Kampanye Liberal Dibalik Serangan Terhadap Pembiasaan Hijab


Oleh: Farah Sari, A.Md
(Aktivitas Dakwah Islam, Jambi)

Serangan kaum liberal (DW Indonesia) kembali diarahkan pada syariat islam. Kali ini serangan tersebut menyudutkan syariat berpakaian dalam Islam yaitu jilbab.

Salah satu akun sosial media bercentang biru, @dw_indonesia milik Deutsche Welle (Gelombang Jerman) yang berada di Indonesia, kali ini menjadi bulan-bulanan netizen karena mencoba untuk “mengusik” persoalan pelajaran akidah kepada anak-anak perempuan yang menggunakan jilbab, oleh orang tua mereka. (CMBCIndonesia, 26/09/20)

Jilbab yang Mereka maksud disini adalah kerudung. Padahal  dalam islam, kerudung berbeda dengan jilbab. Allah SWT telah menyebutkan perintah berkerudung dalam QS. An Nur 31. Sedangkan berjilbab dalam QS. Al Ahzab 59.

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka ….” (QS. An-Nuur: 31)

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan

jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Ketika mereka menyamakan kerudung dengan jilbab menandakan mereka tidak memahami syariat tentang pakaian seorang muslimah. Lantas mengapa dengan lancang dan berani menyebarkan pandangan yang salah tentang pembiasaan berjilbab! Mereka menganggap penanaman pebiasaan berjilbab sejak dini akan memberikan efek negatif pada anak.

DW Indonesia juga mewawancarai psikolog Rahajeng Ika. Ia menanyakan dampak psikologis bagi anak-anak yang sejak kecil diharuskan memakai jilbab.

“Mereka menggunakan atau memakai sesuatu tapi belum paham betul konsekuensi dari pemakaiannya itu,” kata Rahaeng Ika menjawab pertanyaan DW Indonesia. “Permasalahannya apabila di kemudian hari bergaul dengan teman-temannya, kemudian agak punya pandangan yang mungkin berbeda, boleh jadi dia mengalami kebingungan, apakah dengan dia pakaian begitu berarti dia punya batasan tertentu untuk bergaul,” tambahnya. (Jambiekspres,26/9/20)

Kewajiban menggunakan pakaian penutup aurat, berupa  jilbab dan kerudung diperintahkan Allah ketika seorang perempuan baligh. Artinya, sebelum baligh, dia tidak wajib menggunakannya. Tidak mungkin taat syariat akan mengakibatkan seorang muslim menjadi minder. Karena syariat datang dari Allah. Zat yang menciptakan manusia dan alam semesta. Maka, muslim akan bangga dengan identitas keislamannya. Bagi muslimah jilbab dan kerudung adalah pakaian takwa yang menjaga kemuliaannya.

Anak adalah amanah sekaligus kebahagiaan bagi orang tua. Sejatinya orang tua pasti berharap memiliki anak yang soleh dan solehah. Sehingga anak bisa menjadi jalan yang menghantarkan orang tuanya ke surga kelak.

Wujud kesolehan tersebut akan tampak dalam perbuatan. Senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang Allah SWT perintahkan. Salah satunya menutup aurat. Upaya orang tua untuk mendapatkan anak seperti ini tentu butuh proses, tidak instan. Orang tua harus menanamkan  ketaatan sejak dini. Dan terus melakukan pembiasaan. Dengan memberikan pemahaman bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pengatur hidup manusia. Menggunakan bahasa yang sesuai dan tepat dengan umurnya. Sehingga bisa dipahami.

Artinya untuk mendapatkan anak yang soleh, orang tua harus menjadi soleh terlebih dahulu. Bahkan usaha ini sudah dimulai saat memilih pasangan. Mustahil akan lahir anak yang soleh jika bukan dari orang tua Soleh. Agar anak menutup auratnya, maka seorang ibu harus lebih dulu menutup aurat. Sebagai contoh ketakwaan bagi anaknya dan masyarakat.

Kesolehan tersebut membutuhkan ilmu dan pemahaman tentang tsaqofah Islam. Sehingga diperlukan proses belajar atau pengkajian Islam secara konsisten dan konfrehensif untuk mendapatkan pemahaman Islam. Jika saja negara menjalankan peran ri'ayah (pengurusan) terhadap masyarakat sesuai tuntunan syariat, lahirnya ketakwaan pada Allah akan lebih mudah. Termasuk dalam menjalankan sistem pendidikan islam. Pendidikan dengan dasar akidah Islam. Dengan tujuan untuk membentuk kepribadian islam.

Hari ini sistem kehidupan Islam tidak diterapkan. Yang diterapkan malah sistem demokrasi kapitalis. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Kehidupan berjalan berdasarkan kebebasan dan asas manfaat. Maka wajar, munculnya pandangan keliru seperti diatas. Peran negara untuk mencegah dan memberantas telah hilang.

Pemahaman DW Indonesia yang menganggap anak seharusnya diberi kebebasan mau berhijab atau tidak. Orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk taat syariat. Juga berkembang opini keliru ditengah kaum muslim jilbab sama dengan kerudung. Atau bentuk pakaian penutup aurat boleh apa saja, asal sudah bisa menutup. Menyudutkan orang tua yang menanamkan kebiasaan taat syariat sejak dini, tapi membenarkan orang tua yang membiarkan anaknya bermaksiat. Berhijab dini dihujat. Membisu saat ada yang berpakaian mini dalam maksiat.

Padahal penguatan aqidah dan ketaatan pada syariat harus dilakukan dengan membentuk pemahaman bukan doktrin atau ancaman. Tidak ada paksaan, menjalankan syariat atas dasar kesadaran.

Saat ini keluarga menjadi benteng terakhir dan satu-satunya, memastikan akidah dan keterikatan pada hukum syara bisa berjalan. Tugas yang sangat berat. Ditengah gempuran musuh-musuh Islam. Yang berusaha menjauhkan kaum muslim dengan Islam. Berupaya membuat kaum muslim minder bahkan takut dengan ajaran islam. Jika tidak meninggalkan syariat, minimal keliru memahami syariat. Itulah yang mereka inginkan. Diperparah dengan ketiadaan peran negara yang melindungi dari semua bahaya itu.

Kaum muslim membutuhkan hadirnya para pengemban dakwah Islam. Yang terus menyampaikan Islam sebagai sistem kehidupan. Islam yang menjadi solusi atas seluruh problematika kehidupan. Membongkar rencana jahat musuh-musuh Islam. Dengan ide-ide yang menyesatkan. Dengan aktivitas dakwah dan pembinaan ditengah masyarakat akan terbentuk kesadaran bahwa akar masalah problematika kehidupan saat ini adalah karena tidak menerapkan Islam. Inilah yang menjadi penyebab kaum muslim dan syariat Islam menjadi bulan-bulanan musuh Islam. Tidak ada jaminan terjaganya kemuliaan Islam dan kaum muslim. Oleh karena itu kita membutuhkan hadirnya sebuah institusi negara yang mampu melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan. Jika didapati adanya pelecehan terhadap Islam dan kaum muslim.

Marilah kita memantaskan diri untuk meraih kemuliaan dan kehormatan yang dijanjikan Allah SWT. Mari mendidik diri, keluarga dan seluruh umat Islam untuk taat pada seluruh syariat.

Post a Comment

Previous Post Next Post