini dan tidak ada langkah tegas dari penguasa untuk mencegah masuknya varian virus ini, kalo kita bercermin dari kejadian awal maka seharusnya pemerintah lebih waspada dan mengambil tindakan secara cepat mengingat wabah ini bisa menyerang siapa pun dan dimana pun. Tak peduli tua atau pun muda semua tak luput dari ancaman virus ini. 

Di Jakarta diberitakan sudah banyak warga yang terinfeksi varian Omicron. Namun rasanya tidak ada langkah pasti dari penguasa dalam menghadapi masalah ini.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan memastikan sistem kesehatan nasional saat ini telah siap menghadapi lonjakan kasus akibat varian Omicron. Namun, ia menekankan langkah preventif dari kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci utama untuk menekan laju penularan. "Perlu saya tegaskan sekali lagi, bahwa pemerintah memastikan sistem kesehatan kita hari ini sudah cukup siap untuk menghadapi Omicron ini,” ujar Luhut saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM pada Ahad (16/1). Luhut memperingatkan, puncak gelombang kasus varian Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret nanti. Prediksi tersebut berdasarkan data perkembangan kasus Covid-19 di Afrika Selatan. “Puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” kata dia. Menurut dia, pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan negara lain. Dengan demikian, kenaikan kasus pun tak akan membebani sistem kesehatan nasional. (republika.co.id)

Jika kita analisis dari ungkapan bapak menteri tersebut sepertinya negara ini sudah siap menyambut kedatangan virus ini, kiranya mereka sudah tahu bahwa lambat laun virus ini akan menyebar dan sampai di negari ini. Dengan ketersediaan obat-obatan yang memadai dan protokol kesehatan yang menjadi kunci untuk menekan penularan virus ini, padahal pada faktanya tidak sedikit orang yang menjaga imun tubuh  dan menerapkan protokol kesehatan namun masih tetap terinfeksi bahkan ada orang yang tidak pernah keluar rumah juga ikut terinfeksi akibat tertular dari orang tanpa gejala (OTG). 

Mematuhi protokol kesehatan bukanlah tindakan preventif karena virus bisa menyebar dengan leluasa menginfeksi siapa pun, karena  tempat datangnya virus dibiarkan terbuka lebar dengan kebijakan buka tutup akibat lebih mementingkan perekonomian daripada keselamatan nyawa rakyat. Ketika pun itu benar untuk menyelamatkan perekonomian, lantas perekonomian siapa yang diselamatkan? Tentu bukan perekonomian rakyat miskin, tapi justru perekonomian segelintir orang yang akan semakin terpuruk dan hancur jika bisnis mereka terhenti karena pandemi.

Keberpihakan penguasa dan aturan yang tidak jelaslah yang membuat virus ini semakin menyebar dan menyengsarakan rakyat. Karenanya harus ada solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Adapun solusi sempurna adalah dengan menerapkan syariat Islam di bawah institusi Khilafah yang akan menyelesaikan segala problematika dengan cepat dan tuntas. 

Dalam sistem Khilafah, ketika mendengar ada wabah di suatu daerah maka pemimpin (khalifah) akan langsung menutup akses menuju daerah yang terkena wabah dan akan langsung diterapkan aturan bahwa orang yang berada di luar wilayah wabah tidak boleh memasuki daerah yang terkena wabah begitupun sebaliknya orang yang berada di wilayah yang terkena wabah tidak boleh keluar dari wilayah tersebut, agar wabah tidak semakin meluas menulari wilayah lain. Kemudian khalifah akan memberikan tes diagnosa virus secara gratis kepada seluruh rakyat agar bisa dipisahkan antara yang sehat dan yang sakit atau jika ada orang tanpa gejala untuk mengurangi penyebaran virus. Sehingga orang yang sehat bisa beraktivitas normal seperti biasanya untuk melanjutkan perekonomian.

Selain itu khalifah akan menyediakan tempat kesehatan, obat-obatan serta tenaga medis yang cukup sehingga bisa melayani orang yang terinfeksi virus agar sehat kembali dan dapat beraktivitas kembali seperti biasa. Inilah tindakan preventif yang seharusnya diambil seorang penguasa. Keselamatan dan keamanan rakyat adalah yang utama, bukan hanya menyelamatkan perekonomi semata. Apalagi jika hal itu hanya untuk memenuhi kepentingan para oligarki.

Wallahu'alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post