Dalih Kebebasan Berekspresi, Penistaan Agama Terus Berulang, Butuh Solusi Hakiki


Oleh Yunita M
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)

Berbicara mengenai penistaan agama, memang bukanlah hal yang tabuh di negeri ini. Seringkali kasus-kasus penistaan agama terjadi, dan yang lebih menyedihkan Islam menjadi sasaran empuk dari para penista dalam bersuara dengan dalih kebebasan berekspresi.

Beberapa bulan lalu aktivis dan pengiat media sosial, Nicho Silalahi menyampaikan pesan kepada umat Islam bahwa selama umat Islam diam, maka pelecahan dan penghinaan atas keyakinan mereka akan terus berulang terjadi. Khususnya penghinaan kepada Nabi Muhammad saw.

Hal ini beliau sampaikan ketika merespon Helmi Felis, pegiat media sosial yang mengkritisi terkait dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. oleh Jhosep Suryadi yang dilakukan lewat media sosial. (terkini.id,15/12/2021)

Sungguh miris. Penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah saw. seakan tidak pernah ada habisnya. Sampai kapan umat Islam harus menanggung perihnya penistaan akan agamanya? Kesucian dan kemuliaan Islam begitu mudahnya dipermainkan, dinistakan tanpa rasa bersalah. Bahkan pihak-pihak yang tegah menistakan seolah-olah tidak punya rasa takut dan malu sedikitpun.

Lantas bagaimana dengan sikap umat Islam? Marah jelas, sakit hati pasti, mengecam seharusnya ini yang dilakukan. Namun, apakah hal ini cukup? Mengingat penghinaan dan penistaan terhadap Islam dan syariatnya bukan hanya sekali ini terjadi. Betapa banyak kasus-kasus semacamnya yang tumbuh subur di tengah-tengah kehidupan kita saat ini.

Mulai dari penghinaan terhadap Nabi saw. penistaan terhadap cadar, Al-Qur'an suara azan dan berbagai syariat Islam lainnya. Semua itu sangat mengiris hati kaum muslimin. 

Penistaan Agama Tumbuh Subur dalam Negara Sekuler 

Memang tidak salah ketika manusia sebagai makhluk sosial mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya. Ide-ide atau mungkin kreativitasnya, ia tuangkan dalam lisan maupun tulisan. Namun, apa jadinya jika kebolehan  berekspresi disalah artikan, dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik bahkan sampai merugikan pihak lain?

Dalam negara yang bersistem kapitalis sekuler, kebebasan sangat digaung-gaungkan. Entah itu kebebasan dalam bertindak, maupun berekspresi. Negara yang menganut paham pemisahan antara agama dan kehidupan (sekuler) ini menjadikan standar baik dan buruk dalam menetapkan suatu kebijakan berasal dari akal yang penuh keterbatasan dan hawa nafsu manusia.

Sementara nilai agama hanya sebagai identitas yang digunakan sebatas dalam ranah ibadah dan moralitas semata. Agama tidak berhak mengatur kehidupan. Bahkan aturannya dianggap tidak relevan untuk mengatur kehidupan sosial masyarakat maupun negara. 

Inilah yang penyebab mengapa kebebasan berekspresi yang kebablasan sampai menistakan agama terus menerus terjadi. Penistaan dan penghinaan Islam tumbuh subur bahkan di negeri yang bermayoritas Islam. Di samping itu, hukuman yang diberlakukan dalam sistem sekuler sangat tidak tegas dan cenderung memihak. Kebal hukum biasa bagi mereka yang punya uang, kursi, dan jabatan. 

Tak jarang, Ketika menista dan menghina Islam para pelaku hanya sekadar meminta maaf di depan publik, dengan dalih menyesal atau semacamnya. Setelah itu, selesai perkara dan dilupakan. Kemudian terulang lagi kasus semacamnya dengan pelaku yang berbeda namun perlakuan hukum yang sama tanpa ada hukuman yang tegas dan berarti. Ketika pola ini terus berulang, tidak akan ada jaminan penghinaan dan penistaan agama tidak berulang kedepannya.

Khilafah Solusi Hakiki

Ada apa Wahai kaum muslimin! Agama yang menjadi kebanggaan dan sumber kemuliaan hidup dan mati kita saat ini begitu mudahnya dinistakan. Apa yang seharusnya menjadi penting dalam kehidupan kita sebagai muslim jika bukan agama?

Untuk menjaga keutuhan dan kehormatan Islam, kita butuh sistem yang jelas yang mampu menjamin manusia. Yakni kembali kepada sistem yang lahir dari Allah Swt. Dan mencampakkan kekufuran sistem kapitalisme dan mengambil sistem Islam sebagai asas kehidupan, dalam naungan Khilafah Islamiyah. 

Dalam Islam, khalifah atau pemimpin negara memerintah atas ketentuan syarak. Dalam Islam, berpendapat dan berekspresi diperbolehkan namun, dengan catatan tidak melanggar syariat Islam.

Jika ada pihak yang terbukti menghina atau menistakan Islam seperti saat ini, maka Khalifah akan memberikan hukuman tegas sesuai dengan aturan syariat yang bersumber dari Al-Qur'an dan as-Sunnah.

Ketegasan hukum dalam sistem Islam adalah jelas adanya tanpa memihak suatu golongan atau kelompok tertentu. Jika ada yang  terbukti menghina Rasulullah saw. Maka tidak tanggung-tanggung ia berhak untuk dibunuh.

Solusi hakiki agar tidak berulang penistaan agama atau penghinaan terhadap Rasulullah saw. adalah dengan menerapkan Islam secara kafah. Menegakkan Khilafah Islamiyah yang akan menjaga kehormatan dan kesucian agama Allah Swt.

Waullahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post