NEW NORMAL DIANTARA ANCAMAN KRISIS EKONOMI DAN DEKATNYA KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM

Oleh: Dewi S. Murthi, S.Si 
(Aktivis Muslimah)

Kaffah Channel menyelenggarakan panggung live streaming mengusung tema "New Normal, Diantara Ancaman Krisis Ekonomi dan Dekatnya Kebangkitan Peradaban Islam". Acara ini menghadirkan berbagai tokoh nasional mulai dari Pengusaha, Mahasiswa, Intelektual, Jurnalis, dan para Ulama pun tak ketinggalan.

Alhamdulillah, kesempatan yang luar biasa bisa mengikuti live acara ini bersama tokoh umat Jatim melalui saluran Zoom. Sejak diputarkannya nasyid Bil Khilafah saya menitikkan air mata. Sungguh nasyid ini menggugah kerinduan akan persatuan kaum muslimin dalam naungan Khilafah.

Acara yang dipandu oleh Ustadz Ibnu Ali Tamam, M.Pd dan Ustadz Budiharjo, S.H.I ini dibuka dengan lantunan ayat suci Al Qur'an lalu dilanjutkan dengan pemutaran video terkait Covid-19 dan gagapnya peradaban Kapitalisme menangani wabah serta keniscayaan bangkitnya peradaban Islam.

Para tokoh bersuara terkait New Normal yang diterapkan di tengah wabah Covid-19, diawali oleh pengusaha di bidang poperty syari'ah yaitu Bapak Wahyu Eka Dianto, S.Pt. Beliau mengutarakan betapa nelangsanya para pelaku UMKM, mereka sudah terkena dampak Covid-19, penanganan pemerintah untuk menstabilkan kondisi UMKM pun terasa setengah hati padahal jelas UMKM adalah penyumbang terbesar ekonomi negara namun nyatanya malah pengusaha kelas kakaplah yang mendapatkan relaksasi, apalagi dengan unicorn masuk UMKM semakin menambah permasalahan baru.

Pernyataan tersebut pun disusul oleh pembicara kedua dari kalangan aktivis mahasiswa yaitu Adinda Khotibul Umam, yang mengkritisi gagapnya pemerintah dalam menangani wabah ini dan cenderung inkonsisten. Beliau juga menyampaikan alasan-alasan mengapa di tengah carut marutnya penangangan  Covid ini mahasiswa tidak bersuara lantang menyampaikan aspirasi, diantaranya:  (1) Mahasiswa terbawa arus pendidikan yang kapitalistik telah mencetak mahasiswa yang individualis, sehingga cenderung sulit untuk digerakan, (2) terganjal dengan UU penghinaan presiden, (3) UKT yang belum pasti membuat mahasiswa tidak berfikir untuk mengkritik aturan penguasa.

Pembicara selanjutnya berasal dari kalangan intelektual yang diwakili oleh Lukman Noerrochim Ph.D yang menjelaskan bahwa pemerintah terkesan mengabaikan pendapat para pakar bahwa Indonesia belum siap untuk New Normal, namun pemerintah telah hilang akal hingga memaksakan kebijakan ini. Beliau pun memberikan pandangan bahwa dunia butuh New Leadership dan New System yang sesuai dengan fitrah manusia.

Pernyataan tadi, disusul dengan suara jurnalis yaitu Ustadz Rif'an Wahyudi. Beliau memaparkan fungsi strategis jurnalis adalah memberikan edukasi ke masyarakat, media merupakan kekuatan ke-empat setelah trias politika. Namun saat ini media merapat ke istana. Sudah saatnya masyarakat menyampaikan kebenaran lewat tulisan di media sosial sebagai media alternatif.

Pembicara selanjutnya mewakili Ulama yaitu Ustadz Ismail Yusanto, beliau menjelaskan dengan gamblang bahwa kondisi Indonesia sudah kehilangan golden time, yaitu fase awal Covid-19 menyerang, dan saat ini Indonesia tidak memanuhi satu syarat pun dari 9 syarat dari WHO untuk menerapkan new normal, lantas mengapa pemerintah sangat ngotot untuk new normal? Kemudian apa resikonya? Ustadz Ismail pun mengutip berita dari koran Tempo bahwa ada lobi antara para pengusaha ke Presiden dan Menteri ekonomi. Sehingga jelas bahwa new normal merupakan penyelamatan ekonomi semata. Padahal di negara yang sudah bersih covid saja, seperti Finlandia, Swedia, Korea, begitu new normal kasus baru muncul lagi apalagi Indonesia yang masih belum mencapai puncak.  Terbukti terjadi tembus rekor kasus harian 1200 lebih. Sehingga tidak salah jika rakyat menyatakan bahwa pemerintah memilih jalan herd imunnity. 

Pembicaraan terakhir mewakili Ulama datang dari Ustadz Rochmad S. Labib memaparkan pandemi ini menunjukkan betapa lemahnya Kapitalisme menangani masalah manusia dan betapa lemahnya negara yang dikelola dengan Kapitalisme. Untuk itu sudah seharusnya umat keluar dari kondisi yang terus-menerus menimbulkan persoalan yang tidak kunjung berakhir. Yakni dengan memperjuangkan kembali Islam sebagai aturan dalam kehidupan.

Islam memberikan solusi yang paripurna (1) senantiasa menyadari bahwa kita makhluk yang lemah, yang butuh tunduk dan patuh kepada Sang pencipta sebagai upaya kita bertawakal, (2) Islam memerintahkan yang sakit harus dipisahkan dengan yang sehat, sehingga pemerintah harus memisahkan dengan tegas mana daerah yang harus di lockdown dan mana daerah yang tidak terkena wabah, hal tersebut tentu membutuhkan campur tangan pemerintah dalam mengurusi kebutuhan hidup mereka. Dengan dipisahkan maka yang sehat akan tetap bisa beraktivitas dan produktif untuk menjalankan roda ekonomi, yang sakit akan segera pulih dan pada akhirnya semua sehat dan bergerak bersama untuk menunjang ekonomi negara.

Diakhir pertemuan para tokoh ummat mengajak kita semua untuk bersama-sama mewujudkan peradaban masa depan yang gemilang, peradaban yang penuh keberkahan dan diridhoi oleh Allah SWT, yaitu dengan penerapan Islam Kaffah dalam naungan Khilafah. 

#LebaranKitaIstimewa
#LiqoSyawwalTokohUmatJatim
#KamiPejuangIslamKaffah
#RinduSyariahKhilafah
#BerkahDenganSyariahKhilafah

Post a Comment

Previous Post Next Post