Melayakkan Diri Menjadi Pejuang Syariah dan Khilafah


Oleh Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member h AMK

1442 H, tepat 100 tahun umat Islam hidup tanpa seorang pemimpin. Umat tidak lagi mempunyai perisai yang  melindunginya dari segala macam bahaya. Sejak runtuhnya khilafah Islam yang terakhir di Turki tahun 1924, sejak itulah penderitaan umat Islam dimulai. Umat Islam bagai anak ayam kehilangan induk, mereka tercerai berai menjadi 50 lebih negeri-negeri kecil tanpa kekuatan. Paham nasionalisme telah menghancurkan bangunan khilafah yang agung.

Tahun 2021, gaungnya kebangkitan khilafah terus membahana seantero dunia. Kebutuhan akan adanya sistem Islam tidak bisa diragukan lagi. Sistem sekuler yang diterapkan saat ini sudah terlalu banyak memunculkan kemudaratan bagi umat manusia secara umum tak terkecuali umat Islam. Kesengsaraan yang harus ditanggung bukan hanya satu aspek saja, tetapi hampir di seluruh aspek kehidupan. Mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan hankam. Krisis demi krisis terus mewarnai potret buram umat Islam dari masa ke masa sejak runtuhnya khilafah sebagai perisai.
Yang lebih mendasar lagi, penerapan paham sekularisme telah mengancam akidah umat Islam. Mereka tanpa sadar dipaksa menerima pola hidup yang jauh dari aturan Allah Swt. tanpa melihatnya sebagai sebuah kedurhakaan. Bahkan mereka tanpa sadar menerima akidah pluralisme dan Islam jalan tengah (moderat) sebagai sebuah kebenaran. 

Sistem sekuler yang tegak telah menghilangkan peran agama dalam kehidupan. Tuhan tak diberi tempat dalam pembuatan aturan. Sementara, akal manusia yang lemah dan terbatas menjadi penentu baik buruk dalam menyelesaikan setiap persoalan. Semua realitas di atas, tentu harus memicu keinginan kuat untuk melakukan perubahan, keluar dari kondisi ini.

Perubahan yang dimaksud, tentu bukan sekadar perubahan parsial berupa pergantian rezim semata, tetapi harus mengarah pada perubahan sistem, yakni perubahan dari sistem sekuler demokrasi yang rusak menuju  sistem Islam yang dinaungi wahyu Illahi, yang di dalamnya diterapkan syariah Islam kafah di bawah kepemimpinan  seorang khalifah. Pemimpin inilah yang akan melindungi umat dari berbagai serangan dan gangguan serta mengeluarkan mereka dari derita panjang.

Patut disyukuri, istilah khilafah sudah dikenal di berbagai elemen masyarakat. Hal ini menunjukkan seruan dakwah penegakan khilafah makin meluas. Bisyarah tentang akan kembalinya khilafah semakin menguat di tengah-tengah umat. Mereka yakin akan janji Allah Swt. dan bisyarahnya Rasulullah saw. akan segera hadir menyinari dunia. Sungguh Allah Swt. telah berfirman dalam surah An-Nuur [24] ayat 55:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sunguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu  apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Janji Allah Swt. pasti terwujud. Kewajiban kita adalah  bersegera mewujudkan bisyarah ini. Tetapi, proyek besar ini tentu tak bisa dilakukan dengan amal yang  biasa-biasa. Namun, butuh perjuangan yang keras, terorganisasi, dan konsisten. Serta butuh kerja jemaah yang anggota-anggotanya beramal semata demi Islam, dan senantiasa menjaga visi misi pergerakan sehingga tak tersusupi oleh hal selain Islam. Jemaah seperti ini  akan menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pelanjut risalah Islam. Sementara amal dakwah mereka memiliki kesepadanan dengan amal dakwah jemaah Rasulullah Saw. pada 14 abad silam. 
Inilah yang menjadikan mereka tak henti bergerak. Seakan jalan dakwah adalah setengah nyawanya. Mereka akan berusaha untuk memahamkan masyarakat akan pentingnya penerapan Islam kafah dalam kehidupan. Sementara jiwa-jiwa mereka begitu yakin bahwa ujung perjuangannya adalah keberhasilan. Setidaknya, akan menjadi jalan diperolehnya keridaan dari Allah Ta’ala.

Namun di tengah kerinduan umat akan tegaknya khilafah, ada juga pihak yang tidak suka sistem pemerintahan yang Allah Swt. janjikan tegak kembali. Bahkan mereka berusaha untuk menghalang-halanginya. Berbagai cara telah mereka lakukan demi untuk menghentikan laju dakwah khilafah. Karena mereka sangat yakin bahwa khilafah akan kembali tegak dan akan menghadang segala bentuk kezaliman dan penjajahan yang dilakukan Barat di negeri-negeri Muslim. Anjing menggonggong  kafilah berlalu.  Peribahasa ini sangat cocok untuk kita gunakan. Karena tidak ada satu orang pun makhluk Allah Swt. yang bisa menolak Janji Allah Swt. dan bisyarahnya Rasul saw. Seperti halnya kita tidak bisa menolak terbitnya matahari di waktu pagi.

