Ada yang Simple , Kenapa Milih yang Ribet ?


Oleh : Marsitin Rusdi
Praktisi Klinik dan Member AMK

Indonesia adalah negara yang dari dulu dikenal punya peradaban yang unik dan menarik. Mulai dari bermacam - macam agama dan kepercayaan semuanya indah berdampingan, dari beratus suku hidup tanpa ada selisih paham, beribu pulau yang menawan dan beribu kebudayaan serta  tradisi yang membuat seluruh dunia terbelalak ingin mengunjunginya. 

Jumlah wisatawan dari tahun ke tahun meningkat karena keunikan dan keelokan negeri yang bernama Indonesia ini. Dengan berbagai perbedaan dapat disatukan dalam semboyan; bertumpah darah satu tumpah darah Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia.

Karena kearifan para penjaganya menjadikan mereka segan untuk mempermainkan negeri nan indah ini. Karena antara sang pemimpin dengan rakyatnya masih dalam satu kata, selamatkan tanah air Indonesia. Bahkan dulu, ulama menjadi rujukan untuk mengambil kebijakan terkait dengan hubungan kebutuhan dengan rakyat. Sehingga Allah Swt senantiasa menjaga negeri ini karena umatnya senantiasa taat dan bersyukur.

Namun, sekarang Indonesia bukanlah negeri yang elok yang disegani oleh bangsa lain,  tetapi diinjak - injak oleh negara lain karena penguasanya yang tidak bisa menghargai dirinya, rakyatnya dan negaranya. Karena keberhasilan kekuasaannya bukan karena pilihan rakyat yang senang mendukung atas kepemimpinannya, melainkan ia duduk di tahta karena dukungan orang - orang atau negara yang ingin merebut keelokan tanah air ini.

Rakyatnya cukup dibungkam dengan uang receh yang hanya bisa untuk sekali makan, mereka pandai menghipnotis rakyat dengan memberikan hadiah atau propaganda yang seakan itu perbuatan terbaiknya. Mereka menggunakan kekusaan para aparat untuk mengusir rakyat yang cerdas dengan menuduh radikalis dan teroris. Sehingga dengan bebas mereka melakukan apapun sesuai dengan keinginan hawa nafsunya untuk menguasai negara.

Kapitalis adalah kendaraan mereka, apapun dinilai dengan uang, dinilai dengan dunia, sehingga aturan yang menyelamatkan mereka dunia dan akhirat terabaikan. Mereka lebih percaya dengan hukum dan aturan kapitalis dunia daripada syariat yang dari Allah dan Rosulnya. Sehingga hampir tidak ada solusi yang tuntas atas permasalahan yang timbul di negeri ini.

Wabah atau pandemi sudah hampir 4 bulan mulai masuk ke Indonesia, karena yang penulis tahu sejak awal pandemi belum juga ada solusi konkret, yang membuat kurva pandemi menunjukkan landai. Karena pemerintah tidak mau membuka diri bagaimana solusi menyelesaikan pandemi dengan benar. 

Beberapa negara telah sukses menangani Covid-19, tetapi penguasa di negeri ini tidak mau mengambil langkah seperti negara lain yang mampu menangani Covid-19, yaitu lockdown serentak. Penguasa justru melakukan PSBB pada wilayah-wilayah tertentu, yang juga tidak menjadi solusi  karena mereka juga tidak bisa menjaga wilayah perbatasan, sehingga keluar masuk kendaraan dan penduduk tidak terkontrol. Dengan kebijakan pemerintah yang inkonsisten, akhirnya makna PSBB berubah menjadi Penyebaran virus Secara Besar Besaran. Seperti kenaikan penyebaran (Kemarin Red ) di Jawa Timur 171, Kalimantan Selatan 116, sulawesi selatan 46, DKI Jakarta 105, Sumatra Utara 30 kasus ada 171 kasus sehari, data jawa pos edisi 29 Mei 2020. 
Mereka sibuk mencari solusi yang kelihatan sulit dan mengada - ngada, sehingga rakyat yang menjadi korban uji coba mereka. Mereka mengambil istilah new normal yang bukan sekadar dua kata yang maknanya bisa diringkas dalam larangan singkat, yang isinya : wajib, harus. 

Cara ini menurut mereka adalah bentuk peradaban baru dengan bentuk kesulitan yang absurd dan multi, karena pasti dan harus ada pemahaman baru yang ditafsirkan masing - masing individu karena tidak ada kejelasan makna. Sehingga yang kebingungan adalah rakyatnya yang melihat sikap dari kebijakan melintir penguasa, seperti tampar yang akan mencekik kebebasan rakyat tanpa edukasi. 

