Khilafah Membawa Berkah



Oleh: Yanyan Supiyanti A.Md
(Pendidik Generasi, Member Akademi Menulis Kreatif)

Khilafah merupakan ajaran Islam yang akan membawa kebaikan dan keberkahan. Saat ini, musuh-musuh Islam berusaha menjauhkan umat Islam dari gagasan khilafah, dengan cara menebar fitnah.

Seperti dilansir oleh www.nu.or.id, pada tanggal 20 September 2019, Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dede Rosyada, menyatakan bahwa salah satu dampak buruk dari konsep khilafah yang tidak disadari oleh berbagai kalangan adalah hilangnya sebagian hak demokrasi sebagai warga negara, sebagaimana yang terjadi saat ini. Pada akhirnya sistem khilafah hanya akan menyebabkan kemunduran bagi sebuah bangsa. Jika ideologi khilafah dibiarkan tumbuh dan berkembang akan mengakibatkan apatisme di kalangan masyarakat. Karena semua hal akan diatur oleh negara yang memiliki ideologi khilafah. Dalam keadaan 'kaku' masyarakatnya juga akan memiliki keterbatasan untuk melahirkan karya.

Islam adalah agama yang syamil dan kamil, yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad Saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt (mencakup akidah dan ibadah), mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri (mencakup makanan, minuman, pakaian, dan akhlak), dan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya (mencakup muamalah, politik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan, peradilan dan sanksi hukum serta politik luar negeri).

Islam bukan hanya sekadar agama, juga sebagai ideologi. Seorang pemimpin (khalifah) dan semua rakyatnya berakidah kuat. Setiap individu taat dan tunduk kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.

Syariah Islam hanya bisa diterapkan secara menyeluruh dalam institusi khilafah, yaitu sistem pemerintahan Islam yang mempersatukan umat Islam seluruh dunia yang dipimpin oleh seorang khalifah.

Khilafah adalah sumber kebaikan dan keberkahan. Diantaranya tergambar dalam persaksian beberapa ulama yang hidup di masa kekhilafahan.

Hanzhalah bin ar-Rabi' al-Katib, sahabat sekaligus juru tulis Rasulullah Saw, misalnya. Sebagaimana dinukil oleh imam ath-Thabari, saat melihat fenomena sebagian orang yang ingin melengserkan Khalifah Utsman bin 'Affan karena hasutan seorang Yahudi Abdullah bin Saba, ia bersyair "Aku heran apa yang diributkan oleh orang-orang. Mereka berharap khilafah segera lenyap.

Sungguh khilafah jika lenyap, akan lenyap pula kebaikan yang ada pada mereka. Kemudian mereka akan menjumpai kehinaan yang sangat parah. Mereka seperti umat Yahudi dan Nasrani, sama-sama berada di jalan yang sesat." (Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk, 4/386)

Abdullah Ibn al-Mubarak, seorang imam besar dari kalangan tabi'ut tabi'in, sebagaimana dinukil oleh imam Ibn Abdil Barr, menyatakan: "Jika bukan karena khilafah, niscaya jalanan tidak akan menjadi aman, niscaya yang lemah di antara kita akan menjadi mangsa yang kuat." (At-Tahmid li-ma fi al-Muwaththa min al-Ma'ani wa al-Asanid, 21/275)

Pemikir Barat pun mengakui keunggulan khilafah di bidang ekonomi, Will Durrant dalam bukunya The Story of Civilization. Ia mengatakan: "Di bawah pemerintahan Islam, Asia Barat mencapai tingkat kemakmuran industri dan perdagangan yang tak tertandingi oleh Eropa Barat sebelum abad keenam belas." Tentang toleransi dengan nonmuslim seorang sejarahwan Kristen, Thomas Walker Arnold, menuliskan: "Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Turki Utsmani, selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani, telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa." (The Preaching of Islam: A History of Propagation of The Muslim Faith, 134)

Inilah bukti khilafah adalah sistem terbaik untuk kebaikan dan keberkahan bagi umat manusia, tidak hanya muslim tapi nonmuslim, juga terhadap seluruh alam. Sudah sepatutnya umat Islam merindukan cahaya kegemilangan Islam dengan memperjuangkan kembalinya Khilafah Islamiyah ala minhaj nubuwah. Dengan begitu, Islam sebagai rahmatan lil 'alamin akan terwujud, keberkahan akan melimpah.
Wallahu a'lam bishshawab.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post