Unrelated, Bahasa Arab dengan Embrio Terorisme


Oleh : Yauma Bunga Yusyananda
( Anggota Ksatria Aksara Kota Bandung ) 

Pernyataannya viral, Pengamat Intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati menilai saat ini banyak sekolah di Indonesia yang mulai berkiblat ke Taliban yang dia anggap sebagai organisasi radikal. “Mereka tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” ujar Susaningtyas dilansir di progam Crosscheck yang disiarkan di akun YouTube, dikutip Rabu (8/9).

Namun hal tersebut di klarifikasi oleh nya, bukan berarti ia tak mencintai Islam sebagai agamanya, dia hanya khawatir adanya glorifikasi menangnya Taliban di Afganistan oleh sel-sel tidur terrorisme sehingga berdampak dan berpengaruh di Indonesia. 

Ia juga sempat menyinggung perihal bahasa arab, Terkait dengan Bahasa Arab, dia mengaku sangat menghargai bahasa tersebut. Menurutnya, ada perbedaan konteks bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan penggunaannya sebagai bahasa sehari-hari dalam pergaulan suatu bangsa yang sudah memiliki bahasa nasional.

"Ini seperti halnya bahasa Indonesia. Dalam hal ini mohon maaf bila ada yang tidak sependapat dengan saya," ujarnya. (republika.co.id)

Akhir-akhir ini, kata glorifikasi sering digunakan untuk beberapa kasus, namun apa yang dimaksud glorifikasi ? Glorifikasi adalah proses, cara, perbuatan meluhurkan, dan memuliakan sesuatu. Sehingga, glorifikasi sendiri merupakan serapan dari kata bahasa Inggris, Glorification, yang mana artinya adalah akasi melebih-lebihkan sesuatu sehingga terkesan luar biasa dan sempurna. 

Namun apakah benar, kata ini disematkan dalam kepentingan ummat Islam untuk mengagungkan bahasa Arab? Sejatinya kita kaum muslimin memahami bahwa bahasa arab bukan sekedar bahasa yang diakui oleh PBB ( Perserikatan Bangsa- Bangsa ) saja, ataupun lembaga setingkat Internasional lainnya. 
Kita sebagai muslim memahami bahasa arab sebagai bahasa Al qur'an, tentu memang ada perbedaan antara bahasa yang digunakan orang-orang Arab dengan firman Allah subhanahu wa ta'alaa. Namun keagungan bahasa arab, tidak ada kaitannya juga dengan kemenangan taliban. Sebelum terjadi kemenangan taliban, sudah harus dipahami bahwa bahasa arab adalah bagian penting untuk memahami Islam. Sehingga jika kaum muslim jauh dari bahasa arab, maka akan ada kesulitan memahami Islam, bahkan sulit bagi muslim jika tidak memahami bahasa arab untuk menerima Islam sebagai aturan hidup yang wajib diterapkan.

Maka jika ada pemahaman yang menyudutkan hal-hal yang merupakan bagian ajaran Islam, sejatinya kita harus dengan percaya diri bahwa apa yang kita cari untuk mengkaji serta belajar bukanlah hal yang menyangkut terorisme ataupun paham radikal. Kita hanya mencintai agama kita, ingin kehidupan kita mencapai level yang lebih baik daripada sekedar kehidupan dunia. Sangat miris ketika ada yang mengkaitkan ajaran Islam dengan embrio teroris, karena Islam adalah pedoman kehidupan yang jika kita memahami hakikatnya sangat bertentangan dengan yang seting dituduhkan selama ini. Apapun bentuknya, jika hanya sebuah kekhawatiran, umat Islam seharusnya lebih paham mana yang membuat kehidupan mereka lebih bermakna apakah mempelajari Islam serta menerapkannya atau hanya diberikan ketakutan agar jauh dari nilai-nilai Islam? 

Dari sinilah, kita diminta berpikir bahwa kehidupan ini sedang mencoba terus memahamkan dalam diri ummat Islam untuk jauh dari ajaran Islam itu sendiri, kehidupan dan paham sekulerisme sudah sangat lama menyerang diri kaum muslimin. Jadi yang harus kita sadari, pahami dan khawatirkan adalah bahaya pemikiran sekuler ini. Sesungguhnya kaum muslimin hanya butuh hidup dalam naungan Islam sehingga Islam tidak lagi dicurigai sebagai hal yang negatif dari berbagai sisi. Karena sejatinya Islam adalah rahmatan lil'alamin jika diterapkan secara menyuluruh dalam hidup. Wallohu'alam bi ash showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post