## MENUJU PERUBAHAN HAKIKI##



Oleh : Ummu Adi 
(Ibu rumah tangga) 

Manusia adalah sebaik-sebaik makhluk. Demikian Allah ungkapkan dalam Surah At Tiin ayat 4;

لقد خلقنا الانسان في احسن تقويم 

Artinya: Sungguh  kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 

Ini dikarenakan Allah telah menganugerahkan akal,  yang tidak diberikan kepada makhluk lain selain manusia. Namun demikian,  sebagaimana makhluk yang lainnya, apa yang terdapat dalam diri manusia ini tentulah terbatas sifatnya, demikian pula akal.  Saking lemah dan terbatasnya akal ini, dia tak mampu menentukan baik buruknya makanan yang masuk dalam tubuhnya,  berbahaya tidaknya minuman bagi perkembangan otaknya,  terlebih lagi mengetahui mana yang baik untuk kehidupannya dan mana yang tidak. 

Allah SWT berfirman :

و عسي انتكرهوا شيا وهو خير لكم وعسي انتحبوا شيا وهو شر لكم والله يعلم و انتم لا تعلمون

Artinya:  Boleh jadi kalian membenci sesuatu,  padahal ia amat baik bagimu,  boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu,  padahal ia amat buruk bagimu.  Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui.  
(Qs.  Al Baqarah 216)

Inilah mengapa, akal tidak layak menjadi rujukan bagi setiap  masalah yang menimpa manusia. Karena solusi yang diberikan pastilah mengacu pada  dirinya sendiri, yang tentunya berbeda dengan orang  lain.  Misalnya,  bagaimana menjadikan anak agar lebih tenang dan tidak mengganggu kesibukannya dirumah?  Banyak solusi yang diambil sebagian orangtua,  diantaranya memberikan  gadget,  memberikan pengertian, mengajaknya ikut dalam aktivitasnya dan banyak solusi lainnya.  Dan satu solusi yang diambil tidak bisa dipaksakan kepada orang lain.  Apalagi kalau permasalahan tersebut berimbas kepada kemaslahatan orang banyak.  Jika  tetap dipaksakan maka yang akan terjadi adalah kerusakan. 

Hal inilah yang terjadi dalam sistem demokrasi,  dimana rakyat adalah sebagai pemegang kedaulatan dalam membuat  hukum sekaligus sebagai pemegang kekuasaan dalam  melaksanakan hukum-hukum yang dibuatnya.  Dari rakyat,  oleh rakyat, dan untuk rakyat.  Demikian prinsip demokrasi.  Singkatnya,  manusia yang membuat hukum melalui perwakilannya,   kemudian diberlakukanlah hukum tersebut untuk rakyat.  Ini sangat tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan. Karena justru kebijakan-kebijakan yang dibuat,  adalah untuk kepentingan para kapital.  Seperti UU penanaman modal asing,  UU pertambangan,  dan baru-baru ini yang masih memunculkan polemik, yaitu Revisi RUU KPK.

Dari sini sudah tergambar,  mengapa akal tidak bisa menjadi rujukan atau tolok ukur dari sebuah perbuatan. 
Allah telah mengingatkan dalam surah Al - Maidah ayat 50. Yang artinya;

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki,  dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)  Allah bagi orang-orang yang yakin."

Oleh karenanya, demi kemaslahatan bersama,  dan untuk sebuah perubahan yang hakiki,  mari kita merujuk pada hukum Allah. Dzat yang menciptakan manusia,  dzat yang tidak pernah salah memberi aturan bagi ciptaan-Nya.  

Wallaahu a'lam.


Post a Comment

Previous Post Next Post