Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh dengan Islam Kafah

Oleh Neneng Sriwidianti
Ibu Rumah Tangga dan Pejuang Literasi

Selasa, 17 Agustus 2021 Indonesia memperingati hari kemerdekaannya. Tepat 76 tahun yang lalu, negeri ini terbebas dari penjajahan fisik dan teritorial. Namun kenyataannya kita masih tertatih meraih hakikat kemerdekaan. Tengoklah kemiskinan makin bertambah dan merata. Kubangan utang riba sudah menenggelamkan negeri ini ke dasar penghambaan kepada negeri-negeri kufur. Walhasil kekayaan dan kedaulatan negara tergadaikan juga. Pandemi ini telah membuka wajah buruk penguasa beserta sistem yang diterapkannya. Penguasa telah gagal menyelesaikan masalah yang membelit negeri ini. 

Di tengah kepercayaan publik yang menurun,  pada peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI tahun ini, pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara, Pratikno mengajak seluruh masyarakat untuk menghentikan kegiatan sejenak dan mengambil sikap sempurna selama tiga menit untuk menjaga kekhidmatan acara dan menghormati peringatan tersebut. Slogan yang diusung dalam Hut ke-76 ini adalah 'Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh.' (Detiknews.com, 7/6/2021)

Benarkah dengan kondisi yang karut marut ini, Indonesia akan tangguh dan tumbuh? Ataukah ini hanya slogan kosong tanpa makna?

Merdeka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bebas (dari penghambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri; tidak terikat; tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu. Merdeka juga berarti bisa berbuat sesuai kehendak sendiri. Oleh karena itu, janganlah memahami kemerdekaan hanya sebatas seremonial tahunan, yang diikuti oleh kemeriahan berbagai lomba yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan arti kemerdekaan itu sendiri. Negeri ini memang sudah terbebas dari penjajahan fisik, tetapi sejak itu pula penjajahan ekonomi dan pemikiran dimulai. Negeri ini menjadi pengekor. Semua kebijakan yang dikeluarkannya atas arahan asing dan aseng. 

Sudah saatnya memahami kemerdekaan dengan perubahan mendasar yang mengubah wajah sistem hari ini, yaitu kapitalisme, ke arah perubahan hakiki. Perubahan mendasar dengan sistem sahih, syariah Islam secara kafah. Karena selama kapitalisme tetap dipakai sebagai ideologi, dan dijadikan acuan dasar di setiap kebijakannya, Indonesia tangguh dan tumbuh hanyalah slogan tanpa makna. 

Maka apa yang sekarang dialami negeri ini, semestinya cukup untuk menyadarkan semua pihak bahwa kemerdekaan yang diperingati setiap tahun hanyalah pepesan kosong. Merdeka bukan sebatas urusan fisik dan teritorial. Tetapi kemerdekaan sejatinya menyangkut hadirnya pemahaman, qanaah, dan aturan yang benar yang diterapkan di tengah umat. Yakni pemahaman, qanaah (benci, rindu), dan aturan Islam yang akan membebaskan manusia dari segala bentuk penghambaan kepada makhluk. 

Benar apa yang dikatakan oleh Ustadz H. Muhammad Ismail Yusanto (Cendekiawan Muslim) bahwa: "Kemerdekaan hakiki dalam pandangan Islam adalah seseorang, atau sebuah masyarakat negara baru bisa dikatakan merdeka secara hakiki, ketika ia bisa tunduk sepenuhnya kepada seluruh perintah dan larangan Allah, serta melepaskan diri dari belenggu sistem yang bertentangan dengan tauhid seraya menegakkan hukum Islam."

Umat juga semestinya bisa mengambil pelajaran dari apa yang dikatakan Rabi' bin Amir saat menghadap Panglima Perang Adidaya Persia atas perintah oleh Panglima Islam Sa'ad bin Abi Waqqosh. Ketika itu ia ditanya, apa tujuan pasukan Islam datang ke wilayahnya.

Rabi pun menjawab dengan lantang, "Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya kepada penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahaperkasa. Dari dunia yang sangat sempit menuju dunia yang sangat luas, serta dari kesewenang-wenangan kepada keadilan, Al-Islam..." (Ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, II/401).

Apa yang dikatakan Rabi' bin Amir semestinya wajib dicontoh oleh seluruh komponen umat terutama penguasa, karena itulah rahasia kebangkitan umat Islam. Ketika Islam dipahami menjadi ukuran benci rida, serta diterapkan sebagai aturan kehidupan, niscaya umat Islam akan bangkit menjadi umat terbaik (khairu ummah). Menjadi pemimpin peradaban dan menebar rahmat ke seluruh alam.

Rentang waktu 76 tahun, semestinya menyadarkan umat bahwa sistem kapitalisme, buah dari akal manusia tak akan pernah mampu menghantarkan kebaikan. Alih-alih menyejahterakan, malah menjerumuskan pada kesengsaraan yang berkepanjangan.

Sudah saatnya negeri ini bangun dari tidur panjangnya, bahwa kemerdekaan yang diraih selama ini hanya ilusi. Indonesia tangguh Indonesia tumbuh, hanya bisa diraih dengan menerapkan hukum Islam secara kafah dalam naungan khilafah Islamiyah.

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS. Al-Maidah [5]: 50)

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post