Terorisme, Lagi-Lagi Menuduh Agama


Oleh  Nibrazin Nabila
Praktisi Pendidikan

Pada Rabu (31/3/2021), Densus 88 anti teror melakukan penggeledahan di salah satu rumah di perumahan Sanggar, Indah Banjaran, Cangkuang, Kabupaten Bandung. Kapolresta Bandung Kombes Pol. Hendra Kurniawan membenarkan bahwa ini merupakan penggerebekan terduga teroris. Terkait hal tersebut Polda Jabar meminta masyarakat untuk tetap waspada dan meminta masyarakat bisa berperan secara aktif melaporkan jika ada kegiatan warga yang mencurigakan dan mengarah pada radikalisme. 
Penggerebekan terduga teroris di Kabupaten Bandung masih belum bisa dipastikan masuk dalam jaringan peledakan bom bunuh diri di Makassar, atau bahkan jaringan lainnya.  Karena tidak jauh dari tempat dilakukannya penggeledahan itu, telah terjadi bom bunuh diri di Makassar yang dilakukan di gereja Katedral Makassar. Aksi tersebut terjadi pada Ahad (28/03/2021) pagi sekitar pukul 10.30 WITA mengakibatkan dua orang yang diduga pelaku tewas dan 20 orang luka-luka. Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo telah berhasil mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri yaitu pasangan suami istri milenial yang baru menikah. Mereka disebut tergabung dalam Jemaah Ansharut Daulah (JAD). (cnnindonesia.com, 28/3/2021) 
Cendekiawan muslim Muhammad Ismail Yusanto mengatakan, sangat mungkin peristiwa bom Makassar ini dilakukan pihak tertentu untuk mendiskreditkan Islam dan perjuangannya. Peristiwa ini kemudian dijadikan dalih untuk melakukan tindakan lebih represif kepada aktivitas dakwah dan para pejuangnya, seolah semua itu terkait aksi pemboman tersebut. (mediaumat.news, 30/3/2021). 
Seperti tragedi pengeboman gedung kembar WTC pada 11 September 2001 silam, walau keberadaannya hingga kini masih kontroversial, tapi ternyata sukses menciptakan propaganda bahwa teroris adalah dari kalangan muslim, hal ini mendorong mereka menghembuskan Islamofobia ke seluruh dunia. 
Masih lekat dalam ingatan kita, pasca tragedi WTC, serangkaian aksi bom bunuh diri pun terjadi di dunia. Indonesia diawali dengan bom Bali tahun 2002 dan serentetan kasus-kasus lainnya hingga yang terbaru kasus bom Makassar ini. Seolah kompak, semua pelaku puluhan aksi terorisme meninggalkan bukti yang menunjukkan dirinya adalah muslim yang juga terlibat dengan jaringan terorisme. Terorisme dianggap sebagai pemahaman agama yang radikal. Berbagai program deradikalisasi pun terus diciptakan agar radikalisme “versi mereka “ hilang. Seperti dihilangkannya ajaran jihad dan khilafah di buku-buku sekolah, sertifikasi da'i, dll. Pemahaman yang sempit terhadap ayat-ayat Al-Qur’an telah melahirkan tuduhan keji terhadap firman Allah Swt. mengenai jihad fi sabilillah dan juga Khilafah sebagai satu sistem pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah.  Radikalisme dianggap telah melahirkan pemahaman penyatuan agama dan politik yang dianggap berbahaya, melahirkan manusia berpikiran sempit, tidak mau menerima pendapat orang, semua karena hidupnya diikat doktrin agama yang dianggap tidak netral dan terbuka, bahkan dianggap  bisa menciptakan pemberontakan untuk meruntuhkan kedaulatan NKRI.
Padahal, telah jelas dalam ajaran Islam, perbuatan tersebut terlarang dan merupakan dosa besar karena membunuh dirinya sendiri juga melukai banyak orang. Tindakan tersebut sangat keliru jika dianggap bagian dari ajaran Islam, apalagi sampai dikatakan jihad menjelang Ramadan. Oleh karenanya, tindakan tersebut pastilah dilakukan orang yang tak paham Islam. Dalam ajaran Islam, berdakwah tidak boleh dengan kekerasan dan pemaksaan, apalagi sampai merusak tempat ibadah dan melukai jemaahnya. Semua itu jelas melanggar apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. yakni berdakwah tanpa kekerasan.
Segala yang terjadi adalah tuduhan yang tak mendasar dan hanya dipenuhi stigma terhadap syariat Islam. Sebab, Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin  yang akan memberikan keberkahan jika diterapkan secara kaffah. Seharusnya, sikap kaum muslim terhadap peristiwa bom Makassar maupun di Bandung tidak cukup dengan merasa prihatin dan mengutuk keras, melainkan harus ada upaya untuk meluruskan opini di tengah-tengah umat. Opini yang seolah-olah mendiskreditkan ajaran Islam dengan mengatakan bahwa bom bunuh diri lahir dari ajaran Islam yang radikal harus dikikis agar tidak berkembang di tengah masyarakat. Tidak seharusnya saling menuduh dan mencurigai karena tuduhan yang tak mendasar dan hanya dipenuhi stigma buruk terhadap syariat Islam. 
Sebagai agama rahmatan lil alamin, penerapan Islam secara kaffah akan menghantarkan pada kehidupan umat manusia yang sesuai dengan fitrah. Namun hari ini, agama Islam sedang diolok-olok, ajarannya dihinakan, ulamanya dikriminalisasi, ormasnya dibubarkan, umatnya dilabeli teroris. Sungguh malapetaka yang sangat pedih bagi Islam dan umatnya. Padahal, umat Islam telah Allah Swt. sematkan predikat umat terbaik, yang dengannya akan mampu menyelesaikan seluruh problem manusia.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS Ali Imran: 110)

Oleh karena itu, kemalangan umat yang paling besar adalah ketiadaan Khilafah sebagai satu institusi yang mampu melindungi umat dan ajarannya dari marabahaya. Karena hanya Islam lah yang mampu menyelesaikan seluruh problematika umat dan menumpas segala propaganda barat.
Wallahu a’lam bis shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post