PARTAI ISLAM DAN JEBAKAN POLITIK KURSI



Oleh : Ummu Shofiya

Ketidakpuasan bahkan kekecewaan umat terhadap partai politik yang ada saat ini semakin tampak. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembentukan partai politik baru meski Pemilu 2024 masih jauh sehingga suhu politik memanas. Seperti yang baru terjadi yaitu telah dideklarasikannya Partai Masyumi di Aula Masjid Furqon, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, dan disiarkan daring, Sabtu (7/11/2020). Pada kesempatan tersebut Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII) A Cholil Ridwan mendeklarasikan berdirinya kembali Partai Masyumi menyatakan "Kami yang bertanda tangan di bawah ini, mendeklarasikan kembali aktifnya partai politik Islam Indonesia yang dinamakan 'Masyumi' “ selanjutnya menyampaikan bahwa Masyumi akan membawa ajaran dan hukum Islam agar bisa seiring dengan Indonesia.

Mengutip siaran pers di situs resmi mereka, niat menghidupkan kembali partai ini berdasarkan dari kerinduan akan sepak terjang Masyumi di masa lampau. Menurut penggerak Masyumi saat ini, sedikit politisi partai politik yang memiliki ideologi dan kebijakan yang berintegritas. "Mayoritas para politisi Masyumi adalah orang kuat pembelaannya terhadap syariat Islam dan mampu menunjukkan solusi terbaik bagi bangsa Indonesia melalui ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin," tulis siaran pers Masyumi. (Liputan6.com/08/11/2020)

Dikutip dari Kumparan.com (08/11/2020) Waketum Gerindra Habiburokhman, menilai langkah yang diambil sejumlah tokoh KAMI ini wajar meskipun sebelumnya mereka menyatakan tidak akan pernah menjadi parpol. Habiburokhman menilai, dalam politik, tujuan utama adalah kekuasaan. "Namanya politik kan dinamis, kita serahkan masyarakat untuk menilai. Tapi namanya politik pasti ujung-ujungnya kekuasaan, itu wajar bin normal," ujar Habiburokhman saat dihubungi, Minggu (8/11). lebih lanjut Habiburokhman menyatakan bahwa untuk meraih kekuasaan adalah dengan mendirikan partai dan mengikuti pemilu. "Memang jika merujuk pada konstitusi, cara terbaik masuk ke kekuasaan adalah dengan mendirikan partai dan mengikuti Pemilu,"

Selain itu anggota DPR Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno menilai deklarasi ini hanya merupakan bagian dari marketing politik dari sejumlah tokoh KAMI. Bahkan juga menilai wajar sikap KAMI yang berubah. Awalnya KAMI menegaskan tidak akan membentuk parpol, namun kini langkah yang diambil berbeda. Lebih lanjut Hendrawan Supratikno menilai dengan bergabungnya KAMI ke dalam suatu partai baru dalam hal ini Partai Masyumi akan memberikan manfaat. Masyarakat akan makin melihat kinerja KAMI. Bukan hanya sekadar menjadi organisasi yang muncul dan menyampaikan kritik ke pemerintah tanpa menghadirkan solusi,  "Sebagai parpol, partisipasi eksponen KAMI akan lebih jelas dan solutif. Demokrasi deliberasi akan semakin kaya gagasan," (Kumparan.com, 09/11/2020)

Tidak mengherankan jika banyak tokoh politik yang menyatakan hal tersebut, karena begitulah wajah demokrasi sesungguhnya. Dalam demokrasi, politik adalah bagaimana cara meraih kekuasaan bahkan posisi kawan dan lawan politik pun bisa saling bergantian. Tak ada lawan dan kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Konsistensi ideologi, menjadi hal nisbi. Partai politik dalam politik demokrasi tidak nampak serius berikhtiar melakukan upaya mencerdaskan dan mengikatkan visi partai agar menjadi visi umat secara keseluruhan. Yang penting, bagaimana bisa meraih kekuasaan. Hal ini merupakan jebakan demokrasi yg menghalangi umat memfokuskan pada pembangunan kesadaran politik Islam.

Sebenarnya, seperti apakah seharusnya partai politik dalam Islam? Dalam Islam mendirikan partai politik tidak hanya diperbolehkan tetapi menjadi kewajiban, sebagaimana firman Allah Swt :
“Hendaknya ada diantara kalian kemlompok yang menyerukan kepada Islam, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran, Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Ali Imran[3]: 104)

Ayat ini menegaskan bahwa adanya suatu partai politik Islam dengan asas, ideologi dan aktivitas Islam adalah suatu kewajiban, yang bukan hanya labelnya Islam tetapi benar-benar berideologi Islam. Partai Politik yang seperti ini akan menjadi jaminan bagi penerapan syariat Islam.

Partai ideologis seperti ini harus memenuhi setidaknya dua kriteria: Pertama, mempunyai satu ikatan, yaitu ikatan ideologis. Ikatan inilah yang mengikat keanggotaan partai. Ikatan ini terbentuk ketika ideologi partai yang terstruktur dalam tsaqofah partai, diinternalisasikan ke dalam diri anggota sebelum menjadi anggota partai.

Kedua, mempunyai seorang pemimpin yang ditaati. Ketaatan pada kedaulatan di tangan ideologi.
Maka partai politik Islam seharusnya mempunyai tugas untuk mendidik umat, melakukan amar makruf dan nahi munkar, mengontrol pemikiran dan perasaan mereka serta membangun ikatan di tengah-tengah mereka dengan ikatan yang sahih. Sehingga akhirnya umat akan melebur bersama partai dan akan bangkit berdasarkan ideologi yang diemban. yaitu Islam.

Partai Islam ideologis ini lah yang akan berhasil membangkitkan umat.
Serta akan mengontrol pelaksanaan syariat Islam oleh negara
Maka ketika negara melakukan penyimpangan partai ini dengan mudah akan meluruskannya kembali karena posisinya yang independen dengan akses dukungan yang kuat dari umat.

Aktivitas partai politik Islam ini bukanlah aktivitas fisik namun aktivitas lisan yaitu mendakwahkan Islam dengan lisan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemunkaran juga dengan lisan.
Alhasil, ketika partai politik Islam seperti ini ada dan benar-benar memimpin umat, partai inilah sejatinya yang menjadi pengawas negara. Partai inilah yang akan memimpin dan menjadikan umat bisa menunaikan kewajibannya, baik untuk menjaga diri umat maupun negara. Karena itu, adanya partai politik Islam ideologis ini merupakan jaminan berlangsungnya kehidupan Islam.
Wallahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post