Lagi, Tingkah "Unik" Menteri Di tengah Krisis


Penulis : Dinda Kusuma W T
 (Aktivis Muslimah Jember)

Virus Covid-19 tampaknya masih enggan pergi dari negeri Indonesia ini. Alih-alih tuntas, serangan covid-19 kian mengganas. Kondisi Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Tenaga Kesehatan kolaps, karena banyak yang terpapar covid dan tidak sedikit pula yang meninggal. Rumah Sakit kolaps, karena banyaknya pasien hingga tidak tertampung. Stok oksigen pun kian menipis, bahkan di beberapa daerah sudah menjadi langka, kalaupun ada harganya sudah meningkat tajam.

Terdesak, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat pun di laksanakan tanpa antisipasi yang benar dan memadai. Rakyat mengeluhkan pembatasan kegiatan ekonomi tanpa adanya kompensasi bantuan dari pemerintah. Yang paling merasakan dampak kerugiannya adalah para pedagang di pinggir jalan. Banyak fakta pedagang diusir secara paksa padahal itu adalah satu-satunya usaha mereka untuk mendapatkan penghasilan. Di tengah kesengsaraan yang dialami rakyat, sayangnya masih ada yang bersikap kurang simpati terhadap keadaan ini. Parahnya, sikap kurang simpati ini juga ditunjukkan oleh para pejabat pemerintah. 

Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melalui akun twitternya membeberkan bahwa dirinya sering menonton sinetron Ikatan Cinta. Dalam postingannya Bapak Mahfud MD bahkan juga mengulas jalan cerita sinetron tersebut dan memberikan masyarakat sedikit pengetahuan hukum terkait jalan ceritanya. Kicauan Mahfud MD tersebut memantik cibiran publik lantaran cerita keseruan menonton sinetron Ikatan Cinta di tengah banyaknya korban yang tumbang akibat pandemi Covid-19. Mahfud MD mendapatkan berbagai kritikan dan cibiran dari publik terkait cuitannya itu.

Lagi-lagi, respon para menteri di negeri ini membuat masyarakat tersenyum kecut. Sebelumnya, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengimbau seluruh kepala desa, pendamping desa dan seluruh warga desa untuk melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Harapannya agar pandemi dan lonjakan kasus COVID-19 segera. Tidak main-main, himbauan tersebut bukan hanya diucapkan secara lisan, tetapi juga ditulis dalam surat resmi yang dilayangkan kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Masih hangat di ingatan kita, tepatnya tahun 2017, ketika terjadi kasus mahalnya harga daging sapi, menteri kesehatan menghimbau masyarakat untuk mengkonsumsi keong sawah. 

Tahun 2018, ketika ditemukan cacing pada produk makarel, Menteri Kesehatan Nilai F Moeloek menyebut kandungan cacing itu tak terlalu bermasalah bagi tubuh manusia jika dimasak dengan benar. Dikutip dari detiknews.com,  "Cacing itu sebenarnya isinya protein, berbagai contoh aja tapi saya kira. Kalau sudah dimasak kan saya kira juga steril. Insyaallah nggak jadi ini (penyakit)," kata Nilai di Gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (29/3/2018). Tak kalah aneh, pada awal tahun 2020, Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Muhadjir Effendy, mengusulkan diterbitkannya fatwa agar orang kaya menikah dengan orang miskin. Saran ini dia sampaikan ketika berbicara program pranikah untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia, dalam sebuah suasana intermeso. Siapapun memang berhak mengungkapkan pendapat atau saran, akan tetapi hanya hal-hal seperti inikah yang mampu dilakukan oleh para cendekiawan selevel menteri? Selevel orang yang dipercaya mampu mengemban amanah dan mendapat gaji besar dari uang rakyat. Tentunya masyarakat berharap lebih dari itu. 

Ditengah kegentingan seperti sekarang, harapan terbesar masyarakat adalah adanya langkah nyata dari pemerintah untuk segera mengatasi pandemi agar tidak menimbulkan dampak yang semakin besar. Sejatinya tidak etis menteri yang mengadakan sejumlah kebijakan malah terlihat santai dan nyaman menjalani masa PPKM di kediamannya. Sementara, sebagian rakyat merana akibat kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Seharusnya para pejabat pemerintah saat ini fokus dan memprioritaskan diri untuk mengatasi pandemi covid-19. Alih-alih bersikap santai dan menunjukkan sikap yang kurang bersimpati pada penderitaan rakyat. Sangat mengherankan, pemerintah yang harusnya terdepan dalam menunjukkan keseriusan kerjanya saat krisis, justru tanpa sungkan menunjukkan sikap santai. Begitulah cara Allah menampakkan kebobrokan sistem, para pelakunya tergelincir tanpa sadar oleh perbuatannya sendiri. Pada akhirnya tampaklah di hadapan seluruh rakyat, siapa yang benar-benar memikirkan kebaikan umat dan siapa yang berkhianat di belakang rakyat. 

Kondisi ini seharusnya menyadarkan kita, bahwa sistem kapitalis sekuler tidak akan pernah berpihak pada kepentingan rakyat. Sistem kapitalis tidak akan bersimpati pada kesengsaraan rakyat kecil. Yang menjadi prioritas bagi sistem ini adalah bagaimana keuntungan terus mengalir dan para pemilik modal bisa terus menumpuk harta kekayaan. Pandemi covid-19 ini seharusnya menjadi momentum bagi bangsa ini untuk kembali kepada Allah Swt. Yaitu tunduk dan patuh kepada hukum-hukum Allah, bukan kepada sistem kufur dan hukum buatan manusia yang terus menyesatkan dan menyengsarakan.

Makna tunduk dan patuh kepada Allah ini bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ruhiyah, melainkan tunduk atas semua hukum Allah di segala lini kehidupan kita. Allah SWT adalah sang pencipta dan pengatur yang memahami fitrah kita sebagai manusia ciptaannya, sehingga semua aturan yang berasal dari Allah pastilah satu-satunya aturan dan solusi yang paling tepat. Baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, sosial budaya, dan bidang-bidang yang lainnya, yang terutama adalah bidang kesehatan untuk mengatasi pandemi yang sedang kita alami sekarang. 

Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini merupakan kehendak dari sang pencipta, Allah Swt. Maka, langkah paling logis dan realistis bagi manusia untuk mengatasi semua persoalan hidup adalah menerapkan aturan Allah secara keseluruhan sehingga bisa menjadi solusi dan menentramkan kehidupan umat manusia. Saatnya kita meninggalkan sistem kufur yang menyengsarakan dan mengundang azab dari Allah Swt sang pemilik alam semesta. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al quran, 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (TQS. Al A'raf: 96)


Post a Comment

Previous Post Next Post