Day care dan Fenomena Ibu bekerja

By : Ummu Azka

Kabar duka datang dari Samarinda Kalimantan Timur. Seorang balita ditemukan meninggal tanpa kepala. Mayat balita tersebut ditemukan di parit, yang berjarak 4,5 km dari day care tempatnya dititipkan.

Bocah tersebut bernama Muhammad Yusuf Gazali berusia 4 tahun. Orang tua Yusuf, Bambang melaporkan anaknya hilang sejak 2 minggu lalu saat dititipkan ke tempat penitipan anak (daycare) dan PAUD.

Bambang mengatakan bahwa anaknya dititipkan di daycare yang berada di JI AW Syahranie dan hilang sejak Jumat (24/11/2019). Dia berani memastikan jenazah balita tersebut adalah anaknya, berdasarkan pakaian yang digunakan.(detik.com)

Sementara itu ketika dimintai penjelasan, 
Bu Guru Nurdiana yang juga selaku kepala sekolah PAUD dan tempat Penitipan anak (day care) Jannatul Athfal Samarinda menjelaskan balita Yusuf hilang pada Jumat (22/11), saat itu hujan deras mengguyur. Menurut Nurdiana, balita Yusuf hilang saat 2 guru yang menjaganya sedang fokus kepada salah satu bayi yang sedang menangis. Sehingga tidak begitu perhatian jika pada saat itu Yusuf keluar dan tak bisa terkejar. 

Polemik dimulai. Setelah 2 minggu tak ada kabar dan ditemukan tewas dalam sebuah parit, akhirnya orang tua melaporkan day care dan menuntut polisi mempidanakan lembaga tersebut. Alasan lalai menjadi delik pengaduannya.

Kejadian tersebut telah memantik rasa khawatir para orang tua. Terlebih bagi mereka pengguna jasa day care. 
Di banyak kota besar day care telah menjadi alternatif pengasuhan kedua setelah orang tua. Keberadaan day care seolah menjadi solusi praktis bagi para orang tua terutama ibu untuk dapat tetap bekerja saat kondisi memiliki anak di bawah umur. Dikutip dari Okezone.com, menurut psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwibowo, mengungkapkan alasan utama memasukkan anak ke day care adalah karena orangtua bekerja dan tidak ada yang mengasuh di rumah sehingga anak ditaruh di tempat penitipan anak atau day care. 

Sistem kapitalisme sekuler yang saat ini berkuasa memberi andil besar dalam membuat masyarakat menuhankan materi. Hasilnya wanita yang seharusnya berperan sebagai ibu dihadapkan pada dua kondisi : 

Yang pertama  : Bekerja karena alasan ekonomi.  Kesulitan hidup yang dibuat sedemikian rupa oleh sistem kapitalisme sekuler  membuat para orang tua seperti memakan buah simalakama.  Dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara bekerja untuk membantu perekonomian keluarga atau tinggal di rumah menjalankan peran utamanya sebagai ummu wa rabbatul bait. 

Kedua : berkembangnya ide kesetaraan gender yang digagas para feminis merupakan faktor yang tak dapat diabaikan menjadi alasan kesekian bagi ibu yang memilih bekerja di luar rumah. 

Kedua pilihan yang sulit tersebut seolah menjadikan peran Ibu seperti berada di "pojokan" dunia. Wanita "dipaksa" tampil dengan tingkat partisipasi yang terukur dengan standar yang telah ditentukan. Pencitraan yang kuat terhadap hal ini sedikit banyak akhirnya mempengaruhi psikologis banyak wanita yang sedang menjalani perannya sebagai ibu. Timbul perasaan tak berarti karena tak mampu menghasilkan materi. Atau merasa rendah diri karena kurangnya eksistensi.
Akhirnya ketika pilihan jatuh pada bekerja, akhirnya posisi ibu berhasil dikompromikan salah satunya dengan memakai jasa day care. Berbagai konsekuensi pun disepakati meski tak mungkin ideal, namun keberadaannya amatlah dibutuhkan. 

#Anak,  Tanggung Jawab Orang Tua
Memiliki anak merupakan anugerah tiada tara. Kehadirannya membutuhkan kasih sayang, bimbingan dan pemeliharaan yang baik agar anak dapat menjadi sosok yang memilki kepribadian ( syakhsiyah Islam).  Proses membentuk pola pikir dan pola sikap inilah yang harus dijalankan oleh orang tua terutama ketika anak berada dalam masa emas kehidupannya, dalam hal ini ketika mereka kecil. Penanaman aqidah  sebagai bekal pondasi keimanan bagi anak adalah sesuatu yang harus ditekankan dalam mendidik mereka. Dalam Qur'an Allah SWT berfirman


ÙˆَØ¥ِØ°ْ Ù‚َالَ Ù„ُÙ‚ْÙ…َانُ Ù„ِابْÙ†ِÙ‡ِ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ ÙŠَعِظُÙ‡ُ ÙŠَابُÙ†َÙŠَّ Ù„َا تُØ´ْرِÙƒْ بِاللَّÙ‡ِ Ø¥ِÙ†َّ الشِّرْÙƒَ Ù„َظُÙ„ْÙ…ٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13).

Tonggak pertama kehidupan seseorang adalah iman. Karena itu seorang anak pertama kali harus dibekali pondasi keimanan. 

Tanggung jawab mulia dalam mendidik mereka terkait aqidah dan ibadah serta adab adab kehidupan adalah kewajiban orang tua. Keberadaan day care dengan berbagai fasilitasnya tentu tak mampu menggugurkan kewajiban tersebut. 

Fenomena ibu bekerja karena alasan sistemik, memunculkan sejumlah kekhawatiran akan lepasnya "tangan" (asuhan, pola didik) ibu dari genggaman anak dan keluarganya.
Perlu dilakukan upaya nyata untuk membebaskan wanita dan para ibu dari paradigma sekuler kapitalis, yang telah merenggut peran orang tua. 

Bagaimanapun, peran utuh orang tua dalam mendidik,  harus dikembalikan pada tempatnya. Tak ada jalan lain selain kembali kepada Islam. Sebuah syariat sempurna yang memuliakan manusia dan  kehidupannya. Untuk itu, perlu penerapan syariat secara kaffah agar kondisi sistemik yang menjadi permasalahan utama para orang tua dan kehidupan pada umumnya mendapatkan solusi yang tepat dan tuntas. Wallahu alam bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post