Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (5)

foto google
By : N3
Cahaya mentari mulai meredup di ufuk Barat, silaunya yang begitu garang, kini, tinggal bias jingga menghiasi langit. Keindahan alam yang tergambar di hadapan mata, mempertontonkan keagungan sang Pencipta.

Terlihat, gerakan burung camar beramai-ramai terbang mengepakan sayap, menambah hiasan langit yang saat itu masih terang.

"Allahu Akbar.... Allahu Akbar".
Sambil berucap, tatapan mata Joe, terus saja memperhatikan kerumunan burung camar yang pulang kerumah. Semilir angin, mengusap lembut wajahnya yang tenang. Garis-garis kekalutan di jidat Joe yang tadinya sering bergerak, kali ini, terliha datar, tenang tanpa ada guratan. 

Dalam keheningan, Joe merasa kedamaian, menelusuri relung kalbunya yang paling dalam.

Degub jantungnya yang tadi sempat berdetak cepat, kini mulai tenang dan teratur.

Sebelumnya diceritakan, Joe telah menduga bahwa segala sikap yang diperlihatkan Aprilia, pasti telah membaca pesan-pesan percakapannya dengan Reisha didalam Whatsapp. Namun itupun baru dugaan.

"Atau,!" terlintas juga dalam pikiran Joe, "jangan-jangan, ini gara-gara mulut embernya Fitri". saat itu, Joe berucap didalam hati.

Ya, Joe harus mencari tahu dan memperkecil ruang lingkup dugaan, dari penyebab akar persoalan dirinya dengan Aprilia. Alasannya, Fitri cewek tomboy, yang suka usil ini, berteman dan sering berkomunikasi dengan Aprilia di media sosial.

Ia mengenal kepribadian Fitri. Luwes, cantik dan orangnya juga pintar. Banyak hal yang dia ketahui. Tetapi kalau bicara, Ia tidak pernah memikirkan perasaan orang. Keangkuhan dan kesombonganya, sering menyakiti hati teman-teman.  Ia tidak perduli dan memikirkan, apakah kata-kata ataupun tulisannya berdampak negatif atau positif, dalam kamusnya, itu tak pernah ada. Yang penting kalau sudah diucapkan, ya udah, biarkan apa yang terjadi.

Kalau berdebat, Ia selalu tidak mau kalah, dan menganggap orang lain tidak memiliki kecerdasaan melebihi dirinya. Sehingga sering meremehkan pendapat orang lain. Dan semua yang Ia katakan, dianggap benar, tidak boleh ada yang menyangkal, meskipun itu salah.

Padahal, didalam Islam, sangat dilarang berdebat. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengeraskan hati, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain:

Ø¥ِÙ†َّ Ø£َبْغَضَ الرِّجَالِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ الأَÙ„َدُّ الخَصِÙ…ُ
Orang yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala adalah orang yang suka berdebat (paling lihai dalam berdebat).” (HR Bukhari no. 2457 dan Muslim no. 2668)

Sebenarnya Fitri, wanita yang lembut dan bersahaja, akantetapi bila Ia merasa tidak suka dengan seseorang, Ia bisa menjadi singa betina yang tidak segan-segan melontarkan kata menghujat dan menyakiti teman-teman lain, baik di media sosial maupun berhadapan langsung dengan orangnya.

Namun, dihadapan Joe, Ia mejadi wanita anggun dan penuh perhatian.  Kata-kata menggoda, sering dilontarkan Fitri kepada Joe. Meskipun Joe juga merasa risih, sesekali Ia melayani juga gurauan Fitri.

Hal ini lebih memperkuat prasangka Joe kepada Fitri.
"Sungguh sayang, bila penyebab kegalauannya hari ini benar-benar akibat ulah dari Fitri,". desah Joe yang kembali melamun.

Baca Sebelumnya :
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (2) 
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (3) 
Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta (4)  

"Ouooh, Fitri, mengapa engkau menjadi sombong dan angkuh, bahkan begitu mudahnya melontarkan kata saling menyakiti dan menghujat, seakan, engkau merasa sempurna. Sok lebih pandai, sok pintar, sok tahu segalanya, sok kaya dan merasa kita lebih baik dari manusia lainnya ?.

Pernahkah kita sadari, seluruh alam dan beserta isinya, diciptakan dan berjalan semua atas kehendak Allah. Lalu, siapa sebenarnya kita!, bisakah kita tahu, dan mengatur waktu, menit dan detik dengan tepat, kapan kita tertidur, dan kapan kita harus bangun ,?

Mengapa pada hal-hal kecil yang kita ketahui saja, sementara teman lainnya tidak mengetahuinya, lalu dengan mudahnya kita menganggap mereka bodoh, dan kita menjadikan mereka bahan olok-olok kepada teman yang lain. Hal ini, setiap waktu kita lakukan, sehingga tanpa disadari, telah berurat berakar didalam jiwa kita.

Ya Allah, hamba ini adalah insan lemah yang tidak mempunyai apa-apa, dan hanya dapat berbuat atas kehendak Mu.

Joe, beranjak dan pergi melangkahkan kaki menepis lamunannya. Ia masuk ke dalam warung untuk menyelesaikan pekerjaan di depan laptop yang dibawanya dari rumah. sesekali Ia memperhatikan pesan-pesan yang masuk dari Whatsapp. Lalu beralih lagi matanya di depan Laptop.

Ketenangan hatinya sesaat lalu, membuat Ia bisa menyelesaikan satu persatu bahan berita yang telah menumpuk di dalam email.

"Bu Nana ! tolong dibuatkan kopi lagi ya ? ucap Joe.

"Kriinnng.. kriiinggggg", suara dering panggilan masuk dari telpon genggam Joe.
Tanpa melihat dari siapa, Joe lalu mengangkat.  Dan hatinya berdesir, dari ujung telpon, terdengar suara, ucapan lembut seorang wanita.
"Hallo Joe,".
"Lagi nyantai ya, temanin kita dong, lihat suasana pantai yuk, sambil menikmati Mentari tenggelam,!".

Joe tertegun, dan belum bisa menebak nada suara yang ada didalam telpon genggamnya. Karena dari vokal beberapa teman-teman wanita, suara yang pada mirip, ada beberapa orang. (Resya, Fivi dan Cyntia)

"cepat dong!: Lagi suara itu terdengar. "Nich kita udah menunggu di pinggir pantai." ucap wanita itu sebelum Joe menemukan jawaban siapa wanita yang barusan menelponnya.

Masih ditelpon yang sama, sebuah panggilan masuk kembali datang, dan diiringi bunyi kaca pecah.
"Praaannk.....

Bersambung ...................

Post a Comment

Previous Post Next Post