Disaat Amanah Tak Lagi Bertahta

foto by google
By : N3*
Pagi ini terasa begitu indah. Merdunya kicauan burung, menemani sinar mentari yang mengelus wajah Joe dari tidur lelapnya.

Sayup, masih terdengar suara kokok ayam turut menambah indahnya pagi.

Dengan suara sedikit serak, Joe lalu bertanya pada isterinya. "Ini hari apa ya, ma?" tanya Joe kepada isteri.

Aprilia, hanya tersenyum, meski tidak menjawab, namun hati Joe berkata, "bahwa ada sesuatu hal yang tidak ingin Ia sampaikan kepada Joe".

Aprilia sosok isteri yang lembut dan penuh dengan kasih sayang. Ia sangat mencintai suami dan anak-anaknya. Meski terkadang, ada rasa ingin membantah disaat-saat suaminya berkata kasar. Namun Ia selalu berupaya untuk selalu menepis pergolakan itu, dengan tutur bahasa yang halus dan lembut,

"Eehmm," Joe mendehem dan kembali bertanya, "ma'af, Aprilia, apa boleh tahu ini hari apa ya ?," ucapnya dengan suara yang sedikit lembut dan bernada tekanan.

Sambil berpaling, Aprilia pun duduk ditepi ranjang, lalu mengusap dan menatap wajah sang suami dengan tatapan mesra.

"Mandi dulu deh, kasihan tuh, anak-anak sudah pada menunggu tuk sarapan. nanti mereka bisa terlambat lagi, kesekolah". ucap Aprilia.

Joe hanya diam, tangannya yang tadi dipergunakan untuk menobang kepala, sebagai pengganti bantal, diturunkan.

Lalu Ia meraih jari-jemari isterinya yang masih menari mengusap wajanya dengan lembut.

Namun dengan halus, Aprilia mencoba menarik tangannya yang Joe genggam tadi. Tiba-tiba.
sebuah kecupan mendarat dikening Joe, disertai sehelai handuk yang disodorkan isterinya.

"Yuck, bersih-bersih dulu, anak-anak dah dari tadi menunggu," ucap Aprilia mengingatkan kembali.

Joe mencoba memahami, atas keengganan isterinya tuk menjawab pertanyaan yang diajukan beberapa menit lalu.

"Pa .! papaaaa," terdengar suara lengkingan anak laki-laki Joe yang baru duduk di Kelas 3 SD, dari tengah ruangan.

"Tuh kan, sibungsu dah mulai resah. Cepat.... nanti Ia ngambek lagi," ucap Aprilia menimpali suara anaknya tadi.

"Lagian, itu kopinya dah keburu dingin," ucap Aprilia, dan terus beranjak ketengah ruangan menemui anak-anaknya yang telah siap sarapan.

Aprilia.. isteriku, "apa mungkin, Ia mau memberikan kejutan pada hari kelahiran aku,".

Wush.... siraman air dingin, membasahi sekujur tubuh Joe. Tetapi sikap ketidak nyamanan yang diperlihatkan isteri Joe, terus membayang nya.

Terkadang Joe mencoba memahami, arti sebuah keluarga, namun dikala amanah tidak lagi bertahta ? Apa yang dapat diperbuat.

Pikiran-pikiran yang tak tentu arah terus berkecemuk dalam benaknya. Sesekali hembusan nafas kegelisahan terus masuk dan keluar dari mulut Joe.

Usai mengantar kedua anak ke sekolah, Joe pun kembali dan beres-beres menyusun segala peralatan untuk pergi bekerja.

Saat melihat Joe mempersiapkan peralatan kerjanya, Aprilia segera meninggalkan pekerjaan, yang tadinya sibuk membersihkan rumah. Lalu menghampiri Joe dan turut membantu mengambilkan segala kebutuhan yang diperlukan.

"Aprilia,,, Joe berangkat kerja dulu ya".

"Nanti jangan lupa jemput anak-anak ke sekolah, soalnya nanti sikecil ngamuk,"
ucap Joe ditelinga Aprilia dengan lembut.

Meski diluar nya Joe dikenal rada kasar dan temperamental dalam berbahasa, namun ada satu kelebihan didalam dirinya yang tidak dimiliki kebanyakan pria lain. yaitu sosok pria yang bertanggungjawab, lembut dan romantis.

Nah, salah satu kelemahan yang dimilikinya, kalau bicara soal "cinta", Ia memang bukan piawai, namun rada sembrono dan suka over akting.

Hal ini ia sengaja, untuk menutupi segala kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya.

Terkadang tidak pernah disadari kebanyakan orang. Mereka hanya tahu, Joe, sosok pendiam dan kurang bicara. Dan terkesan sombong dan suka meremehkan terhadap pendapat-pendapat yang sering dikeluarkan teman-teman seprofesi.

Namun pagi ini, walaupun hati nya rada galau, tetapi Joe selalu berupaya memenuhi seluruh keinginan dan apa yang selalu didambakan wanita terhadap pria. Dan didalam dirinya, selalu tertanam tidak ingin menyakiti perasaan Aprilia.

Kembali Aprilia menjawab dengan desahan, Ingin rasanya detak jam berhenti dan tetap berada dalam pelukan suami tercinta, seakan tidak merelakan dekapan Joe lepas dari dirinya.

Masih terdengar raungan suara motor sang suami, saat meninggalkan rumah.

Bersambung ................................


Post a Comment

Previous Post Next Post