POLEMIK TEMUAN VAKSIN CORONA

By : Ratna Sari

Perang melawan virus corona belum juga usai. Jauh dari terbebasnya virus corona. Dikala kebijakan new normal semakin bertambah kasus virus corona.

Update sebaran kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia per Minggu (16/8/2020). 

Berdasarkan laporan data pada akun Twitter @BNPB_Indonesia, Minggu (16/8/2020) sore, tercatat ada 2.081 kasus baru.Sehingga total kasus virus corona di Indonesia menjadi 139.549 orang.Untuk jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 1.782 orang. 

Dunia seakan berlomba dengan virus corona untuk menciptakan vaksin anti virus corona. Banyak lembaga dan negara adidaya berlomba untuk membuat vaksin corona. Santer opini vaksin virus corona sudah di temukan, seakan menghidupkan secercah cahaya harapan atas kemenangan melawan virus corona. 

Disini opini yang menyedot banyak perhatian publik harus di telaah dulu kebenarannya. Jika di perhatikan penemuan vaksin corona ini banyak menyedot perhatian publik. Dan secerca harapan masyarakat agar bisa melawan virus corona dengan vaksin yang ditemukan. 

Pertama kali vaksin corona di temukan. Sekitar 35 perusahaan dan lembaga akademik sedang bekerja keras untuk membuat vaksin melawan virus corona yang telah menginfeksi 532.692 orang di seluruh dunia, data 27 Maret 2020.

Dikutip dari Guardian, empat di antaranya sudah melakukan uji coba pada hewan. Vaksin corona pertama diproduksi oleh firma Moderna yang berbasis di Boston. 


Usai uji coba ke hewan, Moderna akan segera melakukan uji coba vaksin corona pada manusia. Penemuan vaksin tak lepas dari kerja sama Cina yang mengurutkan bahan genetik Sars-Cov-2 -virus penyebab Covid-19. 


Pada Januari 2020, Cina membagikan informasi ini sehingga kelompok peneliti di seluruh dunia bisa mempelajari bagaimana virus ini hidup dan menyerang sel manusia sehingga menyebabkan orang sakit.


Selain Moderna, perusahaan lain di Boston yang sedangkan mengembangkan vaksin Covid-19 yaitu CureVac. Moderna dan Curevac membangun vaksin Covid-19 dari RNA messenger. Perusahaan Novavax yang berbasis di Maryland, juga sedang mengembangkan vaksin untuk Sars-CoV-2. 


Pihak perusahaan mengatakan mereka memiliki beberapa sampel yang siap memasuki uji coba pada manusia pada musim semi ini. 


Semua vaksin bekerja dengan prinsip dasar yang sama. Mereka menyajikan sebagian atau semua patogen ke sistem kekebalan manusia, biasanya dalam bentuk injeksi dan dengan dosis rendah, untuk mendorong sistem untuk menghasilkan antibodi terhadap patogen. 


Di Jepang, sebuah perusahaan biofarmasi, Anges Inc mengatakan pada hari Selasa (24/3/2020) bahwa pihaknya dan Universitas Osaka telah menyelesaikan pengembangan vaksin DNA untuk melawan virus corona dan akan segera mulai mengujinya pada hewan. 


Vaksin DNA diproduksi menggunakan virus yang tidak aktif dan dapat diproduksi lebih cepat dari vaksin berbasis protein, menurut pernyataan perusahaan, dikutip dari New York Times.


CanSino Biologics, di Tianjin, Cina, juga mengatakan pihaknya sedangkan mengembangkan vaksin corona pada Selasa (17/3/2020). Baru-baru ini negara Rusai mengklem bahwa telah menemukan vaksin corona yang masih harus ditijau oleh WHO (Wordl Health Organization)


Rusia disebutkan mulai memproduksi batch pertama vaksin untuk virus corona Covid-19 pada Sabtu (15/8/2020).


Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin mengklaim vaksin ini menjadi yang pertama disetujui di dunia.


Meski begitu, para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambutnya dengan hati-hati, dan menyampaikan bahwa masih membutuhkan tinjauan keamanan ketat terkait vaksin ini. Dan berpotensi terjadi "nasionalisme vaksin" yang dikahawtikan Organisasi Dunia (WHO). 


Para negara adidaya yang meliputi Inggris dan Amerika pasti berlomba untuk menguasai vaksin tersebut yang tujuannya pasti keluar dari krisis pandemi dan memulihkan ekonominya. Dan kembali memeggang peranan ekonomi dunia dan menguasi dunia dengan cengkraman penjajahan gaya baru. 


