Mengagungkan Ilmu dan Ahli Ilmu

Nama : Vera
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Universitas Islam 45 Bekasi

🙏🙏
Seorang pelajar akan memperoleh sebuah ilmu dan mengambil sebuah kemaanfaatan ilmu  tersebut apabila mereka mengagungkan ilmu dan menghormati ahli ilmu. Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa “Seorang pelajar tidak akan sampai sebuah tujuan jika tidak dibarengi dengan sebuah penghormatan, maka seorang pelajar tersebut akan terjatuh jika meninggalkan sebuah penghormatan”. 
Dan di antara bentuk sebuah penghormatan kepada ilmu yaitu dengan mengghormati ahli ilmu atau guru. Sebagaimana Sayyidina Ali r.a berkata :
“Aku merupakan hamba sahaya bagi seorang yang telah mengajarkan satu huruf kepadaku”.

Dalam hal ini menunjukkan bahwa setiap pelajar (santri) harus hormat dan taat kepada guru, jika ada seoarang guru yang menyuruh kebaikan apapun itu haruslah langsung dijalani atau dilakukan dan begitupun sebaiknya.

Dalam hal ini kita dapat melihat pengamatan secara langsung oleh santriawan dan santriawati dalam mengaplikasikan mengagungkan ilmu itu melalui apa yang didapatkan dan dipelajari. Seperti menaruh kitab atau sebuah buku secara rapih, kemudian tidak mendekatkan kaki kepada buku, kemudian meletakkan kitab tafsir dibawah kitab lainnya, tidak menaruh benda apapun di atas buku, dan kemudian disarankan selalu dalam keadaan suci atau sudah berwudhu ketika akan membaca atau mempelajari sebuah ilmu, dan lain sebagainya. Dan walaupun itu belum terlaksana sepenuhnya.

b. Mengagungkan Guru
Seorang ahli ilmu atau guru yang telah mengajari penuntut ilmu satu huruf yang digunakan oleh seorang penuntut ilmu untuk kebutuhan agamanya, ia adalah bapak seoarang pelajar di dalam agama. Syekh Imam Sadidudin asy-Syairazi bercerita bahwa “Guru-guru kami berkata, siapa saja yang menginginkan anaknya menjadi seorang alim, hendaknya memberi perhatian kepada ulama yang sedang mengembara. Kemudian menghormati, memuliakan, dan memberikan mereka sesuatu. Dan jikaputranya tersebut tidka menjadi seorang alim, maka cucunyalah yang akan menjadi seoarang alim.

Bentuk-bentu menghormati ahli ilmu diantaranya adalah tidak berjalan dihadapannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak mengajak berbicara di didekatnya kecuali ada udzur, dan kemudian tidak menanyakan sesuatu ketika seorang ahli ilmu tersebut sedang letih. Kemudian seorang pelajar atau penuntut ilmu ilmu harus mencari waktu yang tepat dan kemudian menahan diri untuk tidak mengetuk pintu seoarang ahli ilmu, kemudian menunggu dan bersabar sampai seorang ahli ilmu tersebut keluar.

Dan intinya seseorang penuntut ilmu itu harus mencari ridha dari seorang ahli ilmu atau guru, kemudian mejauhi murkanya dan menaati printahnya selama hal tersebut tidak untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak boleh ada kepatuhan kepada makhluk untuk bermaksiat dan membangkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila seorang penuntut ilmu menyakiti hati seorang ahli ilmu, makai a akan dihalangi dalam memproleh keberkahan ilmu dan kemudian tidak akan merasakan sebuah kemanfaatan dari ilmu walaupun hanya sedikit saja.

c. Memuliakan Kitab
Bentuk sebuah penghormatan yang wajib dilakukan terhadap kitab adalah tidak mejulurkan kaki kearah kitab, kemudian meletakkan tafsir di atas kitab-kitab lainnya, dan kemudian tidak meletakkan benda apapun, seperti makanan dan lain-lain di atas kitab tersebut.

