Perbandingan Negara Kapitalis dan Islam


Oleh : Fina Fauziah 
( Aktivis Muslimah )

Viral video yang menggambarkan kegembiraan para kepala desa Kabupaten Bandung di Bali. Netizen pun ramai-ramai mengomentari. Menyayangkan saat pemerintah mewaspadai munculnya Omicron dan berharap masyarakat tidak kemana-mana, para kades malah berangkat ke bali atas nama bimtek. Menanggapi viralnya video itu di medsos, Kepala Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir jambu Kabupaten Bandung, ismawanto somantri mengatakan, memang dalam salah satu video yang di unggahnya, ia mengungkapkan kebahagiannya karena akan melaksanakan bimtek di Bali bersama seluruh kades dKabupaten Bandung. Menurutnya, ia berangkat ke Bali bersama para kades yang ada di Kabupaten Bandung tidak sekedar hura-hura, tetapi mempunya dasar yang aturannya dikeluarkan dinas pemberdayaan masyarakat desa. Ismawanto memang cukup aktif bermedia sosial, sehingga ia berharap masyarakat bisa melihat dari berbagai sisi, tidak melihat hanya dari segi saat keberangkatan saja. “Bisa dilihat pula pontingan-postingan lainnya, baik di FB, IG, Twitter yang selalu saya update.” Ujarnya

Fenomena yg kerap terjadi setiap tahun, yaitu menghabiskan anggaran dengan dalih dana anggaran yang sudah harus terserap secara maksimal. Bentuknya bisa diada-adakan berupa diklat atau workshop, studi banding, wisata bersama, dll. Tentu saja, hal ini tidaklah bijak terlebih dlm kondisi masyarakat sdg susah. Pandemi blm berakhir, kondisi ekonomi rakyat makin terpuruk. Semestinya kelebihan anggaran bisa dialihkan untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi. Alasan kemandegan ekonomi atau produktifitas yang selalu menjadi alasan mengemuka juga bukan ekonomi untuk rakyat (jelata). Kepentingan ekonomi di bawah cara pandang kapitalisme identik dengan terus beroperasinya mesin-mesin industri dan berpacunya sektor perbankan dan bursa efek demi bagi segelintir elit kapitalis. Atas dasar apa golongan ini lebih diutamakan? Jelas karena peran besar mereka menyokong naiknya rezim ke tampuk kekuasaan. Pandangan ini bukan tanpa alasan. Publik bisa mencermati bahwa sinyalemen pelonggaran menguat seiring sanksi penutupan 176 diantara 1019 perusahaan yang melanggar ketentuan PSBB. Di saat sama, agar berlepas diri dari tuntunan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga kaum pekerja negara mengharap uluran tangan perusahaan agar tidak menghentikan memberikan THR karyawan. Dari sini jelas terlihat kepentingan siapakah yang lebih diutamakan. Kebutuhan rakyat yang ingin terlindungi keselamatan jiwa dan kesehatannya ataukah kepentingan pengusaha yang didominasi nafsu menggelembungkan pundi-pundi keuntungan korporasinya.

Fakta yang ditemukan di negara ini sangat kontras dengan fakta sejarah kekokohan sistem islam. Tidak hanya menyejahterakan, melainkan juga memakmurkan. Pada zaman kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz kekayaan negara Islam sampai berlebih sehingga tidak ada yang merasa butuh untuk menerima bantuan ataupun zakat. Bahkan pengaruh sistem islam juga dirasakan Bangsa Irlandia pada tahun 1847 di saat (The Great Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Terkait bantuan yang didatangkan oleh kesultanan Turki Ottoman itu, Mary McAleese berkata: “Sultan Ottoman" mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini. Dan dapat ditemukan pula di dalam sejarah, yaitu bagaimana tanggapnya Khalifah Umar bin Khaththab dalam mengatasi wabah Tha’un kala itu. Khalifah Umar bin Khaththab langsung bergegas menyandarkan masalah ini kepada suatu hadis yang memerintahkan karantina wilayah atau yang bisa disebut juga lockdown ketika di suatu wilayah terdapat wabah yang menyerang sehingga wabah tidak menjadi pandemi. Sudah sepantasnya rakyat rindu dengan kondisi negara kuat dan independen sebagaimana Sistem Islam dilengkapi figur pemimpin yang peduli dan tanggap terhadap urusan rakyatnya. Hal itu harus menjadi bensin pendorong rakyat untuk mau berkaca dan hijrah kepada sistem pemerintahan based on petunjuk Allah subhanahu wa ta'ala dalam menjalani aktivitas kehidupan.  Dari situ kesejahteraan atau rahmat kebahagiaan dapat dirasakan semua, tidak hanya segelintir orang saja. Bukan malah menularkan penyakit kemiskinan bak negara-negara kapitalis namun menjadi negara yang super power, yang dengan kekuatannya mampu memberikan cahaya kebahagiaan kepada negara-negara yang dilanda penindasan akibat penjajahan. WalLahu A’lam

Post a Comment

Previous Post Next Post