"Batch pertama dari vaksin virus corona yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya telah diproduksi," kata Kementerian Kesehatan Rusia dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNA, Sabtu (15/8/2020). 


Bagaimana dengan negri-negri muslim yang notabene termasuk negara berkembang dan miskin. Pasti akan jauh tertinggal dari negara adidaya tersebut. Yang dengan menggunakan uang mereka, negara adidaya tersebut dengan mudah menguasai produsen vaksin tersebut. 


Indonesia termasuk negara miskin yang bisa di pastikan kita hanya sebagai penonton karena tidak cukup kuat Indonesia dari segi ekonomi dan korelasi dengan produsen vaksin tersebut.


Ditakutkan itu terjadi dengan sigap dan tanpa pertimbangan yang matang Indonesia menjalin kerjasama dengan perusahaan Sinovec. Yang akhir-akhir ini santer diberitakan bahwa Indonesia  memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19. Sinovac menjadi pilihan perusahaan yang akan menjadi mitra Indonesia untuk menjadi produsen yang akan menghasilkan vaksin Covid-19. Hal ini seperti dilansir dari Kompas.com.


Sinovac merupakan salah satu dari empat perusahaan dunia yang melakukan pengembangan tahap akhir vaksin Covid-19. Sinovac sendiri sudah berpengalaman dalam pengembangan vaksin beragam virus yang menjadi epidemi maupun pandemi, seperti  SARS, flu domestik, maupun flu yang disebabkan virus H1N1.


Dilansir dari Kompas.com, jum'at (24/7/2020) Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengungkapkan kerja sama tersebut akan menguntungkan Indonesia. Karena ada proses  transfer teknologi yang dilakukan kepada Bio Farma. Bahan aktif yang diberikan ke Bio Farma baru akan diracik dan diformulasikan di Indonesia.


Keuntungan lainnya yaitu uji coba ini akan memberi informasi terkait respons vaksin pada penduduk Indonesia. Dengan demikian, kecocokan vaksin dapat diketahui dari pada membeli vaksin dari luar yang tidak diuji di Indonesia.
https://biz.kompas.com/read/2020/08/05/175255228/seberapa-menguntungkan-kerja-sama-uji-coba-vaksin-covid-19-biofarma-sinovac-bagi


Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR, Fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher mengatakan vaksin Corona atau Covid-19 asal Vaksin Sinovac asal China akan melakukan uji klinis ke-III oleh Bio Farma kepada 1.620 relawan.


Terkait itu, Ia meminta kepada Pemerintah untuk transparan melakukan uji tahap klinis tersebut. Sebab beberapa bulan sebelumnya, ditemukan vaksin yang diproduksi China dibawah standar WHO.
.
Akan sangat berbahaya jika digunakan untuk anak-anak, berdasarkan standar WHO vaksin harus melalui uji coba ketat, salah satunya pengujian di laboratorium pada hewan untuk menguji keamanannya. Dengan demikian jangan sampai ada yang terlewatkan, dan Pemerintah pun harus bisa menjelaskan kepada masyarakat mengapa vaksin sinovac asal China yang dipilih dari sekian banyak jumlah produsen dan negara pembuat vaksin Covid-19. Pungkasnya.
https://www.wartaekonomi.co.id/read297698/vaksin-covid-19-buatan-china-orang-pks-bahaya-ini-bahaya-untuk/0


Polemik tentang vaksin ini pun mengundang MUI untuk turut serta memberikan pandanganya terhadap permasalahan ini terkait kehalalan vaksin tersebut  karena rakyat Indonesia yang mayoritas muslim.


Direktur Lemabaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika, Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim mengatakan pihaknya terus mendorong proses pengembangan vaksin corona di Indonesia. Menurutnya dengan kondisi pandemi seperti sekarang pengadaan vaksin dalam waktu singkat harus menjadi fokus utama. Ia berharap vaksin tersebut bisa halal, namun jika pun tidak MUI mendorong agar vaksin tersebut tetap diproduksi tetapi riset yang halal pun tetap dilanjutkan. Ia menuturkan ada kaidahnya menyelamatkan jiwa itu diutamakan. Dengan kaidah darurat tersebut maka yang non halal pun bisa dipakai. Namun MUI meminta komitmen dari pihak Pemerintah dalam hal ini Bio Farma dan teman-teman untuk tetap mencari alternatif-alternatif produksi yang halal. MUI turut terlibat dalam uji klinis tahap tiga vaksin corona buatan  Sinovac. Ia menekankan bahwa MUI akan mengawal proses uji klinis tersebut, sehingga jika vaksin sudah siap masuk ke tahap pendistribusian, MUI sudah bisa mengeluarkan fatwa atas vaksin tersebut.
https://www.msn.com/id-id/news/other/vaksin-corona-sinovac-diharapkan-halal-mui-akan-kawal-uji-klinis/ar-BB17fJG5


