Cinta yang Diharamkan



Oleh : Sumiati 
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif

Dunia perfilman nasional semakin merosot, ditandai dengan sedikitnya penonton dan minimnya film Indonesia yang berkualitas. Idealisme para sineas untuk mengangkat mutu film, tergilas oleh pemikiran kapitalis yang hanya melihat film dari sisi kelayakan penjualannya semata.

Di tengah kemerosotan perfilman Indonesia, lahirlah ide-ide lain untuk menarik perhatian masyarakat dan tentunya bisnis yang paling utama. Sayangnya, ide-ide ini justru membuat resah masyarakat karena konten film yang tak cocok dengan budaya ketimuran, apalagi jika dinilai dengan syariat Islam. 

 Belum lama ini, dunia remaja kembali digegerkan dengan film terbaru yang digadang-gadangkan akan mencuri perhatian publik terhadap film Indonesia. 
Satu lagi film drama-romantis buatan Indonesia akan menggebrak layar bioskop tanah air yaitu SIN. Tema film ini agak kontroversial karena bercerita tetang kakak beradik yang saling jatuh cinta.

SIN adalah film yang diadaptasi dari novel best seller tahun 2017 dengan judul yang sama. Berharap mendapat sukses yang sama, film ini dibintangi banyak aktor top.

Bryan Domani menjadi Raga Angkasa, lalu Mawar de Jongh memerankan Ametta Rinjani. Walaupun mengangkat kisah cinta tidak biasa, Bryan dan Mawar yakin SIN menarik untuk ditonton.

Film yang sesungguhnya sangat tidak bermutu, bahkan sangat rusak jika ditinjau dari kacamata Islam. Akan tetapi, sistem yang ada sekarang memang membuat masyarakat melupakan agamanya. Semua aktivitas yang dilakukan, tidak dikaitkan dengan agama. Demikian pula dalam masalah pergaulan.

Bobroknya sistem kapitalis demokrasi telah merusak akhlak manusia terutama remaja. Tak ada rasa malu berperilaku bak binatang. Interaksi antara lawan jenis tak ada batasan, berkhalwat, ikhtilat, pacaran, hamil di luar nikah, bahkan antara adik dan kakak, ayah dan anak saling jatuh cinta dianggap biasa.

Demokrasi yang berasaskan 4 kebebasan, salah satunya bebas berperilaku , menjadi penyebab utama kehancuran generasi muda. Bukan hanya di dunia nyata bahkan di dunia perfilman pun kebebasan begitu ditampakan . Tak ragu apalagi takut, mereka begitu bebas mengekspresikan diri dan mengabdi kepada petunjuk setan. Peringatan Allah kian hari kian diabaikan, padahal bencana demi bencana terus terjadi sebagai pengingat bahwa umat kian jauh dari aktivitas akhirat.

Berbeda dengan Islam,   mengekspresikan cinta sungguh mulia dengan pengaturan luar biasa. Ayah, anak, istri, adik, kakak, saudara, teman saling mencintai dalam koridor yang tepat. Islam mengatur segalanya dengan sempurna, termasuk pergaulan satu sama lain. Tidak ikhtilat, berkhalwat, pacaran, dan lain-lain. Semuanya diatur oleh Allah dalam Alquran dan Sunnah, dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw. yang memiliki akhlak paripurna. Terjaganya akhlak akan semakin tertata ketika Islam diemban oleh negara dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. 

Wallaahu a'lam bish-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post