PNS Diganti Robot, Ilusi Kemajuan Bangsa


Oleh Nurul Bariyah
Ibu Rumah Tangga dan Penulis Ideologis Pamulang
                                                             Melansir berita detik.com (28/11/2021), bahwa adanya pertanda nyata akan digantinya PNS dengan robot, mengakibatkan jumlah PNS  berkurang terus tiap tahunnya. Menurut mereka hal ini dilakukan dalam rangka percepatan reformasi di era kemajuan teknologi yang sedang berlangsung saat ini. 

"Jadi PNS digantikan robot, ke depannya pemerintah akan menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan kepada publik. Jumlah PNS tidak akan gemuk dan akan dikurangi secara bertahap," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum dan Kerja sama Badan Kepegawaian Negara(BKN) Satya Pratama.

The big question is ... Akan ke mana PNS yang mendapat PHK akibat pengurangan karyawan tersebut? Apakah keputusan ini sudah tepat?

Jika banyak PNS yang digantikan oleh robot, sudah pasti angka pengangguran akan bertambah. Per Agustus 2021,  Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang. Ini bukanlah angka yang sedikit dan apakah terpikir oleh pemerintah bagaimana nasib mereka selanjutnya?

Makin banyak persoalan baru muncul karena pemerintah mengambil kebijakan dengan bersandar pada tren global dan ingin dinilai modern. Memang kemajuan teknologi sudah sedemikian pesatnya dan hal ini tidak bisa dipungkiri. Tapi apakah pemerintah sudah menyiapkan SDM sedemikian rupa agar mereka tidak tertinggal oleh kemajuan zaman? Apakah mereka sudah dalam tahap yang siap bersaing?

Indozone.id ( 28/11/2021) mengemukakan 3 hal yang mungkin terjadi jika PNS benar-benar digantikan oleh robot antara lain :
1. Berdampak pada angka pengangguran yang sudah pasti akan bertambah
2. Menjadi PNS makin sulit karena kemungkinan besar seleksi untuk PNS akan lebih diperketat dan formasi yang dibutuhkan juga akan terus menyusut
3. Terciptanya jenis pekerjaan baru, karena untuk bertahan hidup mereka harus mencari pekerjaan baru. Seperti sekarang ini banyak ojek online karena imbas karyawan yang diberhentikan.

Kemajuan bangsa semestinya tidak diukur dengan sekadar pencapaian fisik dan kemajuan teknologi yang digunakan. Semestinya menggunakan ukuran dasar sebagaimana direkomendasikan Islam berupa tercapainya tujuan bernegara yaitu menyejahterakan setiap individu, terciptanya ketenangan, stabilitas dan meninggikan peradaban. Karena apalah artinya negara modern, tapi rakyatnya susah makan, tidak punya penghasilan, hidup tidak layak. Lalu untuk siapa sebenarnya kemajuan itu? Apakah hanya untuk sebagian orang dan golongan saja?

Dalam Islam, kesejahteraan rakyat sangatlah penting. Di zaman Rasulullah dan para khalifah, nasib rakyat sangatlah terjamin dan sejahtera. Di zaman Umar bin Khatab, ketika beliau mendengar rakyatnya yang kelaparan, maka beliau sendiri yang akan mengantarkan makanan dan juga lainnya. Khalifah Umar kerapkali mendatangi perkampungan untuk memastikan apakah rakyatnya sejahtera atau dalam kesulitan. Bahkan mereka yang nonmuslim pun mendapat perlakuan yang sama.

Dalam satu kisah, seorang pengemis tua Yahudi bertemu dengan Khalifah Umar, pengemis tua itu menceritakan ketidakmampuan dirinya membayar pajak(jizyah). "Ya Umar, sewaktu muda aku sanggup membayar pajak kepada negara, tapi kini aku sudah tua dan tidak dapat bekerja lagi. Maka dari itu aku meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan hidupku juga untuk membayar pajak (jizyah). 

Lalu apakah yang dilakukan Khalifah Umar? Beliau menggenggam lengannya dan membawanya pulang ke rumahnya (Umar) dan memberikan sesuatu dari rumahnya kepada lelaki itu. Kemudian beliau membawanya kepada penjaga Baitul mal dan berkata, "Uruslah orang ini dan orang-orang seperti dirinya. Demi Allah, kita tidak berlaku adil, karena kita telah memakan jerih payah masa mudanya (membayar jizyah) kemudian kita mengabaikannya ketika telah mencapai usia tua."

Kisah khalifah tadi membuktikan bahwa dalam Islam, pemimpin sangatlah memperhatikan nasib rakyatnya. Kesejahteraan rakyat adalah yang utama. Pemimpin dan pejabat  tugasnya melayani rakyatnya. Mereka lebih mementingkan rakyatnya dibandingkan dengan diri sendiri ataupun keluarganya. 

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.: “Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari  dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).
                                                                                           Lalu apa kabarnya pemimpin saat ini, apakah mereka memedulikan rakyatnya? Apakah mereka mengerti kalau kelak mereka akan diminta pertanggungjawabannya atas apa-apa yang mereka putuskan hari ini? Apakah bagi mereka nasib rakyat kecil lebih penting dari perut mereka sendiri atau keluarga mereka. Karena pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang segala keputusannya memikirkan rakyatnya bukan buat dirinya sendiri atau golongan tertentu. Hal itu sudah diatur sejelas-jelasnya dalam Islam, karena Islam adalah solusi dari setiap masalah. Lalu kenapa kita harus mencari lagi, kalau solusinya sudah di depan mata? Karena hanya dengan menegakkan syariat Islam semuanya akan menjadi baik, sejahtera dan diridai Allah senantiasa.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post