Apa itu vaksin? Vaksin adalah proses memasukkan kuman yang telah dilemahkan ke dalam tubuh untuk mengaktifkan sistem kekebalan yang sebenarnya sudah ada dalam tubuh tapi belum aktif. Perlu setidaknya banyak tahapan sehingga vaksin dapat diedarkan ke masyarakat. Tahap pertama uji in vitro (di cawan eksperimen) pada tataran sel. Kedua uji in vivo (di tubuh hewan) eksperimen mulai dari tikus, kelinci atau monyet. Ketiga adalah uji klinis pada manusia.


Uji klinis ini pun setidaknya ada tiga fase. Fase pertama untuk melihat pembentukan antibodi. Fase kedua untuk kekebalan efek samping (semisal pada pengidap alergi). Fase ketiga pada sejumlah besar manusia di negeri yang masih ada pandemi untuk melihat efektifitas vaksin dan jangka waktu kekebalan. Perlu ribuan sampel orang sehat yang mewakili populasi. Suatu tahap atau fase baru dilakukan bila tahap atau fase sebelumnya telah lulus (Prof.Fahmi Amhar).


Vaksin memang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, karena keresahan masyarakat akan virus  Covid-19 yang belum juga mereda namun semakin meluas di kalangan masyarakat. Namun kerjasama antara perusahaan BUMN Bio Farma dengan Sinovac kental dengan aroma keuntungan semata, bukan demi kemaslahatan umat yang diutamakan, adanya alih teknologi dan keuntungan ekonomi yang akan diraih karena produksi vaksin ini dilakukan di dalam negeri. Masyarakat pun tentu harus mengawal proses ini jangan sampai kerjasama ini menjadi kerjasama swasta, yang akan memonopoli kepentingan umum demi keuntungan segelintir pihak. Karena sistem kapitalis sekuler yang digunaka di negeri ini akan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan dengan mengorbankan rakyat, mereka bekerja hanya untuk mengejar keuntungan demi diri mereka sendiri dan golongannya tanpa memperdulikan penderitaan rakyat karena ini merupakan ciri khas sistem kapitalis sekuler. Sehingga faktor keamanan dan kelayakan akan terabaikan karena keuntungan menjadi faktor utama dalam mengambil kebijakan.


Kebijakan ini akan berbeda dengan sistem Islam. Islam sebagai agama dan ideologi tentu mempunyai aturan dalam mengatasi semua problematika manusia. Dalam sistem Islam ketika terjadi wabah maka negara akan menjadi menyelamatkan umat dengan mengisolasi daerah yang terkena wabah dengan melarang siapapun untuk masuk dan keluar dari daerah tersebut. Negara akan memberikan semua kebutuhan masyarakat selama dalam karantina, negara bertanggung jawab penuh atas keselamatan jiwa masyarakat. Negara akan bekerja keras untuk menemukan obat bagi penyakit tersebut dengan standar kelayakan dan keamanan yang diutamakan. Negara tidak mengambil keuntungan dalam hal ini, kerena yang menjadi fokus utama negara adalah menyelamatkan umat.


Standar perbuatan dalam sistem islam adalah halal dan haram serta menggapai ridho Allah, pemimpin dalam Islam bertanggung jawab sepenuhnya atas harta, jiwa dan kehormatan rakyat yang dipimpinnya. Maka tak heran jika pemimpin akan menjadi perisai dan garda terdepan dalam melindungi rakyatnya. Beratnya pertanggungjawaban di hadapan Sang Pencipta Allah SWT menjadikan seorang pemimpin akan melakukan apapun demi rakyatnya dengan keputusan yang bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah. Aspek keuntungan bukanlah tujuan utama dalam kepengurusan umat, inilah ciri khas sistem Islam yang bernama Khilafah. Sistem yang akan memberikan ketenangan lahir maupun batin bagi umat baik muslim maupun non muslim.


Masihkah kita ragu dengan sistem Islam Khilafah? Satu-satunya sistem buatan Sang Pencipta Allah SWT yang akan memberikan kebahagian yang hakiki dalam setiap kebijakannya.
Wallahu a'lam bi ash-shawab
Previous Post Next Post