Ironi Utang Bertambah, Rakyat Hidup Susah, Mengapa?


Oleh Nina Marlina, A.Md
Muslimah Peduli Umat


Dikutip dari Kontan.co.id (24/10/2021), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku senang ketika semua pihak memperbincangkan utang Indonesia. Menurutnya kita jadi mempunyai ownership terhadap keuangan negara. Sebab pada saat krisis tahun 1997-1998 maupun tahun 2008, tidak ada orang yang memperhatikan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah hingga akhir Agustus 2021, mencapai Rp 6.625,43 triliun. Posisi ini setara 41% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Bagaimana tidak diperbincangkan, negara seolah tak berhenti untuk terus berutang. Bertambahnya utang tentu akan menjadi perhatian masyarakat. Utang yang bertambah pun tak tahu untuk apa digunakan. Meski pemerintah berdalih utang demi menyelamatkan rakyat. 

Namun faktanya rakyat semakin hidup susah. Utang yang meningkat tak berefek pada kesejahteraan rakyat. Justru dampaknya APBN akan terus defisit karena pemasukan negara lebih banyak digunakan untuk membayar cicilan pokok utang dan bunganya. Anggaran untuk yang lainnya tentu akan dikurangi. Alhasil rakyat tak optimal diurus negara. Rakyat akan semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup, mengakses kesehatan dan pendidikan. Ironinya, pejabat malah berfoya-foya, bertambah kekayaannya.

Perhatian dan kritisnya rakyat terhadap utang negara tiada lain karena kekhawatiran negara tak akan mampu membayarnya. Pemasukan negara yang sedikit sementara pengeluarannya besar selalu membuat rakyat was-was. Pasalnya, rakyat sendiri yang selalu kena getahnya. Ketika pemerintah bingung mencari lagi pos pemasukan, lagi-lagi pajak yang menjadi andalannya. Sudah berapa  macam pajak yang telah ditarik negara dari rakyatnya. 

Selain itu, utang pun tak sesuai fitrah. Pasalnya alaminya manusia tak mau mendapatkan tekanan dari siapapun. Sementara dengan berutang, maka negara tak memiliki kedaulatan. Hal ini karena lembaga donor selalu mensyaratkan sejumlah kebijakan yang harus diambil debitur. Utang sejatinya adalah bentuk penjajahan ekonomi terhadap negeri kita. 

Sistem kapitalisme adalah penyebab utama negara ini terjebak pada jeratan utang ribawi. Penerapan sistem ini telah mengkerdilkan peran negara dalam mengayomi rakyatnya. Selain itu, kekayaan SDA tak dikelola oleh negara. Banyak sumber-sumber kekayaan yang diserahkan pengelolaannya kepada swasta atau asing, seperti sektor pertambangan, perikanan, perkebunan dan yang lainnya. Padahal jika dikelola secara benar oleh negara akan mampu menyejahterakan rakyat. 

Untuk itu negara harus segera berhenti berutang. Utang akan menambah masalah bukan memberi solusi. Negara harus segera meninggalkan sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam. Sistem Islam akan menjadikan negara berdaulat, tidak bergantung kepada negara lain. 

Seluruh SDA atau kepemilikan umum akan dikelola oleh negara dan didistribusikan hasilnya kepada rakyat. Negara akan maksimal dalam mengurus rakyatnya dan mencari sumber pemasukan kas negara. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post