Generasi pengekor, kamukah salah satunya?

Oleh : Annisa Dini

Tak terasa kita sudah berada dipenghujung tahun, seperti biasa orang-orang merayakannya dengan penuh kegembiraan.  Hari yang dinanti-nanti oleh muda mudi bahkan yang tua sekalipun akan segera tiba.  Bersiap siaga suara terompet akan berbunyi nyaring tiada henti pada malam hari.  Suara letusan kembang api akan terdengar bak petir dimalam hari. Dan letusannya akan berwarna warni menghiasi langit.  Gelaran pestapun tiba.  Dari pesta level terbawah hingga level termewah. Mereka rela bergadang demi menyaksikan serta merayakan detik-detik pergantian tahun.  Tak jarang alkohol dan pesta seks ikut serta dalam perayaan tersebut.

Terbayang sudah berapa juta uang yang dikeluarkan hanya untuk satu hari bahkan satu malam.  Sampah berserakan dimana-dimana, kesucian diri ternodai hanya dalam waktu yang singkat.  Berpesta, berfoya-foya menikmati secuil kebahagiaan dunia. Tak sadarkah itu semua adalah pemborosan waktu,  harta dan tenaga.
  
Memang,  merayakan pergantian tahun itu adalah hak bagi setiap orang.  Tapi tidak untuk seorang Muslim. Seorang Muslim wajib mengetahui aturan agamanya. Dalam Islam merayakan tahun baru masehi dengan mengekor gaya-gaya/kebiasaan kaum kafir adalah haram, karena  :

1. Tradisi Jahiliyyah
Sebagaimana diketahui bersama, perayaan tahun baru merupakan perayaan besar bangsa pagan Romawi yang dilakukan setiap memasuki awal tahun. Pesta tersebut mereka peruntukkan untuk menghormati Dewa Janus (baca: januari). Pesta tahun baru 1 Januri pertama kali dirayakan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM, yaitu ketika ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Penanggalan dibuat dengan berpusat pada heliosentris, artinya mengikuti peredaran matahari. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari yang dimulai dari tanggal 1 Januari. Momentum ini juga dijadikan sebagai salah satu perayaan suci orang-orang kristen. Itulah sebabnya mengapa kalau ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu atau yang biasa mereka tulis dengan Merry Christmas and Happy New Year (selamat hari natal dan tahun baru). 
Jadi,  apabila kita merayakan tahun. Baru sama dengan kita merayakan hari besar mereka. Maka dari itu,  hal ini akan berdampak pada kondisi keimanan seseorang.

2. Tasyabbuh (menyerupai perayaan orang kafir) 
Perlu kita ketahui bersama bahwasanya Ummat kristiani menggunakan lonceng untuk memanggil jama'ahnya untuk beribadah. Orang yahudi menggunakan terompet dan orang Majusi menggunakan api, maka pada jam 00:00 WIB malam tahun baru semua model tersebut hadir dalam satu waktu. Lonceng berbunyi, terompet berbunyi, kembang api pun dinyalakan.

Sehingga benarlah sabda Rasulullah saw, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika mereka itu masuk ke lubang biawak, pasti kalian pun akan mengikutinya.” Lalu kami bertanya, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara”. (Majmu’ Al Fatawa, 27:286)

Oleh karena itu, Rasulullah saw mengingatkan para sahabatnya agar mereka menyelisihi Yahudi dan Nasrani dalam segala hal, beliau bersabda:
bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dan apapun yang Rasulullah perintahkan pada sahabatnya maka wajib bagi kita ummatnya untuk mengikutinya.

3. Penuh kemaksiyatan dan hura-hura
Seperti yang sudah kita bahas diatas,  bahwa lerayaan tahun baru selalu identik dengan kemaksiatan. Tidak hanya pesta kembang api, suara petasan atau terompet, namun lebih daripada itu, mayoritas masyarakat kita melewatinya dengan beragam bentuk kemaksiatan. Seperti meminum minuman keras,  seks bebas,  bahkan narkoba sekalipun. Dan ini akan membahayakann generasi Negeri ini.  Apa jadinya jika generasi Negeri kita kecanduan alkohol dan menjadi penyuka seks serta narkoba?  

Maka Dari itu jangan sampai kita mengikuti sesuatu yang akan berdampak besar di kemudian hati. 
Sudah cukup banyak permasalahan di Negeri ini.  Jangan sampai jiwa generasi terenggut kesuciannya hanya dalam satu malam. Bibit bibit generasi yang buruk akan tumbuh jika tidak di tindak lanjuti dengan tegas.  Mengapa tidak? Bukankah pemimpin bangsa di masa depan adalah generasi saat ini? Jadi, jagalah generasi saat ini dari hal-hal yang akan berdampak buruk di masa depannya. 

Jika Islam diterapkan di Negeri ini,  alangkah indahnya hidup berbeda keyakinan tapi tetap saling menghormati satu sama lain.  Tidak mengikuti perayaan-perayaan diluar agamanya. Tidak ada Istilah intoleransi tatkala kita tidak mengikuti perayaan pergantian tahun,  karena sejatinya toleransi itu dengan kita membiarkan mereka dengan agamanya dan kita dengan agama kita.  Tidak perlu dicampur adukan.  Karena serial agama mempunyai prinsip dan aturan masing-masing.  Mari saling mengingatkan satu sama lain agar kita tetap berpegang teguh pada prinsip dan aturan agama. 

Wallaahu a'lam bi ash-showab

Post a Comment

Previous Post Next Post