Allah Swt. mengabarkan kepada kita tentang sepak terjang para penentang kebenaran ini, salah satunya dalam firman-Nya:

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, sedangkan dia diajak kepada agama Islam ? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka ingin berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci.” (TQS. ash-Shaff [61]: 7-8).

Sebagai bagian dari jemaah dakwah, kita selayaknya menjadi sosok terdepan dalam perubahan, mengajak dan memimpin umat untuk berjuang bersama meraih kemenangan dan  kemuliaan di dalam Islam. Umat semestinya menyadari bahwa kezaliman yang menimpa   saat ini, hanya bisa dituntaskan dengan menegakkan kembali syariah Islam kafah dalam naungan khilafah.

Oleh karena itu, perjuangan untuk mengembalikannya adalah sebuah keniscayaan. Harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk meraih tujuan mulia tersebut. Kita harus berkaca dengan aktivitas  musuh-musuh Islam, mereka tak kenal lelah siang malam, mencurahkan pikiran, tenaga, dan harta untuk menghadang tegaknya kembali peradaban Islam yang agung.  

Ada beberapa hal yang harus kita ingat kembali agar kita bisa melayakkan diri dan bersegera untuk menjemput bisyarah tegaknya khilafah, di antaranya:

Pertama, seorang pejuang harus mempunyai motivasi besar untuk memperbaiki diri terhadap kekurangannya. Baik dari sisi aqliyah maupun nafsiyah.

Kedua, tegar. Ketegaran adalah senjata untuk menggagalkan makar musuh. Sesungguhnya musuh-musuh Islam tidak memiliki argumen kuat untuk mempertahankan kebatilan mereka. Karena itulah, reaksi mereka terhadap dakwah ialah dengan cara menimpakan berbagai ujian dan siksaan. Tetapi, ketika para pejuangnya senantiasa bergantung kepada Allah, tegar dan sabar atas cobaan yang ditimpakan, maka sikap seperti itu akan menggagalkan makar mereka dan kemenangan bagi Islam.

Ketiga, Islam tegak bersama orang-orang bertekad baja. Islam akan dimenangkan oleh orang-orang yang berdiri kokoh, orang-orang yang kuat dalam menanggung berbagai macam penderitaan, bukan bersama orang-orang murahan. Islam akan berdiri bersama orang-orang yang agung, yang mampu untuk memikul amanah besar. 

Keempat, berjuang untuk Islam bukan perjuangan sesaat. Berjuang dalam Islam dan keterlibatan kita di dalamnya adalah bukti penghambaan diri kepada Allah Swt. Karena itu, sejatinya seorang muslim tidak akan pernah melepaskan diri dari perjuangan ini, kecuali setelah nyawanya terpisah dari tubuhnya yang menjadi akhir dari kehidupannya.

Kelima, pejuang adalah para penjaga Islam yang handal. Hariisan aaminan, harus senantiasa melekat dalam ingatan kita. Pejuang dakwah harus mengawal sampai ideologi Islam benar-benar tegak di bumi ini, dan menghancurkan ideologi kapitalisme yang batil yang hanya menimbulkan kerusakan demi kerusakan.

Keenam, berdoalah, karena doa itu senjata. Doa adalah senjata yang tidak pernah meleset, panah yang tidak pernah gagal mengenai sasaran serta benteng kokoh tempat berlindung seorang muslim dan jemaah dakwah dari tindakan makar pembuat makar, kebengisan diktator, dan kesombongan orang-orang congkak. Kepada siapa kita berdoa jika bukan kepada Allah Swt.?

Wahai para pejuang, tidakkah kita ingin segera merasakan kebahagiaan, kendati sejenak sebelum meninggal dunia, melihat tegaknya khilafah Islamiyah. Melihat benderanya berkibar di timur dan barat, juga memandang naungannya yang rimbun dan menyebarkan keadilan, kebenaran, sinar dan petunjuk ke dunia.

Marilah, kita sambut bisyarah ini dengan suka cita. Pertolongan Allah Swt. itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang orang muslim. Ia hanya diberikan kepada kelompok tertentu yang memiliki sifat-sifat khusus. Kelompok ini langsung disiapkan, dibentuk, dibina oleh Allah Swt. sendiri agar layak berkuasa di bumi dan berhak mengemban amanah penegakan agama di seluruh dunia. Kelompok ini tidak  mengandalkan jumlahnya yang banyak. Mereka selalu merupakan kelompok minoritas. Mereka meraih kemenangan karena berpegang teguh pada agama ini, yang dengan itulah Allah memuliakan mereka. Hal ini sebagaimana pernah dikatakan oleh Abdullah bin Rawahah ra. saat terjadi perang Mu’tah.

"Kita tidak memerangi musuh dengan senjata, kekuatan dan pasukan besar. Kita tidak memerangi mereka kecuali dengan agama ini, yang dengan itulah Allah Swt. memuliakan kita." (Ibn Hisyam Sirah Ibn Hisyam, II/735). Semoga, kita menjadi bagian orang-orang di dalamnya, untuk segera menyambut bisyarah tegaknya khilafah dengan mengerahkan segala kemampuan yang kita miliki. Aamiin.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post