Solusi Islam atas Derita Muslim Uighur

By : Khamimah, S.Th.I, S.Pd.I

Muslim Uighur mengalami diskriminasi selama berada di China. Nasib mereka mirip dengan yang dirasakan oleh saudaranya, yaitu etnis Rohingya.
Mereka mengalami penderitaan akibat kedholiman yang dilakukan oleh pemerintah China.

Bangsa Uighur muncul di China pada awal abad 20. Mereka mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Ada banyak kecurigaan Beijing China terhadap muslim Uighur. Mereka dianggap ingin melepaskan diri dari RRC. Oleh sebab itu, 10 juta warga Uighur dipersulit untuk mendapatkan paspor. Selain itu, pemerintah China juga mencurigai etnis Uighur masuk ke dalam jaringan teroris, juga menjadi pemberontak dan masih banyak lagi kecurigaan lainnya.

Karena banyaknya kecurigaan, pada akhir 2016 pemerintah China memenjarakan ratusan ribu etnis Uighur. Tak hanya dipenjara, pemerintah China juga melakukan banyak penyiksaan terhadap etnis minoritas di China tersebut. (www.merdeka.com/dunia/21/11/2019)

Tindakan keras pemerintah China terhadap etnis minoritas Muslim Uighur telah mendapat kecaman internasional. Namun beberapa suara yang sebenarnya signifikan yakni dari negara-negara Muslim malah nyaris tak terdengar.

Kini pemerintah China berupaya membujuk sejumlah organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama. Juga beberapa media Indonesia hingga akademisi, agat tidak lagi mengkritik dugaan persekusi yang diterima etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. (www.tempo.co/24/12/2018)

Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, sejumlah organisasi Islam Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), disebut dibujuk China agar tidak lagi mengkritik dugaan persekusi yang dialami Muslim Uighur di Xinjiang. Untuk itu, China membayari puluhan tokoh ormas Islam Indonesia, termasuk pengurus NU untuk berkunjung ke Xinjiang. WSJ mengabarkan bahwa terjadi perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang. (www.cnnindonesia.com/internasional/2019/12/12)

Pakar hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Hikmahanto Juwana mengatakan,  Indonesia sebagai negara mayoritas muslim tidak seharusnya tinggal diam. Ia menghimbau pemerintah untuk turut andil dalam menangani kasus ini.

"Mengingat masalah Uighur sudah menjadi isu internasional dan Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam sudah sepantasnya bila Indonesia bersuara keras dan lantang. Ini masalah tidak hanya masalah solidaritas muslim tetapi HAM sudah diinjak-injak oleh pemerintah China terhadap Uighur. Tidak seharusnya mereka mendapat perlakuan yang melanggar HAM," kata Hikmahanto sebagaimana dikutip dari detikcom.

*Menelusur Akar masalah*
Pembantaian yang terjadi di Uighur adalah salah satu bentuk kesewenangan negara sebagai pelaku  ideologi atas rakyatnya yaitu ideologi komunisme. Sebagai sebuah ideologi komunis, China sangatlah bertentangan dengan Islam. Demikian juga dengan ideologi kapitalisme. 

China yang saat ini mulai memainkan peran internasional, secara politik merupakan kepanjangan tangan rezim sosialisme komunisme. Meskipun, secara ekonomi China telah merombak sebagian paradigma ekonomi sehingga corak ekonominya cenderung kapitalistik. 

China mampu membuat pusing Amerika pada isu perang dagang. Namun, China tak cukup tangguh untuk melakukan perang proxy politik melawan Amerika. Pukulan telak Amerika terhadap China adalah ketika Amerika meminjam tangan Walt Streeet Journal (WSJ) yang membongkar kebiadaban China terhadap Muslim Uighur. Amerika, sukses mengepung China dengan isu 'kebiadaban kamp konsentrasi Muslim Uighur' untuk memukul telak China.

Baik China dengan Sosialisme Komunisme maupun Amerika dengan Kapitalisme sebenarnya sama saja. Artinya mereka sama-sama memusuhi Islam.
Berbagai cara dilakukan baik tindakan fisik maupun non-fisik. Tindakan fisik denan penganiayaan seperti yang dialami muslim Rohingya, Uighur, Plaestina, Syam dan sebagainya. Sedangkan, tindakan non-fisiknya berupa pertarungan pemikiran yang mana mereka mencoba mencuci otak manusia melalui tontonannya berupa kabar-kabar yang disetting sedemikian rupa hingga menyudutkan umat Islam. 

Sayangnya, umat Islam masih banyak yang tak sadar akan kondisi ini, sehingga banyak yang membela musuhnya bahkan mencoba menjauhkan Islam dalam mengatur kehidupan.

Sungguh  miris melihat kemunafikan saudara muslim lainnya yang lebih setia kepada orang kafir dibandingkan membela saudara seakidah. Mereka lebih memilih berkompromi untuk mengendalikan kekuasannya demi harta dan jabatan semata. Akidah Islam sebagai benteng pribadi telah hilang. Tergantikan dengan akidah sekuler yang tak memerlukan agama untuk mengatur kehidupan dunia. Parahnya, genosida yang dihadapi muslim Uighur seolah mengajarkan mereka untuk mengingkari keberadaan Pencipta.

*Solusi atas Derita Muslim Uighur*
Penindasan yang terjadi di Uyghur dan negeri lainnya haruslah segera diakhiri. Bukan semata atas dasar kemanusiaan maupun alasan HAM. Namun karena atas dasar keimanan dan kewajiban Syara'. Bukan dengan dasar slogan yang dibawa Demokrasi Sekuler sebagaimana yang di ajarkan Kapitalis.

Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim). 

Hadits tersebut cukuplah sebagai pegangan bagi kita sehingga menjadikan kita tidak boleh abai atas apa yang dialami saudara muslim di Uyghur maupun muslim yang tertindas yang lainnya.

Kewajiban dan tugas kita selanjutnya adalah menjaga akidah dan menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru dunia agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Menyatukan negeri kaum muslim dan menumpas ikatan nasionalisme yang selama ini menjadi penghalang antara negeri kaum muslim.

Merealisasikan bisyarah Rasulullah SAW dan janji Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebaikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.” (Q.S AN Nuur : 55)

Sudah saatnya umat Islam menghilangkan skat nasionalisme, untuk bersatu kembali dan memperjuangkan syariat-Nya sebagaimana dulu Rasulullah SAW dan para sahabatnya berjuang. Untuk mendakwahkan Islam Kaffah di seluruh penjuru dunia yang hasilnya masih kita rasakan hingga saat ini. Meskipun sebagian ajarannya tersamarkan oleh orang-orang kafir yang mencoba mengubah sejarah kejayaan Islam. Hanya dengan penegakkan Syariah Kaffah berbagai persoalan  derita muslim Uighur bisa terselesaikan. _Wallahu a’lam._

Post a Comment

Previous Post Next Post