Syekhul Islam Burhanudin bercerita tentang kisah salah satu gurunya, “Ada seorang ulama fiqih yang meletakkan sebuah botol tinta di atas kitab. Kemudian seorang ahli ilmu tersebut berkata kepadanya dengan menggunakan Bahasa Persia, ilmu kamu tidak akan bermanfaat”. Dan kemudian al Qadhi al Imam Khan berkata, “Jika tidak ada tujuan untuk meremehkan, meletakkan sesuatu di atas kitab tidak ada masalah. Akan tetapi menghindari itu merupakan lebih utama”.

Dan di antara wujud penghomatan lainnya yang wajid dilakukan terhadap ilmu adalah dengan menulis sebuah pelajaran dengan rapih, kemudian tidak menulis dengan huruf yang kecil dan rapat, dan juga tidak menulis catatan di pinggir kecuali hal tersebut penting. Abu Hanifah pernah meliat sebuah buku yang berisi catatan dengan tulisan kecil-kecil dan rapat, kemudian ia berkata “Jangan menulis dengan huruf yang kecil dan rapat, selama masih hidup, kemudian engkau akan menyesal apabila sudah mati dan kemudian namamu akan menjadi bahan pembicaraan”. Maksud pekataan Abu Hanifah tersebut adalah apabila sudah tua nanti dan daya penglihatan sudah melemah, kemudian kamu akan menyesal telah berbuat demikian.

d. Menghormati Teman
Termasuk sebuah bentuk menghormati ilmu adalah dengan menghormati teman dalam menuntut ilmu dan tentu saja tidak lupa memuliakan yang telah mengajarakan ilmu tersebut yaitu ahli ilmu atau guru. Mencaei sebuah perhatian merupakan perbuatan tercela, tetapi tidak dalam urusan menuntut ilmu. Maka dari itu disarankan bagi penuntut ilmu untuk mecari prhatian ahli ilmu dan teman-teman lainnya, supaya dapat mengambil sebuauh kemanfaatan dari mereka.

Seorang penuntut ilmu seharusnya menyimak ilmu dan percikan kebijaksanaan dengan penuh rasa hormat, walaupun materi yang disampaikan sudah pernah didengar hingga seribu kali. 

e. Berkhidmat Kepada Guru
Berhidmat kepada guru hendaknya seorang murid tidak jalan di depannya, tidak duduk ditempatnya, tidak memulai pembicaraan di hadapannya kecuali sudah izin, tidak banyak berbicara dihadapannya kecuali dengan seizinnya, tidak banyak berbicara dihadapannya kecuali seizinnya, tidak menanyai sesuatu dikala seorang guru sedang bosan sambil memperhatikan waktu yang tepat, dan tidak mengetuk pintunya tetapi bersabar menunggu keluar.

Selajutnya berhidmat kepada guru juga mencari keridhaan, menjauhi hal-hal yang ia benci, menuruti perintahnya yang selain maksiat kepada Allah, karena tidak menaati makhluk untuk menentang sangpencipta. Kemudian hendaknya seorang penuntut ilmu itu tidak memilih sendiri jenis ilmu yang akan dipelajari, tetapi lebih baik menyerahkan urusan ilmu itu kepada guru, karena seorang ahli ilmu itu sudah lebih berpengalaman dalam urusan tersebut dan seorang ahli ilmu juga lebih tahu mana yang baik dan mana yang lebih sesuai dengan karakter muridnya.

f. Larangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru
Hendaknya seorang murid tidak duduk di dekat guru, bila tidak dalam kondisi darurat. berebut tempat duduk tanpa ada keadaan yang terpaksa, justru sebaiknya antara dia dan guru dan jaraknya agak jauh sekitar busur panah, karena hal ini lebih dekat dengan penghormatan. Hendaknya seorang murid menjaga diri dari akhlak yang bururk karena hal ini diibaratkan seperti anjing yang bersifat maknawi, dan Rasulullah telah besabda, yang artinya :
“Malaikat tidak akan memeasuki rumah yang di dalamnya ada seekor anjing atau gambar”.

Sejatinya orang yang belajar itu dengan perantara-perantara malaikat. Dan prilaku tercela bisa dipelajari di dalam kitan Akhlaq, sedangkan kitab Ta’lim Muta’lim ini tidak membuat penjelasan secara mendetail.

Post a Comment

Previous Post Next Post