Mereka mengupayakan gladi bersih untuk istilah new normal, jadi ini hanya seperti upacara bendera saja yang hanya berlaku dihari ulang tahun kemerdekaan. Jika hanya menerapkan PHBS saja harus gladi bersih segala bagaimana dengan peraturan yang lain. Menurut penulis, new normal adalah sama dengan PHBS yang selama ini sudah disampaikan pada saat program posyandu. Bagimana cuci tangan, bagaimana kebiasaan batuk dan bicara bila kita sedang sakit, bagaimana kita menyikapi) ketika kita berkunjung ke tetangga yang terkena penyakit menular, ini sudah dilakukan pada lini bawah dan bahkan sudah menjadi habit. 

Bukan saatnya sekarang meneliti yang demikian ini, sikap yang seharusnya diambil adalah bagaimana menghentikan rantai penularan ini agar pandemi segera terhenti. Sampai ada yang uji coba penerapan jaga jarak antara penjual dan pembeli, mereka mengukur secara detail jarak lompatan droplet , Jawa pos 29 mei 2020. 

Jika yang dilakukan adalah hal - hal yang demikian, maka akan sulit bagi pedagang untuk menjaga jarak dalam pasar sehingga mereka harus pindah ke jalan raya. Pasti akan menimbulkan masalah baru yang akan beruntun, pelanggan susah cari tempat, karena berdagang itu adalah membangun pelanggan. Jalan akan macet, parkir jadi susah. 

Marilah kita coba berandai saja di pasar akan dilakukan phisical distancing, seberapa luas penambahan pasar kalau itu PD Pasar Jaya. Lalu mereka melibatkan polisi dan satpol PP untuk mengawasi pedagang dan pembeli, rakyat yang melakukan aktivitas  seperti penjahat yang harus selalu diawasi. 

Belum lagi bidang pariwisata, yang rencananya akan merubah ketentuan dalam pariwisata. Mereka akan menerapkan protokol kegiatan pariwisata yang justru akan menyulitkan para pelancong untuk berwisata di negeri ini yang mengacu kepada new normal. Pemerintah juga belum menetapkan apa yang disebut new normal, semakin banyak istilah semakin membuat suasana gaduh tidak ada akhir. Jadi semua harus beradaptasi menurut mereka, tetapi penguasa juga tidak memberikan contoh kongkret tentang seluruh kebijakan tersebut. Bidang ini pun juga perlu uji coba lagi, dengan pengamanan polisi, babinsa, satpol PP, jadi seluruh lini gerak rakyat selalu dipantau oleh penguasa.

Lalu skenario apalagi yang akan direncanakan oleh penguasa ini. Sudah ada solusi yang pasti dan sudah terbukti tidak mau menerapkan. Solusi pandemi ini hanyalah lockdown serentak seluruh negeri ini. 

Stop orang dari luar negeri, tutup seluruh bandara, pelabuhan, terminal stasiun dan seluruh perkantoran dan perdagangan kecuali kantor listrik dan air. Karena itu adalah kebutuhan pokok tiap keluarga. Makan dijamin oleh negara selama lockdown seluruh negeri karena seluruh negeri terdampak wabah. Negeri ini kaya raya hanya lockdwon satu bulan pasti bisa, kekayaan melimpah air, darat, tambang untuk membagikan makanan per KK satu karung beras dengan 10 kg ikan asin pasti mampu untuk persediaan satu bulan. Selebihnya biar individu persiapan sendiri, tidak usah mewah - mewah sama-sama senasib seperjuangan yang dimakan harus sama hanya 1 bulan. Sehingga secara otomatis umat akan teredukasi dengan praktik langsung bagaimana cara menyelesaikan masalah dan bagaimana belajar hidup senasib) sepenanggungan. Sungguh ajaran Islam adalah solusi yang simple dan pasti.

1. Secara Teknis 
Ada dua level, yakni : 
Level Negara. 
Seorang pemimpin harus segera melakukan tes dan tressing ketika di suatu wilayah ada pandemi atau ta’un. Negara segera melakukan lockdown. Memblokir dari negara asal wabah dari bentuk hubungan apapun sampai wabah menghilang. Melakukan penjaminan terhadap kebutuhan dan keamanan umat selama lockdown. 

Level masyarakat.
Mematuhi pemimpin yang sudah dibaiat, yakni seorang kholifah untuk tetap tinggal di rumah adalah bentuk kepatuhan terhadap pemimpin itu sudah menjadi bentuk ibadah . Selain patuh juga sudah mendapat pahala karena ketaatannya pada pemimpin.

2.Paradigma islam :

A. Sistem kepemimpinan dalam Islam adalah riayah atau melayani. Bahwa pemimpin itu harus tunduk kepada aturan Allah Swt dan jadi pemimpin itu adalah amanah yang amat berat.

B. Nyawa adalah utama yang tidak bisa dinilai dengan investasi dan ekonomi, dalam hadist bahwa, hilangnya dunia lebih ringan dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak. (HR Nasai 3987, Turmudzi 1455 dan disohehkan al Albani)

C. Semua sistem dengan Syari'at .
Teknisnya sangat fleksibel bisa berubah, bila umat sangat mendesak membutuhkan.

                                                  Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post