Duka Ramadhan Dilangit Palestina


Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Hari ini seolah hampir sama dengan kondisi sebelumnya. Ramadhan yang diharapkan dengan suka cita justru berubah dengan duka dan nestapa.

Seperti ramadhan sebelumnya, umat muslim di Palestina kembali harus merasakan kezaliman yang di lakukan oleh zionis Israel.  Dilansir dari laman Krjogja.com,17 April 2021, militer Israel mengakui telah meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza dan menyatakan aksi tersebut balasan pada serangan roket dari Palestina. Serangan terjadi hanya beberapa jam setelah militan di Jalur Gaza menembakkan proyektil ke arah selatan Israel.

Melihat situasi dan kondisi kaum muslim di tanah Palestina memang tak terlepas dari penjajahan zionis Israel. Bahkan penyerangan yang dilakukan oleh penjajahan Barat ini tak pernah luput hingga beberapa tahun terakhir. Tragisnya penduduk di tanah Syam ini harus menikmati indahnya bulan suci ramadhan dengan suasana mencekam.

Di situasi yang sama, Selama dua hari berturut-turut polisi Israel melarang warga Palestina buka puasa di Masjid Al Aqsa, Yerusalem, menurut kantor berita Palestina. WAFA News Agency pada 14 April melaporkan polisi Israel juga menyerang warga Palestina sepulang dari salat tarawih di masjid, menurut saksi mata. (tempo.co,16/04/21)

Situasi mencekam yang yang dialami kaum muslim di Palestina adalah gambaran ketiadaan Khilafah sebagai junnah atau pelindung umat. Kekuasaan Barat sebagai penguasa kapitalisme menjadikan para pemimpin muslim dunia tak mampu bertindak tegas malah sekedar mengecam dan mengutuk. 

Neoliberalisme menjadikan kepentingan penguasa kapitalis di atas segalanya meski harus mengorbankan banyak nyawa. Apa yang di alami muslim Palestina adalah sama halnya yang di alami di negeri ini meskipun secara tak langsung kita tidak dihantam dengan bom nuklir. Namun secara fikriyah serangan pemahaman Barat begitu masif mencengkram hingga eksistensi Islam di diskriminasi dengan berbagai tuduhan dan pelecehan.

Dan ketika umat Islam diserang dari berbagai arah, pemerintahan AS, Joe Biden pun disorot. Pasalnya saat kampanyenya, Biden berjanji  pada Oktober 2020 lalu untuk mendorong para politisi pembuat UU untuk memerangi meningkatnya kejahatan rasial di AS.

Bahkan dia berjanji akan mencabut larangan perjalanan yang diterapkan Trump itu dari 13 negara, yang mayoritas berpenduduk Muslim ataupun berkebangsaan Afrika. (Kompas.com,11/11/20)

Seperti sebuah ungkapan "Tak ada makan siang gratis" dibalik janji Biden tersebut, dirinya justru mengharapkan suara dan simpatisan dari umat Islam. Setelah terpilih sebagai presiden AS menggantikan Donal Trump, janji Biden pun dikritik atas tindakan zalim yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap Palestina. Artinya, janji Biden ini menghianati umat Islam secara AS dan Israel memiliki hubungan erat layaknya sepasang kekasih. Oleh karena itu, wajar saja jika AS terdiam membisu atas kejahatan yang dilakukan Israel.

Hubungan erat antara AS dan Israel tak hanya sebatas hubungan ekonomi, politik dan militer semata. Tetapi kedua negara ini memiliki tujuan yang sama yakni kehancuran terhadap Islam. Barat meyakini ketika Islam tegak maka eksistensi mereka sebagai penguasa kapitalis akan terancam. Maka tak heran jika AS tak berkutik ketika Israel membabi buta menyerang tanah Palestina.

Oleh karenanya, untuk menghancurkan kekuasaan Barat ini adalah dengan menggaungkan kekuatan Islam. Dibawah kekuasaan Islam, kapitalisme akan hancur seiring dengan kekuasaan Barat. Maka jika akar masalah dari sistem kapitalisme ini hancur, umat Islam di seluruh dunia akan hidup sejahtera, aman dan terjaga.

Yang demikian merupakan kewajiban setiap muslim menjaga darah saudaranya dari kezaliman kaum kafir Barat. Diantaranya dengan memperjuangkan kembali Tegaknya Islam, memutuskan hubungan dengan penjajahan Barat serta menolak segala bentuk pemahaman dari dunia Barat.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Seorang Muslim dengan Muslim lainnya seluruhnya adalah terhormat. Nabi SAW bersabda, "Setiap Muslim dengan Muslim lainnya adalah haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya," (HR Muslim).
 
Maka, tidak boleh bagi siapa pun untuk menumpahkan darah seorang Muslim, tidak boleh mengambil hartanya, dan tidak boleh menodai kehormatannya. Dalam hadits di atas, Rasulullah menegaskan atas haramnya darah seorang Muslim, sebagaimana agungnya hari Arafah, sebagaimana haramnya berperang di bulan Dzul Hijjah, dan sebagaimana haramnya menumpahkan darah (berperang) di negeri Makkah. 

Oleh sebab itu, tidak ada kebaikan yang datang dari orang-orang kafir. Mereka hanya membuat tipu daya demi kepentingan serta kekuasaan mereka. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran (3) : 54,  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. ÙˆَÙ…َÙƒَرُوا ÙˆَÙ…َÙƒَرَ اللَّÙ‡ُ ۖ ÙˆَاللَّÙ‡ُ Ø®َÙŠْرُ الْÙ…َاكِرِينَ “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”

Dan cukuplah kita kembali kepada Allah qur'an dan As sunnah sebagai sumber pedoman serta aturan hidup. Dan hanya khilafah lah sebuah institut yang mampu membentengi umat Islam dari penjajahan kafir Barat seperti Israel dan juga sekutu-sekutunya. Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post